Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tarif Listrik Naik, Apakah Salah Energi Baru Terbarukan?
27 Februari 2022 16:50 WIB
Tulisan dari Marcel Bonifacio Tirta Wijata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai anggota G20, Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk menghapus subsidi bahan bakar fosilnya sendiri. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen untuk mendukung pengurangan CO2 dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Melaui RUPTL PLN 2021-2030, pemerintah menambah porsi pembangkit EBT sebesar 51,6% dibandingkan pembangkit fosil sebesar 48,4%.
ADVERTISEMENT
Walaupun harga gas dan batu bara mengalami penurunan yang signifikan, namun tarif listrik tetap mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, tetapi sangat menyesatkan apabila menunjuk jari terhadap transisi energi bersih sebagai sumber permasalahan. Kenaikan harga listrik baru-baru ini bukan karena transisi energi, melainkan karena transisi energi kurang cepat.
Laporan terbaru mengenai Biaya Pembangkit Listrik Terbarukan oleh International Renewable Energy Agency (IRENA) menunjukkan bahwa saat ini produksi tenaga surya dan angin lebih murah daripada bahan bakar fosil seperti batu bara. Terlebih lagi, listrik dengan sumber bahan bakar fosil menjadi lebih mahal dalam beberapa bulan terakhir, sedangkan listrik dengan sumber angin dan matahari tetap stabil. Dapat disimpulkan apabila sistem kelistrikan sebagian besar didasarkan pada energi baru terbarukan, maka volatilitas harga tidak akan terlalu mempengaruhi tarif listrik.
ADVERTISEMENT
Namun, pasar energi tidak dirancang secara efisien bagi pembangkit listrik dengan sumber energi baru terbarukan yang membutuhkan biaya banyak untuk membangun tetapi jauh lebih sedikit daripada bahan bakar fosil untuk dijalankan.
Selain itu, tantangan utama untuk pembangkit energi baru terbarukan adalah kemampuan untuk memindahkan daya melintasi jarak jauh. Jaringan regional yang sudah ada menggunakan interkonektor yang mendukung transmisi arus bolak-balik (AC) dari pembangkit listrik ke konsumen lokal. Jaringan ini membutuhkan energi dalam jumlah yang signifikan untuk memindahkan daya jarak jauh. Bahkan untuk jarak pendek, pergerakan daya terbarukan dapat membebani jaringan AC yang ada. Di sisi lain, jaringan super menggunakan high voltage direct current (HVDC) yang secara signifikan mampu mengurangi rugi-rugi energi selama transmisi dan membantu menangani variabilitas daya terbarukan. Manfaat lain dari jaringan super dapat mencakup persaingan yang lebih besar di pasar energi, tarif listrik yang lebih rendah, dan keamanan energi yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Mengapa konsumen masih membayar tarif listrik yang tinggi jika pangsa energi baru terbarukan yang murah meningkat? Hal ini dikarenakan pembangkit listrik konvensional (gas dan batu bara) digunakan untuk menutupi puncak permintaan sehingga menentukan harga listrik di pasar grosir yang disebut sebagai biaya marginal. Aturan-aturan ini berarti bahwa sayangnya, manfaat dari produksi tenaga surya dan angin yang lebih murah tidak sepenuhnya diberikan kepada konsumen. Jika listrik terbarukan dapat memenuhi permintaan lebih banyak dalam sehari, maka akan tersedia tarif listrik yang lebih murah bagi konsumen.
Lantas, apa yang bisa dilakukan agar listrik terjangkau bagi konsumen dalam jangka pendek dan menengah?
Pertama-tama, fleksibilitas untuk melunasi tagihan dan hutang listrik dan larangan pemutusan karena tidak membayar tagihan listrik akan membawa bantuan langsung kepada konsumen. Perlu diingat bahwa lonjakan jumlah konsumen yang tidak terduga terjadi selama pandemi COVID-19. Selain itu, regulator harus memantau pasar dengan cermat, mencegah serta memberikan sanksi terhadap praktik tidak kompetitif yang dapat menyebabkan kenaikan harga yang dibuat-buat. Kemudian tarif listrik golongan subsidi harus dipertahankan untuk rumah tangga berpenghasilan rendah agar menjamin akses listrik bagi seluruh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Memudahkan masyarakat untuk menghasilkan listrik sendiri melalui panel surya, memungkinkan terjadinya penghematan sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh lonjakan tarif listrik yang berfluktuasi. Pembuat kebijakan harus mendukung konsumen dalam hal ini dan menghilangkan hambatan yang ada untuk instalasi panel surya atau partisipasi konsumen dalam komunitas energi. Terakhir, listrik yang murah adalah energi yang tidak kita gunakan, oleh karena itu konsumen harus didukung dalam meningkatkan efisiensi energi di rumahnya.
Kementerian ESDM mencatat potensi Negara Indonesia dalam meningkatkan konsumsi listrik per kapita masih terbuka lebar. Walaupun tercatat posisi Indonesia saat ini masih berada di bawah negara tetangga Thailand, Malaysia, dan Vietnam, dengan meningkatnya konsumsi listrik industri dan bisnis maka diharapkan konsumsi listrik per kapita nasional juga akan mengalami peningkatan. Hal ini ditegaskan Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan Sripeni Inten Cahyani pada Kuliah Umum Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) Batch 2 Kementerian ESDM yang berlangsung secara daring, Kamis (24/2). Dengan adanya Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan RUPTL PLN 2021-2030 diharapkan tarif listrik non-subsidi akan mengalami penurunan dan lebih stabil apabila tercapai bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Jangan salahkan transisi energi baru terbarukan sebagai penyebab kenaikan harga listrik, kita harus mempercepat transisi ke sistem energi berbasis energi terbarukan. Hal ini akan menjamin energi yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia dan pengurangan emisi karbon. Pemerintah harus mendedikasikan upaya mereka untuk mempercepat laju transisi energi melalui tindakan terukur.
Referensi:
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/kuliah-umum-gerilya-tenaga-ahli-menteri-sampaikan-potensi-peningkatan-konsumsi-listrik-per-kapita-
https://www.iea.org/articles/what-is-the-impact-of-increasing-commodity-and-energy-prices-on-solar-pv-wind-and-biofuels
https://www.iea.org/reports/electricity-market-report-july-2021
https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/60e6b51077e71/jaringan-listrik-nusantara-super-grid-butuh-investasi-rp-1450-triliun