Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Sustainable Tourism Sebagai Cara dalam Mencegah Permasalahan Krisis Air di Bali
11 Desember 2022 22:05 WIB
Tulisan dari Marcellino Adrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ancaman Nyata Krisis Air di Bali
Indonesia merupakan salah satu negara yang merasakan ancaman dari krisis air global saat ini, terlebih lagi saat memasuki musim kemarau. Penyebabnya adalah selain pertambahan populasi, perubahan iklim juga karena konversi hutan di hulu, perubahan areal vegetas untuk kepentingan bisnis skala besar dan pembangunan infrastruktur, serta gagalnya negara dalam menjalankan program rehabilitasi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah faktor utama pendorong krisis air di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bali adalah salah satu pulau yang tidak luput dari ancaman krisis air bersih. Berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup RI mengingatkan bahwa defisit air di Bali telah terlihat sejak 1995 dengan jumlah sebanyak 1,5 miliar meter kubik/ tahun. Defisit tersebut terus meningkat sampai 7,5 miliar meter kubik/ tahun pada tahun 2000. Kemudian, diperkirakan pada 2015 Bali akan kekurangan air sebanyak 27,6 miliar meter kubik/ tahun.
Salah satu dosen senior Geography and Environmental Management University of The West of England yang Bernama Dr. Stroma Cole pernah melakukan riset gabungan bersama dosen dari Universitas Udayana terkait krisis air di Bali. Setelah menemui pemangku kepentingan di Bali dan melakukan wawancara kepada masyarakat lokal dan turis asing, ia menyimpulkan bahwa krisis air akan lebih parah terjadi di Bali pada 2020-2025, jika tak ada aksi nyata dalam penyadaran, konservasi, dan koordinasi kebijakan. (Mongabay.Co.Id)
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya krisis air selama ini. Yang pertama adalah, perkembangan industri pariwisata, di mana hampir semua hotel, villa, dan tempat wisata di Bali menggunakan air dari sumur bor dan melakukan pengeboran yang terlalu dalam sekitar 60 meter di bawah tanah. Ini didukung juga dengan kerusakan sumber air sungai dari hulu ke hilir. Kedua, rencana melanjutkan pembangunan reklamasi Pelabuhan di Tanjung Benoa yang dapat membuat semakin berkurangnya sumber air tanah. Ketiga, adanya konversi lahan hijau seperti sawah, hutan, kebun, hutan bakau, dan danau menjadi infrastruktur penunjang pariwisata seperti penginapan, objek wisata, dan lain-lain yang membuat semakin berkurangnya jumlah area resapan air dalam tanah.
Konsumsi air yang berlebih terutama untuk pemenuhan sektor industri pariwisata tentu berdampak terhadap ketersediaan air bersih di Bali. Keadaan tersebut diperparah dengan kebijakan pembangunan akomodasi pariwisata di daerah hulu yang menjadi faktor dalam mendorong terjadinya krisis air di Bali. Pengelolaan air berupa suplai air besar-besaran bagi kepentingan industri pariwisata mewarnai praktek pengelolaan air di Bali. Ambil contoh, saat ini pasokan air ke kawasan Kuta Selatan khususnya BTDC sebesar 1300-3000 m3/hari. Pasokan ini berbanding terbalik dengan konsumsi air bersih rumah tangga yang hanya menghabiskan rata-rata 1 m3 /hari. Berarti konsumsi air besih dari BTDC setara dengan konsumsi 1.300 KK. Ironisnya pasokan air besih yang sedemikian besar, masih dalam kategori kurang, sehingga PDAM Badung berencana menambah suplai air bersih ke kawasan tersebut. Keadaan ini berbanding terbalik dengan suplai air bersih bagi penduduk di kawasan Badung Utara yang sampai saat ini masih kesulitan air bersih atau sangat kontradiktif dengan masyarakat di kawasan Bali timur yang harus bersusah payah untuk mendapatkan air bersih. (WALHI Bali, t.t.)
ADVERTISEMENT
Upaya Pemerintah Bali dalam Mencegah Krisis Air
Pemerintah daerah Bali telah melakukan upaya konservasi air berbasis masyarakat adat yang masih memegang prinsip sistem konservasi air tradisional. Pemerintah berupaya melakukan pengendalian krisis air, dan upaya konservasi air untuk pemenuhan air bersih di Bali, misalnya upaya revitalisasi waduk untuk menangkap air dari Tukad Badung. Dengan membuat waduk, diharapkan dapat menjadi tempat penampungan dan cadangan air bersih masyarakat Bali dan tidak terbuang begitu saja ke laut melalui sungai.
Selain dengan pembangunan waduk sebagai penampung air, menggunakan sistem subak juga menjadi salah satu cara tradisional yang dapat digunakan. Subak adalah sistem manajemen air (irigasi) yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Bali dan telah dikembangkan sejak abad ke-9. Sistem irigasi ini menyediakan air untuk keperluan pertanian yang disalurkan ke sawah. Sistem ini bagus untuk menjaga jumlah air dalam tanah karena air yang dialirkan akan diserap oleh akar tanaman ke dalam tanah. Hal ini yang kemudian akan merevitalsasi debit air tanah dan membangun kembali ekosistem alam yang baik. (Upaya Konservasi Mencegah Krisis Air Di Bali - Mongabay.Co.Id : Mongabay.Co.Id, t.t.)
ADVERTISEMENT
Selain cara-cara kolektif di atas, masyarakat juga dapat melakukan konservasi air tanah secara individu dengan membangun sistem biopori di halaman rumah. Lubang biopori adalah lubang vertikal yang dibuat dengan kedalaman tertentu yang berfungsi untuk menyerap air di permukaan tanah seperti air hujan yang kemudian akan diserap ke dalam tanah. Sistem ini sangat baik dan dirasa perlu diterapkan di rumah-rumah karena tidak hanya untuk mencegah berkurangnya debit air tanah di rumah, biopori juga dapat mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor di rumah yang memiliki jenis tanah cenderung lunak.
Sustainable Tourism sebagai Solusi Lain dalam Konservasi Air
Demi keberlangsungan konservasi dan ketersediaan air bersih di Bali. Pemerintah daerah Bali mencoba untuk mengembangkan pengalaman baru dalam berwisata di Bali yang saat ini sebagian besar merupakan pariwisata berbasis alam, budaya, dan hiburan malam kini coba menjadi pariwisata berbasis masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat dikenal sebagai Community Based Tourism (CBT). Secara konseptual, prinsip dasar CBT adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan. Sehingga, manfaat kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat. Penerapan konsep CBT ini diharapkan mampu untuk mengurangi jumlah pembangunan villa, hotel, dan penginapan lain yang menjadi penyebab terbesar krisis air di Bali. (Mengenal Konsep Community Based Tourism | Desa Bisa, t.t.)
ADVERTISEMENT
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pariwisata berkelanjutan dipandang sebagai upaya dalam mengedepankan aspek pengendalian lingkungan bagi para pelaku pariwisata (swasta dan pemerintah daerah) terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan dari pariwisata. Pariwisata yang seringkali menggunakan lingkungan sebagai objek daya tarik, sudah selayaknya harus memberikan perhatian pada perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Dalam kaitan nya dengan konservasi air untuk mencegah krisis air di Bali semakin parah. Penerapan pembangunan pariwisata berkelanjutan harus terus didukung oleh seluruh sektor pariwisata yang terlibat agar ekosistem di Bali dapat terus terjaga dan tidak digantikan oleh infrastruktur dan sarana penunjang pariwisata lain yang tidak memikirkan dampak bagi lingkungan. (Kebijakanpengembanganpariwisata2, t.t.)
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, penerapan sustainable tourism juga dapat dilakukan dengan penggunaan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Bali. Konsep Tri Hita Karana yang mengacu pada keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa, keharmonisan kepada sesama manusia, dan lingkungan telah dijalankan dalam kehidupan masyarakat Bali sejak dulu. Dengan penerapan konsep Tri Hita Karana tersebut, maka pariwisata Bali diharapkan dapat menuju pariwisata yang berkelanjutan. Perkembangan pariwisata yang semakin ramah lingkungan akan menjaga ekosistem dan mengurangi dampak lingkungan serta dampak sosial terhadap budaya lokal. (Dibya, t.t.)
Referensi :
Bali Terancam Krisis Air, Mengapa? - Mongabay.co.id : Mongabay.co.id. (t.t.). Diambil 10 Desember 2022, dari https://www.mongabay.co.id/2015/04/15/bali-terancam-krisis-air-mengapa/
Begini Upaya Konservasi Mencegah Krisis Air di Bali - Mongabay.co.id : Mongabay.co.id. (t.t.). Diambil 10 Desember 2022, dari https://www.mongabay.co.id/2019/03/25/begini-upaya-konservasi-mencegah-krisis-air-di-bali/
ADVERTISEMENT
Dibya, K. (t.t.). Pengembangan Pariwisata Berbasis Tri Hita Karana. Diambil 10 Desember 2022, dari file:///C:/Users/Marcelllino%20Adrian/Dropbox/PC/Downloads/49-92-1-SM.pdf
kebijakanpengembanganpariwisata2. (t.t.).
Mengenal Konsep Community Based Tourism | Desa Bisa. (t.t.). Diambil 10 Desember 2022, dari https://www.desabisa.com/mengenal-konsep-community-based-tourism/
WALHI Bali. (t.t.). Diambil 10 Desember 2022, dari https://walhibali.org/krisis-air-di-bali-dan-konflik-yang-menyertai/