Konten dari Pengguna

Sistem Kalimat Sapaan dalam Masyarakat Nusa Tenggara Timur

Marchiqha Haniifa Haris
Mahasiswa Sastra Inggris - Jurusan Sastra - Universitas Pamulang - Guru akademik SDIT Lazuardi Madani - Guru TKQ Lazuardi Madani.
22 Desember 2024 16:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marchiqha Haniifa Haris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://chatgpt.com/ foto/gambar-animasi-sekelompok-remaja-sedang-berkomunikasi-dengan-orang-lokal-NTT.
zoom-in-whitePerbesar
https://chatgpt.com/ foto/gambar-animasi-sekelompok-remaja-sedang-berkomunikasi-dengan-orang-lokal-NTT.
ADVERTISEMENT
Kata sapaan dalam bentuk tuturan merupakan kata atau frasa ritual yang digunakan untuk memperkenalkan diri atau menyapa orang lain. di sini tim peneliti akan mendeskripsikan bentuk-bentuk kalimat sapaan yang ada di dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kata sapaan.
ADVERTISEMENT
Bahasa yang dimiliki oleh manusia merupakan ciri khas yang membedakannya dengan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa lainnya. Dengan bahasa yang memiliki struktur kebahasaan yang unik, kita dapat memahami apa yang sebenarnya diharapkan oleh alam semesta, baik yang bersifat material maupun metafisik, dan dengan bahasa pula, kita mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain di dunia sehingga dengan bahasa pula kita mampu menjaga dunia agar dapat bertahan hidup. Seimbang dan harmonis (Saussure, 1988: 90). Dua hal inilah yang membedakan bahasa manusia dengan bahasa-bahasa makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Ronal Wardhaugh mengungkapkan bahasa sebagai "sistem simbol vokal yang bersifat arbitrer yang digunakan untuk komunikasi manusia". Definisi ini menyiratkan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan untuk komunikasi manusia (Pateda, 2011:6). Secara umum, linguistik sering digunakan untuk mengungkapkan ilmu bahasa. Menurut Chaer (1994), hal ini merupakan hal yang wajar terjadi karena bahasa merupakan fenomena sosial yang memiliki banyak aspek, sedangkan aspek fungsi bahasa tampaknya merupakan aspek yang paling menonjol di antara aspek-aspek yang lain.
ADVERTISEMENT
Secara tegas, Kridalaksana (1983) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari, menelaah atau mengkaji hakikat dan seluk-beluk bahasa, yaitu bahasa secara umum yang dimiliki manusia sebagai alat komunikasi atau linguistik adalah ilmu bahasa atau ilmu yang menyelidiki bahasa secara ilmiah. Bahasa yang dimaksud dapat berupa bahasa daerah, bahasa Indonesia, atau bahasa asing. Oleh karena itu, linguistik sering disebut juga dengan linguistik umum. M. Syahrun (2022).
Linguistik berkembang mengikuti objek yang dipelajari. Di sisi lain, kajian bahasa ini juga terbuka terhadap pengaruh dan pendekatan dengan ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, dalam perkembangannya linguistik memiliki cabang-cabang ilmu yang masing-masing berkonsentrasi pada jenis objek dan pendekatan studi yang dikaji. Pada dasarnya, kajian linguistik dibagi menjadi dua bidang utama yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik (Kridalaksana, 1984). Makrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan bahasa secara mendalam dengan faktor-faktor di luar bahasa, seperti psikologi, sosial, pengajaran, kedokteran, dan filsafat.
ADVERTISEMENT
Studi eksternal dibagi menjadi dua bidang, yaitu bidang interdisipliner dan bidang terapan. Bidang interdisipliner merupakan kajian gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu kajian tentang bahasa dan kajian keilmuan lainnya. Sosiolinguistik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri-ciri dan variasi bahasa, serta hubungan-hubungan di dalam masyarakat (Kridalaksana, 1978:94).
Kridalaksana (2001) menjelaskan kata sapaan adalah satuan lingual yang berupa kata atau frasa yang digunakan untuk mengacu kepada orang kedua dalam situasi pembicaraan yang berbeda sesuai dengan sifat hubungan antara pembicara dan lawan bicara.
Bentuk sapaan tergantung pada latar belakang masyarakatnya. Setiap daerah memiliki sistem sapaan yang unik. Masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki sistem sapaan yang unik sesuai dengan latar belakang daerah dan budaya.
ADVERTISEMENT
Bentuk kalimat sapaan tergantung pada siapa lawan bicara. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat bentuk kalimat sapaan yang bervariasi, tergantung pada siapa orang kedua yang diajak bicara. Distribusi penggunaan istilah kerabat, istilah kerabat mengacu pada orang kedua dengan atau tanpa ikatan keluarga.
kalimat di bawah ini menjelaskan sapaan dari bahasa daerah Nusa Tenggara Timur yang berasal dari daerah Kupang.
Bahasa Kupang:
1. Lu mo pi mana ?
Bahasa Indonesian:
Kamu mau pergi kemana ?
Bahasa Kupang:
2. Basong su makang ?
Bahasa Indonesian:
Kalian sudah makan ?
Bahasa Kupang:
3. Marsu ketong pi sana ?
Bahasa Indonesian:
Ayo kita kesana ?
Bahasa Kupang:
ADVERTISEMENT
4. Lu pung nama sapa ?
Bahasa Indonesian:
Nama kamu siapa ?
Bahasa Kupang:
5. Lu pung rumah dimana ?
Bahasa Indonesian:
Rumah kamu dimana ?
Kalimat di atas menunjukkan berbagai bentuk sapaan dalam bahasa Kupang yang digunakan oleh masyarakat tutur di Nusa Tenggara Timur (NTT). Setiap sapaan memiliki fungsi yang berbeda, tergantung pada konteks pembicaraan. Sapaan dalam bahasa Kupang mencerminkan karakteristik budaya masyarakat setempat yang cenderung santai. Dengan memahami fungsi-fungsi tersebut, kita dapat melihat bagaimana bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai cerminan budaya dan identitas masyarakat.
Sapaan masyarakat Nusa Tenggara Timur dalam bahasa Kupang, banyak ragam bentuk sapaan yang dapat dibedakan berdasarkan penggunaannya, sapaan-sapaan tersebut dibedakan berdasarkan kegunaannya seperti sapaan penggunaan umum, ajakan/semangat, Interpersonal, perhatian, pujian, dan perpisahan. Penggunaan sapaan dalam bahasa Kupang memiliki fleksibilitas yang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, dan konteks sosial, dalam konteks sehari-hari, bahasa yang digunakan cenderung lebih santai dan akrab.
ADVERTISEMENT