Konten dari Pengguna

Anak Muda Bicara Krisis Iklim

lindungihutan
Akun resmi informasi kegiatan LindungiHutan.
2 April 2023 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari lindungihutan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto anak muda sedang melakukan penanaman mangrove. Sumber foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto anak muda sedang melakukan penanaman mangrove. Sumber foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Apakah kamu percaya dengan krisis iklim? Atau kamu menganggap permasalahan ini sebagai konspirasi belaka? Karena sebaiknya jangan! Fakta berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dan ilmuwan menunjukkan adanya tanda-tanda kenaikan suhu bumi. Pun, dampak turunan akibat krisis iklim ini juga nyata betul terjadi dan bahkan bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Tidak percaya? Permukaan laut meningkat, gelombang panas yang intens dan musim kemarau berkepanjangan tampaknya menjadi satu hal yang normal kini hari. Coba cek berita deh! Bukankah seharusnya kita waspada dengan hal tersebut?
Tentu, kita harus waspada. Berbagai survei juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sejatinya memiliki kesadaran terhadap krisis iklim.
Dari fakta tersebut seharusnya membuat kita tergerak untuk berupaya ikut mengendalikan perubahan iklim dan menekan dampak aktivitas sehari-hari yang dapat menimbulkan emisi gas rumah kaca.
Anak muda diharapkan bisa menjadi pionir dalam memimpin aksi-aksi mitigasi krisis iklim. Apalagi, generasi ini dianggap lebih tech savvy dan punya pemikiran yang terbuka terhadap informasi sehingga harapannya bisa menjadi komunikator dalam isu-isu lingkungan dan iklim.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana gaungnya selama ini?

Benarkah Anak Muda Apatis?

Anak muda seharusnya jadi generasi yang memiliki concern lebih terhadap isu krisis iklim. Sebab, merekalah yang nantinya akan merasakan dampak dari aktivitas dan perilaku kita saat ini. Sayangnya, gerak aksi anak muda dalam aktivisme lingkungan dan iklim sepertinya belum terpusat dan saling terkait.
Banyak kelompok maupun komunitas yang punya kepedulian dan kerap menyuarakan isu-isu seputar lingkungan dan iklim, tetapi seperti bergerak dalam lingkarnya masing-masing. Kalangan aktivis dan kelompok LSM, para fans dan inisiasi kampanye lingkungannya, serta circle-circle lainnya. Momen gerakan kolektif pernah terjadi salah satunya ketika tagar #savepapuaforest nangkring di trending Twitter.
Lantas, kenapa isu krisis iklim seolah hanya menjadi bahasan kalangan tertentu? Tentu, ada banyak penyebabnya. Barangkali karena urgensinya yang bagi beberapa lapisan masyarakat kurang begitu penting ketimbang isu-isu lainnya seperti kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Namun terlepas dari itu, upaya untuk mengangkat pembahasan mengenai iklim tentu bisa dilakukan salah satunya melalui anak muda.
Platform media sosial semestinya bisa menjadi wadah diskusi dan sosialisasi betapa pentingnya kita menjaga lingkungan dan sadar terhadap persoalan perubahan iklim. Dengan demikian, semua orang bisa ikut berkontribusi. Berapapun porsinya kalau dilakukan bersama pastinya akan punya efek yang besar juga.

Pentingnya Virality dalam Meningkatkan Kesadaran

Kami sempat bertanya kepada Ben, CEO LindungiHutan, startup yang memiliki fokus dalam upaya konservasi hutan dan lingkungan. Kami menanyakan beberapa hal terkait dengan keterlibatan anak muda dalam isu-isu krisis iklim.
Mengingat, era media sosial membuat semua orang punya kesempatan dan akses yang sama untuk membicarakan dan menyuarakan suatu isu. Di hadapan media sosial, masyarakat duduk dalam posisi yang egaliter. Lantas, apakah makin banyak pula anak muda yang bicara soal iklim dan lingkungan di media sosial?
ADVERTISEMENT
“Apakah sekarang ramai? Jawabannya ramai walaupun belum sampai gaduh, artinya makin banyak follower akun yang bergerak di isu iklim sampai bahkan banyak yang bikin sendiri, mengelola sendiri, dan makin lama makin common dan ada di mana-mana,” Jelas Ben.
Selain mulai ramai diperbincangkan, anak-anak muda juga tak segan untuk ikut mengawal kasus kaitannya dengan lingkungan. Praktik hashtag activism mulai jamak dilakukan.
“Kemudian dalam mengawal isu lingkungan sekarang masih banyak yang base on momentum, artinya kalau ada trigger-nya pasti datang semua,” Sambung Ben.
Apa yang dikatakan Ben bisa kita lihat di media sosial. Betapa viral dan trending cukup efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Paling tidak, hal-hal yang tadinya belum pernah dibicarakan atau belum pernah di bawa ke ranah mainstream, pasca viral banyak orang yang tahu dan sadar.
ADVERTISEMENT
“Kan sekarang tuh eranya bukan yang prioritas yang ditangani tetapi yang viral terus jadi prioritas, menurutku men-trending-kan sesuatu asalkan yang baik pasti itu akan jadi peran yang bisa kita kasih di luar tenaga, effort, dan pikiran, jadi biar semua orang tahu dan aware menurutku juga sudah peran yang besar, karena bayangkan kalau semua orang diem dan enggak ada yang naikin, terus gimana orang tahu?” Tanya Ben.
Di LindungiHutan sendiri, banyak anak muda yang punya perhatian terhadap isu lingkungan dan iklim yang kemudian mendorong mereka ambil tindakan seperti berdonasi pohon atau menginisiasi kampanye lingkungan.
Motifnya pun bermacam-macam begitu pula besaran kontribusinya. Namun, apa yang mereka lakukan membangun rasa optimisme kita bahwa upaya mengendalikan perubahan iklim belum usai dan tak akan pernah usai.
ADVERTISEMENT
“Kalau lihat trend-nya selain di medsos kebanyakan di usia 20 tahun awal sampai 30 tahun awal, secara donasi jumlahnya masih kecil karena kebanyakan itu usia muda, pelajar, atau early bekerja, jumlah kontribusinya memang tidak besar tetapi jumlah orang yang berkontribusinya itu cukup banyak,” Ungkap Ben.

Kepekaan Anak Muda dan Hal Kecil yang Bisa Kita Lakukan

Lain dengan Ben, Ikhsan merupakan mahasiswa S2 Kehutanan yang mengaku cukup mengikuti isu lingkungan. Ikhsan bisa dikatakan anak muda yang punya kesadaran akan krisis iklim dan bahayanya yang mengancam. Bukan hanya dirinya, lingkungan pergaulannya juga mafhum terhadap isu-isu semacam ini dan tak jarang menjadi topik obrolan mereka.
“Karena latar belakang pendidikanku di biologi, lingkungan, hutan sama konservasi, bahasan-bahasan kaya gitu sering dilakukan sih ya, di kelas hampir pasti ada, himpunan dan mapalaku beberapa kali juga, dan itu seru karena ada hal baru di tiap ikut bahasan itu,” Jelas Ikhsan
ADVERTISEMENT
Ikhsan menambahkan bahwa kepekaan anak muda tetap perlu dijaga, karena bagaimanapun juga bumi adalah tempat tinggal kita.
“Menurutku tetap perlu ditingkatkan ya kepekaan mahasiswa untuk ikut diskusi terkait isu lingkungan, terlepas sudah cukup banyak atau belum, karena kalau pemuda terlalu sibuk berkarya tetapi lupa akan lingkungan tempat kakinya berpijak, mau di mana lagi kalian berkarya?,” Tanya Ikhsan.
Menurut Ikhsan, pada akhirnya semua orang bisa ikut mengatasi krisis iklim dimulai dari hal-hal yang kecil dan yang ada di sekitar. Kuncinya adalah konsistensi.
“Kalau mulai ikut mengatasi kirisi iklim, bisa dimulai dari hal-hal kecil dulu sih, sesederhana buang sampah di tempatnya, ngurangin penggunaan plastik, dan lain-lain, kalau sudah mulai konsisten nerapin itu, mulai ajak teman-teman sekitar buat ngelakuin hal serupa, terlepas diterima atau enggaknya tetap tunjukkan konsistensi buat ngelakuin hal-hal sederhana tersebut,” Pungkas Ikhsan.
ADVERTISEMENT