Konten dari Pengguna

Sepak Terjang Generasi Muda Menjaga Lingkungan Bersama LindungiHutan

lindungihutan
Akun resmi informasi kegiatan LindungiHutan.
1 Maret 2023 11:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari lindungihutan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto anak-anak muda tengah menanam mangrvoe. Sumber: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto anak-anak muda tengah menanam mangrvoe. Sumber: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Isu lingkungan memang sudah sepatutnya senantiasa dibicarakan, utamanya oleh generasi muda. Sebab, merekalah yang akan merasakan dampaknya pada kemudian hari. Tak heran apabila muncul banyak kekhawatiran akan berbagai bencana akibat dari perubahan iklim. Bagaimana tidak? Permukaan laut yang terus meninggi dan suhu bumi yang memanas tentu merupakan ancaman nyata yang bisa kita lihat dan rasakan saat ini. Lantas bagaimana dengan 50 tahun ke depan?
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran tersebut seharusnya menjadi faktor pemicu bagi anak muda supaya mulai membicarakan, berdiskusi, dan segera ambil tindakan dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Sialnya, gaung suaranya terlalu lemah sehingga membuatnya tak terdengar. Kalaupun terdengar, daya dobraknya tak cukup memberikan pengaruh baik terhadap kebijakan yang dibuat oleh pihak berwenang.
Padahal, besar peluang untuk menjadikan generasi muda sebagai komunikator yang andal guna menyebarkan isu-isu mengenai lingkungan dan krisis iklim. Mengingat, mereka adalah generasi yang melek teknologi, percaya dengan isu lingkungan hidup, dan ekspresif dengan apa yang dirasakan.
Mengutip dari laman databoks.katadata.com, survey KedaiKOPI menunjukkan, mayoritas atau 77,4% anak muda di Indonesia tertarik dengan isu lingkungan hidup. Dalam survey tersebut, 81,1% responden juga beranggapan masalah perubahan iklim dalam kondisi darurat.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya adalah mengapa isu, diskursus, dan aksi terkait lingkungan maupun krisis iklim tampak seperti masih minim di Indonesia?

Isu Lingkungan Kerap Kali Terasa Masih Ekslusif

Kita tidak bisa menutup mata, bahwa pembicaraan mengenai isu lingkungan dan krisis iklim sering dilakukan dalam ruang-ruang yang privat dengan kesan eksklusivitas yang melekat. Belum lagi, penggunaan bahasa dan istilah yang sophisticated membuat beberapa orang merasa jauh dengan persoalan ini.
Isu lingkungan kemudian hanya menjadi bahasan di meja-meja akademis dan aktivis. Jauh dari kata inklusif sehingga membuat pergerakannya tak bisa maksimal, alias terkotak-kotak dalam circle tertentu.
Padahal jika kita melihat di media sosial, ada banyak upaya yang dilakukan oleh generasi muda dalam rangka menyuarakan isu-isu lingkungan dan seputarnya. Trending tagar #SavePapuaForest menjadi salah satu bukti bahwa media sosial bisa menjadi corong yang ampuh untuk mengamplifikasi persoalan lingkungan di kalangan generasi muda. Sebenarnya masih ada banyak contoh lain, yang bisa kamu cari.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, media sosial bisa menjadi platform alternatif untuk mendorong aktivisme anak muda secara inklusif dan egaliter. Tagar activism memberikan semua orang kesempatan berpendapat serta memberikan kontribusinya, tanpa memandang latar belakang.

Contoh Nyata Peran Anak Muda Lestarikan Lingkungan

Tahukah kamu, bersama LindungiHutan anak muda mengambil peran besar dalam upaya penghijauan lingkungan. Bahkan faktanya, dalam waktu delapan bulan komunitas K-Pop berhasil menanam 9.000+ pohon bersama LindungiHutan.
Salah satu kampanye alam yang berhasil mengumpulkan pohon terbanyak yaitu 1.737 pohon Mangrove Rhizophora adalah kampanye “9000 Mangrove dari BTS Army Indonesia”. Kampanye tersebut inisiasi dari akun bernama Wingsofbangtan dalam rangka menyambut Anniversary BTS yang ke-9.
Lalu, ada juga kumpulan siswa SMP yang tergabung dalam 1TREE1LIFE menginisiasi kampanye alam dan berhasil menanam 500 pohon di Pantai indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebenarnya masih ada banyak cerita lainnya tentang sepak terjang anak muda dalam melakukan aksinya melestarikan lingkungan.
Namun pada intinya, kamu, kita, dan semua anak muda di Indonesia harapannya bisa menjadi pionir penggerak aksi pelestarian lingkungan. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu akan tumbuh optimisme publik.