Konten dari Pengguna

Guru Honorer vs Gaji Tak Pasti: Siapa yang Menang?

Muhammad Ardan H
Mahasiswa Hukum Islam Universitas Islam Indonesia
6 Oktober 2024 14:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ardan H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berikut adalah ilustrasi terbaru yang menggambarkan seorang guru honorer Indonesia tanpa motor di latar belakang. Fokus utama tetap pada perjuangan sang guru dalam mengajar dan mencari penghasilan tambahan melalui usaha lain. Kelasnya menunjukkan keterbatasan, sementara cahaya dari jendela membawa harapan untuk masa depan yang lebih baik. Poto by AI
zoom-in-whitePerbesar
Berikut adalah ilustrasi terbaru yang menggambarkan seorang guru honorer Indonesia tanpa motor di latar belakang. Fokus utama tetap pada perjuangan sang guru dalam mengajar dan mencari penghasilan tambahan melalui usaha lain. Kelasnya menunjukkan keterbatasan, sementara cahaya dari jendela membawa harapan untuk masa depan yang lebih baik. Poto by AI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kita membayangkan bagaimana rasanya bekerja keras setiap hari, tetapi tidak tahu kapan dan berapa gaji yang akan diterima? Inilah yang dihadapi ribuan guru honorer di Indonesia. Mari kita lihat lebih dekat "pertarungan" mereka melawan ketidakpastian gaji.
ADVERTISEMENT
Siapa sebenarnya guru honorer itu? Mereka adalah pahlawan pendidikan yang bekerja tanpa status pegawai tetap. Mereka mengajar dengan penuh dedikasi, tetapi sayangnya tidak mendapatkan jaminan gaji tetap dari pemerintah. Mirisnya, gaji mereka kecil dan tidak menentu. Bayangkan, banyak guru honorer yang hanya menerima gaji sekitar Rp300.000 hingga Rp700.000 per bulan. Itu pun belum tentu kapan cairnya. Padahal, mereka bekerja full time, bukan sekadar numpang ngajar. Tapi, mengapa gajinya seperti uang jajan anak sekolah? Belum lagi, mereka tidak mendapatkan jaminan, asuransi kesehatan, atau tunjangan hari tua. Fasilitas-fasilitas tersebut seperti jauh dari impian guru honorer.
Tanpa banyak yang menyadari, bahkan pemerintah seolah belum benar-benar memahami dampak dari turunnya kualitas pendidikan akibat kondisi ini. Bagaimana guru bisa fokus mengajar jika perut terus keroncongan? Banyak guru honorer yang terpaksa mencari pekerjaan sampingan. Ada yang menjadi driver ojek online (ojol), ada juga yang berjualan online untuk menambah penghasilan.
ADVERTISEMENT
Inilah yang dirasakan oleh Herniati Mediani (59), seorang guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda Karenglor, Kota Probolinggo. Sejak 2017, sudah lima tahun Herniati menyambi sebagai driver ojol. Dua pekerjaan ini dijalaninya bersamaan. Bagi Herniati, menjadi guru adalah bentuk pengabdian. Profesi ini dianggap mulia oleh masyarakat, dan ia memiliki banyak harapan dari sana. Namun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia harus menjadi driver ojol untuk menambah penghasilan, sebagaimana dikutip dari mandalapos.co.id.
Lantas, siapa yang menang dalam situasi ini? Jujur saja, sepertinya tidak ada yang benar-benar menang. Guru honorer jelas yang paling dirugikan. Sudah bekerja keras, tetapi hidup tetap sulit. Murid-murid pun turut merasakan dampaknya jika guru tidak bisa fokus atau sering berganti-ganti. Hal ini, pada akhirnya, sangat berpengaruh pada sistem pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pendidikan kita bisa menurun.
ADVERTISEMENT
Apa solusinya? Pertama, perlu adanya perbaikan sistem dari pemerintah. Sistem yang lebih adil untuk guru honorer harus dibentuk. Kedua, pengangkatan guru honorer menjadi PNS, yang memang menjadi mimpi banyak guru honorer, meski prosesnya tidak mudah. Ketiga, adanya standar gaji minimum yang jelas untuk guru honorer. Terakhir, memberikan jaminan sosial berupa asuransi kesehatan dan tunjangan agar hidup mereka lebih terjamin.
Kesimpulannya, siapa yang menang? Tampaknya, tidak ada yang menang dalam situasi ini. Namun, kita semua bisa "menang" jika bersama-sama peduli dan mencari solusi untuk nasib guru honorer. Mereka sudah berjuang untuk anak-anak kita, sekarang giliran kita berjuang untuk mereka. Yuk, mulai dengan lebih peduli dan suarakan dukungan kita!