Konten dari Pengguna

Kesehatan Mental di Era Digital: Tantangan bagi Mahasiswa

Mardani Mursyid
Mahasiswa S-1 Prodi Administrasi Kesehatan, Universitas Negeri Makassar
16 Oktober 2024 21:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mardani Mursyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Melalui tema 'Our Minds, Our Rights', peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini menyoroti kesehatan mental sebagai salah satu hak asasi manusia. (iStock/tadamichi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Melalui tema 'Our Minds, Our Rights', peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini menyoroti kesehatan mental sebagai salah satu hak asasi manusia. (iStock/tadamichi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari, kesehatan mental mahasiswa menjadi isu yang semakin mendesak. Dengan akses yang mudah ke media sosial dan berbagai platform online, mahasiswa kini berada di persimpangan antara kesempatan untuk terhubung dan tantangan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental mereka. Ketika interaksi virtual menjadi bagian integral dari pengalaman sosial, penting untuk mengeksplorasi dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan mental mahasiswa dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa mahasiswa yang menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial lebih cenderung mengalami gejala kecemasan dan depresi. Media sosial sering kali menciptakan lingkungan yang penuh tekanan, di mana individu merasa perlu untuk tampil sempurna dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Fenomena "FOMO" (Fear of Missing Out) menjadi semakin umum, di mana mahasiswa merasa terasing ketika melihat teman-teman mereka menjalani kehidupan yang tampak lebih memuaskan secara online.
Interaksi virtual juga dapat mengurangi kualitas hubungan sosial yang penting untuk kesehatan mental. Penelitian dari University of Pennsylvania menyatakan bahwa mahasiswa yang mengurangi interaksi tatap muka mengalami peningkatan gejala depresi. Misalnya, studi menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih banyak berinteraksi secara langsung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dan merasa lebih terhubung dengan lingkungan sosial mereka. Meskipun teknologi dapat memfasilitasi komunikasi, interaksi langsung tetap diperlukan untuk membangun ikatan emosional yang sehat.
ADVERTISEMENT
Namun, ada pendapat yang menyatakan bahwa media sosial dan teknologi juga memiliki manfaat dalam meningkatkan kesehatan mental. Beberapa pihak berargumen bahwa platform digital memungkinkan mahasiswa untuk menemukan dukungan sosial dan komunitas yang dapat membantu mereka menghadapi masalah kesehatan mental. Dengan terhubung ke kelompok dukungan online, mahasiswa dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan saran dari orang-orang yang menghadapi tantangan serupa.
Meskipun ada kebenaran dalam argumen ini, penting untuk mengingat bahwa manfaat tersebut tidak dapat mengimbangi dampak negatif yang lebih luas. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di dunia maya dapat mengarah pada perasaan kesepian dan ketidakpuasan. Interaksi online tidak dapat sepenuhnya menggantikan kebutuhan dasar manusia untuk terhubung secara langsung.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang holistik. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan:
ADVERTISEMENT
1. Edukasi tentang Kesehatan Mental:
Institusi pendidikan perlu mengintegrasikan pendidikan tentang kesehatan mental ke dalam kurikulum. Mahasiswa harus diberikan pengetahuan tentang dampak penggunaan media sosial dan cara menjaga keseimbangan dalam hidup mereka.
2. Program Dukungan Kesehatan Mental:
Universitas harus menyediakan layanan konseling yang mudah diakses dan program dukungan kesehatan mental. Ini termasuk grup dukungan, lokakarya, dan seminar yang membahas isu-isu kesehatan mental di era digital.
3. Fasilitasi Interaksi Tatap Muka:
Kampus harus mendorong kegiatan sosial dan interaksi di luar dunia maya. Event-event seperti olahraga, seni, dan diskusi kelompok dapat membantu mahasiswa membangun hubungan yang lebih kuat dan mendalam.
4. Pengaturan Penggunaan Media Sosial:
Mahasiswa perlu diajarkan untuk mengatur waktu mereka di media sosial. Teknik seperti "digital detox" atau pengaturan waktu penggunaan aplikasi dapat membantu mengurangi dampak negatif dari media sosial.
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental mahasiswa di era digital merupakan isu yang kompleks dan memerlukan perhatian serius. Meskipun teknologi menawarkan berbagai peluang untuk terhubung dan mendapatkan dukungan, risiko yang terkait dengan penggunaan media sosial tidak dapat diabaikan. Mahasiswa perlu dilengkapi dengan keterampilan untuk mengelola penggunaan teknologi mereka dan menjaga keseimbangan antara interaksi virtual dan tatap muka. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa agar mereka dapat berkembang di tengah tantangan era digital ini.