Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
PLTS sebagai Katalis Pengembangan SDM di Wilayah Terpencil
31 Maret 2021 17:49 WIB
Tulisan dari Mardani Rivaldi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Di era globalisasi, listrik bertransformasi menjadi kebutuhan dasar dalam rangka pemanfaatan media komunikasi seperti televisi, komputer ataupun telepon genggam untuk mendapatkan akses informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang berujung pada naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Rasio elektrifikasi nasional tahun 2019 yang telah mencapai 98.81% menyisakan Provinsi NTT, yaitu provinsi dengan satu-satunya rasio elektrifikasi di bawah 80% . Jika kita melihat pada komposisi gender rata-rata masyarakat di wilayah terpencil Sumba yang terdiri dari laki-laki sekitar 55,42 % dan perempuan 44,58 % dengan mayoritas profesi sebagai petani, dapat dihasilkan komoditas tani yang cukup melimpah. Selain itu perempuan pun memiliki tingkat produktivitas yang cukup tinggi untuk membuat kain tenun. Akan tetapi untuk memasarkan hasil tani dan produk kain tenun tidaklah semudah pemasaran komoditas di wilayah perkotaan dengan akses listrik dan internet yang memadai.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim dari Balai Besar Teknologi Konversi Energi–Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TKE-BPPT) pada 8 desa yang tersebar di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Barat, setidaknya hingga 30% masyarakat desa telah memiliki telepon seluler dan pada satu desa terdapat setidaknya satu laptop serta satu televisi. Akan tetapi penggunaannya masih belum maksimal karena terbatasnya akses listrik serta sinyal untuk perangkat komunikasi. Untuk melakukan pengisian daya baterai, setidaknya masyarakat harus bergantian menggunakan panel surya ataupun aki motor yang hanya dimiliki oleh masyarakat tertentu. Lebih lanjut, pada masa pandemi, anak-anak yang masih mengenyam pendidikan kesulitan untuk mendapatkan akses pengajaran karena sekolah menerapkan sistem pengajaran berbasis digital. Sedangkan bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kebanyakan kembali ke desa karena belum mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi ataupun untuk bekerja.
ADVERTISEMENT
Pembangkit Listrik Alternatif
Fenomena tersebut tentunya perlu diatasi dengan adanya ketersediaan pembangkit listrik alternatif serta jaringan komunikasi yang memadai. Pembangkit listrik alternatif dibutuhkan untuk dimanfaatkan sebagai substitusi jaringan listrik PLN mengingat jaringan PLN belum memungkinkan untuk menjangkau desa terpencil karena jaraknya terlampau jauh dari jaringan yang sudah tersedia. Selain itu, masyarakat pun belum mampu untuk membayar listrik PLN yang harus dibayarkan setiap bulan.
Dengan mempertimbangkan tingginya level radiasi matahari pada wilayah Indonesia timur, maka pembangkit listrik alternatif yang dapat digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off grid. Sistem kerja PLTS off grid adalah mengkonversi radiasi matahari menjadi listrik melalui kaca surya, tanpa terhubung dengan jaringan listrik milik PLN. PLTS off grid dapat bersifat komunal, yaitu ditempatkan pada titik sentral pedesaan sehingga listrik yang dihasilkan dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tentunya, dengan adanya pembangunan PLTS off grid akan lebih sempurna jika dikombinasikan dengan adanya pembangunan jaringan internet untuk mengisi ketidaktersediaan jaringan komunikasi di wilayah terpencil.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pusat memiliki peran yang sangat vital dalam rangka membantu perencanaan pembangunan pembangkit listrik alternatif dan jaringan komunikasi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dapat meningkatkan sinergi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang sudah berkecimpung dalam penerapan sistem PLTS di Indonesia sejak tahun 1987 serta Kementerian Komunikasi dan Informatika yang telah melakukan uji coba teknologi Super Wifi yang ditujukan untuk menyalurkan akses internet di kawasan tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Diharapkan dengan adanya inisiatif dari pemerintah pusat untuk menyediakan pembangkit listrik alternatif berupa PLTS off grid dan jaringan internet, maka anak sekolah dapat mengakses pembelajaran sekolah digital sedangkan anak yang telah lulus sekolah dapat mencari informasi mengenai sekolah lanjutan ataupun ketersediaan lapangan kerja. Dari aspek ekonomi, masyarakat dapat memperoleh informasi terbaru mengenai regulasi atau kebijakan pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Selain itu masyarakat dapat berkreasi untuk mengolah atau mengadopsi sistem tani yang sudah teruji di wilayah lainnya. Terakhir, masyarakat desa terpencil dapat melakukan ekspansi pemasaran hasil tani yang berujung pada peningkatan penjualan komoditas.
ADVERTISEMENT