Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Mari Selamatkan Generasi Muda

Konten dari Pengguna
5 Juni 2020 23:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mardiah Journey (Mardiaheyyy) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hari Tanpa Tembakau Sedunia
zoom-in-whitePerbesar
Hari Tanpa Tembakau Sedunia
ADVERTISEMENT
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) diperingati setiap 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2020 ini memberikan tema khusus untuk HTTS di tahun ini adalah "Lindungi Kaum Muda dari Manipulasi Industri dan Cegah dari Konsumsi Rokok dan Nikotin."
ADVERTISEMENT
Penggunaan tembakau adalah penyebab kematian utama yang tentunya dapat kita cegah sedini mungkin. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menghubungkan hampir 6 juta kematian per-tahun disebabkan oleh tembakau. Tentunya angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi lebih dari 8 juta kematian di tahun 2030 (Global Youth Tobacco Survey, 2014).
Penggunaan tembakau paling banyak ialah pada rokok yang saat ini banyak peningkatan jumlah perokok terutama di negara berkembang. Menurut (sehatnegeriku.kemkes.go.id) Indonesia merupakan peringkat nomor 3 sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia setelah China dan India. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor.
Di Indonesia setiap tahunnya angka kematian akibat merokok atau penyakit lain sekitar 225.700 orang akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan tembakau. Dan pengguna tembakau di Indonesia yaitu kalangan dewasa dan juga remaja.
ADVERTISEMENT
Menurut data terbaru Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2019 menunjukan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia (pada usia 13-15 tahun), 19,2% pelajar saat ini merokok, 60,6% bahkan tidak dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka.
Banyaknya jumlah perokok di bawah umur sungguh sangat memprihatinkan. Apa sajakah penyebab anak bisa merokok?

Penyebab Perokok Anak di Indonesia

Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia tidak ada regulasi yang ketat dalam pelarangan pembelian rokok terhadap anak. Beberapa warung kelontong pun masih memperjual belikan rokok secara ecer dengan harga mulai dari Rp2000. Harga yang sangat murah tersebut tentunya sangat terjangkau dan anak bisa dengan mudah membeli rokok. Bahkan penjual pun terkadang tidak menolak pembelian rokok pada anak.
ADVERTISEMENT
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, tentunya akan membawa dampak yang buruk terhadap generasi penerus bangsa. Seperti yang kita tahu, bahwa rokok memberikan banyak sekali dampak negatif dan dapat merusak organ tubuh hingga menyebabkan kematian.
Dibalik tingginya perokok anak, salah satu penyebabnya ialah iklan rokok yang sering bermunculan baik di media sosial, spanduk atau pun di warung kelontong ternyata menjadi salah satu penyebab munculnya perokok anak.
Selain itu, banyaknya iklan yang bermunculan di situs permainan juga menjadi salah satu penyebab banyaknya perokok anak. Anak tanpa pengawasan orang tua, dapat berkesempatan salah mengartikan pesan yang ia baca melalui iklan yang ada di situs permainan. Maka itu, peran orang tua juga sangat dibutuhkan untuk mengawasi anak dalam penggunaan internet.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan kasus rokok elektronik, kebohongan yang disebutkan kalau rokok elektronik tidak memiliki bahaya adalah berita yang tidak mengandung kebenaran itu ternyata malah menyesatkan sebagian orang, termasuk anak yang tidak mengetahui kebenarannya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Bertambahnya jumlah perokok anak yang semakin hari semakin meningkat, kita harus mengambil langkah tertentu agar dapat mengurangi jumlah perokok anak. Seperti yang kita tahu, bahwa rokok memiliki dampak yang tidak baik bagi tubuh. Apalagi di tubuh seorang anak yang masih berkembang. Apa yang bisa kita lakukan sebagai upaya mengurangi jumlah perokok anak?
Sebagai orang tua, kita bisa mulai mengawasi penggunaan internet anak dan juga mengajarkan pola hidup sehat sedini mungkin. Perlu untuk mengedukasi anak bahwa bahaya rokok untuk tubuh serta dampak jangka panjang yang akan diberikan apabila merokok.
ADVERTISEMENT
Akan lebih baik juga jika dimasukan ke dalam kurikulum mengenai bahaya rokok dan juga edukasi mengenai tembakau. Karena selama ini awal mula anak merokok pun karena rasa ingin tahu yang timbul akibat tidak ataupun kurang mengetahui bahaya yang disebabkan.
Maka dari itu, bersama kita menebarkan informasi mengenai bahaya yang akan timbul dikemudian apabila kita merokok.