Konten dari Pengguna

Perkembangan Antropologi Masa Kini

Mareta Enggar Pramesti
Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Jember
30 Maret 2022 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mareta Enggar Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara kelembagaan, antropologi muncul dari perkembangan sejarah alam pada masa penjajahan Eropa abad ke-17, 18, 19, dan 20. Secara garis besar, ilmu antropologi dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai universitas di beberapa negara tempat antropologi berkembang, khususnya Amerika Serikat, Inggris, Eropa Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet, dan negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat, antropologi dikembangkan secara khusus untuk menggunakan, mengintegrasikan semua bahan warisan dan metode antropologi di fase 1, 2, dan 3 serta untuk memahami dasar-dasar dalam berbagai bentuk. Antroplogi menggunakan berbagai disiplin ilmu dari masyarakat dan budaya manusia yang muncul saat ini. Singkatnya, universitas-universitas Amerika adalah tempat tahap keempat antropologi telah berkembang sepenuhnya.
Di Inggris dan negara-negara di bawah pengaruhnya, seperti Australia, para antropolog Australia mempelajari suku-suku, masyarakat adat dari Papua Nugini dan Kepulauan Melanesia dalam kaitannya dengan pemerintah kolonial mereka di sana (sekarang bekas koloni).
Potret Topeng Kayu Suku dari Papua Nugini: Source Pixabay
Selain memberikan antropologi untuk keperluan pemerintah kolonial, para sarjana Inggris pasca-kolonial umumnya berfokus pada masalah yang lebih luas yang melibatkan fondasi sosial dan budaya manusia. Dalam konteks ini, metode antropologi yang berkembang di Amerika Serikat juga mulai mempengaruhi berbagai bidang kajian para antropolog Inggris.
ADVERTISEMENT
Di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria dan Swiss, sampai sekitar 15 tahun yang lalu, antropologi di sana masih dikhususkan untuk mempelajari masyarakat di luar Eropa serta memahami sejarah penyebaran budaya-budaya semua manusia di bumi. Jadi esensi antropologi masih dalam tahap kedua. Namun belakangan terakhir, pengaruh antropologi Amerika juga mulai tampak pada generasi muda antropolog di Jerman Barat dan Swiss.
Di Eropa utara, di negara-negara Skandinavia, antropologi agak bersifat akademis, seperti di Jerman dan Austria. Mereka juga mempelajari banyak bagian benua di luar Eropa, namun kekhususan mereka terletak pada hasil penelitian tentang budaya suku Eskimo. Di samping itu para sarjana dari negara-negara Skandinavia juga mempergunakan banyak metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat sebagai alat untuk mengembangkan saling pengertian antara suku-suku bangsa yang beranekawarna itu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para cendekiawan Uni Soviet tampaknya menaruh perhatian besar pada banyak belahan dunia lainnya, yang memicu upaya untuk membuat kerangka buku tentang budaya masyarakat adat di benua lain yaitu Narody Mila (negara di dunia). Dengan demikian, buku-buku tentang suku Afrika, suku Oseania, dan kelompok etnis Asia Tenggara, termasuk Indonesia sendiri, telah diterbitkan dalam bahasa Rusia.
Di bekas jajahan Inggris, khususnya di India, ilmu antropologi mendapat banyak pengaruh dalam metodenya dari sekolah-sekolah Inggris, dan ilmu itu mengambil fungsi yang sangat praktis dalam mencapai pemahaman tentang masalah-masalah kehidupan masyarakat di India, yang karena alasan praktis dalam hubungan antar kelompok penduduk, menunjukkan keragaman warna yang sangat besar di berbagai tempat dalam wilayahnya yang luas.
ADVERTISEMENT
Yang menarik adalah bahwa antropologi dan sosiologi di India sepertinya bukan lagi dua ilmu yang berbeda, melainkan hanya dua kategori metode yang menjadi satu, sebagai ilmu sosial baru. Dalam masyarakat negara seperti India, masalah nasional dan masalah kota terkait erat dengan masalah pedesaan.
Di Indonesia, kita baru saja mulai mengembangkan antropologi khas Indonesia. Untungnya, kita tidak terikat oleh tradisi dalam menentukan dasar-dasar antropologi Indonesia, sehingga unsur-unsur yang paling cocok atau berguna dari berbagai aliran antropologi yang sesuai dengan masalah sosial Indonesia, dapat dipilih dan digabungkan secara bebas. Menurut Koentjaraningrat (1985), mudah untuk menggabungkan unsur-unsur yang berbeda dari sekolah antropologi yang yang dikembangkan di negara lain. (Konetjaraningrat: 1985:6-12)
Sumber Refernsi:
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu antroplogi. Jakarta: Aksara Baru
ADVERTISEMENT
Nurmansyah, G. Rodliyah, N. Hapsaro, R.A. 2019. Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja