Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Emosi Air Mata Orang Tua Memeluk Buah Hatinya pada Kegiatan BNN
15 Juni 2022 13:35 WIB
Tulisan dari Mareza Dwithania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
GPK (Gedung Pusat Kebudayaan) Sawahlunto saat itu dibanjiri air mata. Tampak 20 pasang bola mata tak mampu membendung air matanya. Sepuluh anak dan sepuluh orang tua dari sebuah Desa Bersinar (Bersih Narkoba) dikumpulkan dalam ruangan GPK untuk mengikuti kegiatan Fasilitasi Pelaksanaan Program Ketahanan Keluarga Anti Narkoba yang diselenggarakan oleh BNN Kota Sawahlunto. Air mata yang mengalir itu ada berbentuk keharuan, kasih sayang, kebahagiaan, harapan bahkan penyesalan.
ADVERTISEMENT
Pada momen awal, anak dan orang tua duduk berdampingan pada sebuah meja. Mereka diminta untuk mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan tentang keadaan keluarga dan perasaan mereka saat ini. Para orang tua dan anak terlibat dalam kerjasama dan komunikasi dua arah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner tersebut.
Setelah itu, sepuluh orang dikumpulkan sesama orang tua dengan didampingi satu orang narasumber dan satu fasilitator. Dalam grup tersebut terdapat delapan ibu dan dua orang ayah, memunculkan dinamika yang unik dalam membahas soal pengasuhan.
Di sudut yang berbeda, saya bertindak sebagai narasumber bersama teman saya yang menjadi fasilitator. Kami mendampingi sepuluh orang anak dengan rentang usia 10-14 tahun. Dalam grup ini, kami melakukan beberapa games seru sebagai media perkenalan dan mendekatkan bonding antar anggota kelompok.
ADVERTISEMENT
Materi pertama mereka mendalami tentang kualitas diri yang terdiri dari adil, jujur, suka menolong, memahami, berani, ramah dan bertaqwa. Secara bergantian mereka diminta menyebutkan contoh masing-masing kualitas diri tersebut dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Setelah sesi masing-masing grup orang tua dan anak, selanjutnya mereka dikumpulkan kembali berdampingan. Sepuluh pasang orang tua dan anak ini diberi tugas membuat pohon keluaga. Di dalam kertas polos itu mereka bekerjasama untuk merancang sebuah pohon yang berisi visi misi keluarga, nama-nama anggota keluarga dengan sifat atau karakternya.
Terharu sekali melihat orag tua dan anak bisa berdiskusi dalam jarak yang dekat, ada yang ribut-ribut kecil berbeda pendapat, ada yang tertawa bercanda ria. Sepertinya ini momen langka yang jarang mereka rasakan di rumah.
ADVERTISEMENT
Seusai membuat pohon keuarga mereka diminta masing-masing maju ke depan kelas untuk menceritakan apa yang mereka buat tentang pohon keluarga itu. Masing-masing orang tua menceritakan tentang anaknya saat ini dan bagaimana harapannya, begitu juga sebaliknya.
Anak juga menceritakan apa yang menjadi tanggung jawab orang tua versi mereka dan apa kemauan mereka saat ini terhadap orang tuanya. Begitu terharunya saat kami ketika mereka saling menceritakan perasaan dan pikirannya, mencurahkannya penuh emosi dan air mata.
Harapan anak versi mereka ingin dilindungi orang tua, diberikan kasih sayang, diberi nafkah, dicukupi kebutuhannya, dimasakkan makanan, didampingi mengerjakan PR sekolah, bukan dimarahi, dipaksa belajar, dilarang bermain di luar dan banyak lagi lainnya.
Versi orang tua, mereka ingin anak menjadi penurut, rajin belajar, beribadah, tidak melawan kepada orang tua, tidak bermain sampai larut malam, tidak merokok, tidak putus sekolah dan banyak lainnya. Tentu saja hal ini memancing emosi masing-masing mereka untuk menyampaikan keinginannya.
ADVERTISEMENT
Kami memandu orang tua dan anak membuat kesepakatan di rumah agar apapun aturan yang ada di rumah bisa diterima semua pihak dan tanpa rasa terpaksa.Hampir di penghujung acara kami bertanya, kapankah Ibu dan Bapak terakhir memeluk anak?
Dan kami bertanya pada anak-anak, kapan terakhir memeluk orang tua, nak?
Semua wajah kelihatan bingung dan tampak ada yang berpikir mengingat-ingat kapan momen terakhir itu.
Ada anak yang menyeletuk, “udah besar tidak ada dipeluk buk, yang dipeluk anak kecil”
Sekarang kami minta, bapak dan ibu semua peluk anak yang ada di sampingnya. Rangkul mereka dan usaplah kepalanya.
Semua saling berpelukan. Sebagian besar menangis, air mata penuh emosi keluar, mereka sangat cinta kepada buah hatinya, tidak diragukan lagi. Sebagian lagi mata berkaca-kaca dan mendekap anaknya dengan erat. Ada yang sambil meminta maaf pada anaknya, dan ada yang sambil mencium kening anaknya.
ADVERTISEMENT
Saya tanyakan pada mereka, apa yang bapak ibu dan adik-adik rasakan ketika berpelukan tadi?
Ada yang menjawab tenang, nyaman, bahagia, terharu, dan lain-lain. Tidak ada yang salah dengan pelukan orang tua terhadap anaknya. Ketika emosi menyulut, mulut susah untuk menahan lidah berkata-kata yang tidak mengenakkan, peluklah anak kita, doakan mereka dalam palukan hangat itu. Emosi akan teredam, psikologis akan lebih stabil dan keadaan panas akan berangsur dingin.
Banyak permasalahan yang bisa kita hindari dengan saling menahan diri. Lakukan dengan memeluk dan mengambil nafas panjang kemudian lepaskan.
Saya belum merasakan mempunyai anak remaja seperti orang tua di sini. Dua anak balita di rumah membuat saya banyak belajar.
Tidak ada orang tua yang gagal.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang saya asah dalam kegiatan ini, bahwa anak butuh orang tuanya, sepenuh hati dan sepenuh tubuh. Begitu banyak anak yang mempunyai orang tua di rumah, tetapi lebih senang berada di luar. Alasan mereka karena merasa lebih nyaman dan bahagia jika di luar rumah. Inilah bisa menjadi jalan masuknya pergaulan bebas, salah satunya narkoba.
Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh BNN ini. Mereka tidak hanya memikirkan bagaimana cara memberantas narkoba dari peredaran barang, sindikatnya atau pemakainya. Namun mereka menjemput penyelesaian permasalahan sampai ke akar-akarnya dengan melakukan pelatihan dan pendidikan kepada keluarga.
Kalau bukan dengan adanya kegiatan seperti ini belum tentu orang tua dan anak masing-masing bisa menyampaikan perasaannya, duduk bersama bahkan saling berpelukan.
ADVERTISEMENT
Pengasuhan adalah urusan bersama. Tidak ada orang tua yang dilahirkan sempurna, yang ada hanyalah orang tua yang terus ingin belajar. Mari kita gunakan prinsip CINTA dalam pengasuhan keluarga seperti yang disampaikan Keluarga Kita.
Prinsip CINTA (Rangkul) :
C = Cari Cara
I = Ingat Impian Tinggi
N = Nerima Tanpa Drama
T = Tidak Takut Salah
A = Asyik Bermain Bersama
Cari Cara, bagaimana kita tidak kehabisan cara membuat anak bisa memahami keinginan dan harapan kita. Memberikan arahan atau membuat aturan tanpa harus mendoktrin atau membuat hati mereka kesal.
Ingat impian tinggi, kita semua mempunyai visi misi keluarga, harapan dan cita-cita bersama. Setiap merasa lelah dan putus asa kembalilah mengingat tujuan bersama keluarga kita.
ADVERTISEMENT
Nerima tanpa drama, apapun yang terjadi kita harus berlapang hati dan berusaha memperbaiki. Tidak baik jika berlarut dalam penyesalan dan harapan kosong. Orang tua yang tegar dan kuat akan mendorong anak menjadi mandiri dan kuat pula.
Tidak takut salah, apapun yang kita lakukan maka kerjakan dengan sepenuh hati. Kondisi satu keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Tidak ada salahnya mencoba, saling berbagi dan bergandengan tangan dengan orang tua lain untuk saling menguatkan.
Asyik bermain bersama, anak-anak butuh jiwa dan raga orang tuanya untuk bermain, bercerita, bersenda gurau, dan liburan bersama.
Yuk berangkulan, berpegangan tangan, menjaga kewarasan karena orang tua butuh belajar dari orang tua lainnya.
Cintai keluarga, jauhi narkoba!
ADVERTISEMENT