Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menyusui Menjaga Kesehatan Mental Keluarga
16 Juni 2022 18:32 WIB
Tulisan dari Mareza Dwithania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah melahirkan adalah momen haru penuh bahagia bagi pasangan suami istri, bahkan bagi keluarga besar kedua pasangan. Bayi yang telah dikandung selama sembilan bulan telah lahir ke dunia membawa sejuta senyuman untuk orang sekelilingnya.
ADVERTISEMENT
Suami dan istri akan menjalani peran baru sebagai ayah dan ibu. Tak jarang rasa cinta dan bahagia seorang ibu dan ayah terhadap buah hatinya dapat berubah mejadi rasa khawatir yang berlebihan. Semua orang tua berpikir ini itu dalam benaknya untuk hal terbaik yang dapat diberikan untuk anaknya.
Baju yang indah, kaos kaki lucu, tempat tidur yang nyaman, bahkan makanan terbaik. Apapun akan dilakukan orang tua demi buah hati mereka.
Anak adalah tumpuan harapan bagi orang tuanya, maka dipupuk dengan hal yang baik sehingga menjadi manusia berguna bagi semua orang.
Rasa takut atau khawatir yang berlebihan tentu saja dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu. Terkadang kesehatan mental ini sering terlupakan atau terabaikan. Padahal untuk menjadi seorang ibu yang bahagia perlu menjaga kesehatan mental, dalam bahasa kekiniannya ‘menjadi ibu yang waras’.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya ibu yang bertanggung jawab menjaga ‘kewarasannya’, tapi juga butuh dukungan suami, orang tua, mertua, anak-anak, teman kerja, tetangga dan semua yang ada di sekitarnya. Peran yang paling besar adalah dukungan dari suaminya.
Ibu post melahirkan juga mengalami perubahan hormon. Jika diiringi dengan perasaan takut dan cemas berlebihan dapat jatuh pada baby blues atau post partum depression. Kondisi seperti ini sudah butuh penanganan ahli kejiwaan.
Peran menjadi seorang ibu sangatlah mulia. Banyak hal yang berputar di benak ibu, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Urusan rumah tangga yang tak kunjung selesai, melayani suami dan mengasihi anak dengan segala suka citanya. Rasa Lelah, mengantuk, lapar, jenuh, takut, khawatir tentu saja bisa menghinggapi para ibu.
ADVERTISEMENT
Dari baru lahir hingga usia enam bulan yang dibutuhkan bayi adalah ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif. Di sini peran ibu adalah menyusui dan mengASIhi bayinya. Semua orang sepakat tentang manfaat ASI.
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Namun, menyusui tidak selamanya menghadapi proses yang mulus, juga banyak tantangan dan godaannya.
Manfaat menyusui sangat banyak bagi ibu, bayi, keluarga bahkan bagi negara.
Menyusui tidak membutuhkan biaya. Orang tua tidak perlu memikirkan makanan apa, minuman apa dan bagaimana menu untuk bayinya pada enam bulan pertama.
Namun, hal yang paling penting diperhatikan adalah kesehatan mental ibu yang sedang menyusui.
Seperti judul di atas ‘Menyusui Menjaga Kesehatan Mental Keluarga’, tetapi untuk sukses menyusui juga diperlukan perasaan dan pikiran yang sehat.
ADVERTISEMENT
Dalam menyusui kita mengenal hormon cinta yang bernama oksitosin. Dikenal dengan sebutan hormon cinta karena berhubungan dengan perasaan cinta dan kasih sayang, emosi positif, kedekatan atau bonding, sifat keibuan dan juga berperan dalam memperlancar ASI. Pada saat ibu menyusui bayinya, sinyal dari payudara akan dikirimkan ke otak agar melepaskan oksitosin. Hormon ini juga dapat mengurangi stress dan meredakan rasa cemas pada Ibu.
Dalam kehidupan ekonomi keluarga, ayah dan ibu tidak perlu berupaya keras menyediakan biaya ekstra untuk membeli susu formula untuk anak. Dengan demikian, mengurangi beban keluarga dari segi finansial. Hal ini juga turut menjaga kesehatan mental ibu karena susu bayi bukan menjadi merupakan permasalahan keluarga. Kita seringkali mendengar berita di meda sosial atau televisi tentang kasus pencurian susu yang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu dengan latarbelakang ekonomi yang sulit dan harus memenuhi susu anaknya. Aksi nekat seperti ini juga berhubungan dengan kesehatan mental ayah dan ibu. Ketika keadaan tidak sesuai harapan tentu muncul pikiran yang membuat seseorang terdorong melakukan sesuatu. Dengan alasan untuk bayi, tidak ada orang yang tega mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Faktor stress merupakan salah satu penyebab tidak lancarnya produksi ASI sehingga ini menjadi tantangan dalam menyusui. Agar dapat sukses dalam proses menyusui dan produksi ASI lancar, ibu harus bahagia menjalani perannya.
Kebahagiaan ibu tidak terlepas dari dukungan suami. Keberadaan suami sebagai sandaran, teman curhat dan saling membantu dalam pengasuhan anak sangat membantu menjaga kesehatan mental ibu.
Ibu tidak perlu stress karena pekerjaan yang belum selesai, anak yang tidak mau tidur, melakukan segala pekerjaan yang sudah menunggu dan sebagainya. Cemilan yang diberikan suami, pijitan ringan, aksi suami yang humoris, ciuman di kening dan pelukan sebelum dan ketika bangun tidur itu sangat membahagiakan istri. Kesehatan mental suamipun terhaga karena karena melihat istri dan bayinya bahagia.
ADVERTISEMENT
Dijamin deh ibu dapat menyusui dengan bahagia, produksi ASI lancar dan melimpah serta keluargapun harmonis.
Ibu bahagia, anak bahagia, suami bahagia, kesehatan mental keluarga terjaga.