Konten dari Pengguna

3,5 Tahun yang Berwarna di Kazakhstan

25 Agustus 2020 19:03 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maria Ardhanastri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pengalaman Membuka Perwakilan Indonesia di Kazakhstan

ADVERTISEMENT
Banyak orang berkata “Selalu ada pengalaman pertama untuk semua hal”. Rasanya kalimat itu sungguh tepat untuk menggambarkan pengalaman yang akan saya bagikan di sini.
ADVERTISEMENT
Pengalaman pertama yang sangat berkesan bagi saya adalah penugasan pertama saya di luar negeri.
Ya... saya bekerja di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yang untuk suatu waktu mengharuskan saya untuk bertugas di salah satu Perwakilan Indonesia di luar negeri.
Kalau pembaca bertanya apa yang berkesan dari penugasan saya itu, mungkin saya akan bingung menjawabnya. Mulai dari yang menyenangkan, membingungkan, hingga mengesalkan rasanya semua berkesan untuk saya.
Ditambah lagi, kala itu saya menjadi salah satu anggota tim beranggotakan hanya 3 orang, yang harus melakukan pembukaan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Astana (sekarang Nur-Sultan), Republik Kazakhstan.
Di tulisan ini, saya akan menceritakan beberapa pengalaman menarik yang saya alami di Kazakhstan:
ADVERTISEMENT
Ditugaskan untuk membuka salah satu KBRI di negara asing, membuat saya dan tim harus memulai semuanya dari nol. Tidak hanya melakukan tugas-tugas kediplomatan, namun saya juga harus melakukan tugas-tugas terkait administrasi dan keuangan.
Pelatihan dasar saya peroleh ketika pertama kali masuk Kemenlu dan pengalaman 3 tahun bekerja di kantor pusat, ternyata belum bisa menjadi modal yang cukup bagi saya untuk melaksanakan tugas di Kazakhstan.
Saya harus cepat belajar secara otodidak dan menyesuaikan diri dengan medan setempat termasuk dengan kondisi ekstrem iklim di Astana, dimana pada musim dingin suhunya bisa mencapai -40 derajat Celsius. Penugasan ini juga mengharuskan saya untuk belajar basic bahasa Rusia supaya bisa survive di sana.
Pada 29 Desember 2010, dengan segala keterbatasannya, akhirnya KBRI Astana bisa diresmikan, bersama-sama dengan 9 Perwakilan Indonesia di negara lain.
ADVERTISEMENT
Saat itu, hanya ada saya dan Kuasa Usaha Sementara – KUAI (saat itu belum ada Duta Besar) yang menjadi saksi pengibaran bendera merah putih di Kazakhstan, di tengah hujan salju yang lebat.
Dan dari sinilah perjalanan KBRI Astana dimulai…
(Caption: Pengibaran bendera merah putih menandai peresmian KBRI Astana di Kazakhstan – koleksi pribadi)
Pengalaman berkesan selanjutnya adalah ketika KBRI Astana menerima kunjungan resmi Wakil Presiden RI Bapak Boediono, dalam rangka menghadiri forum World Islamic Economic Forum (WIEF) pada bulan Juni 2011.
Keterbatasan staf KBRI kala itu, mengharuskan kami berbagi tugas, mengingat penerbangan internasional yang menuju Astana harus melalui bandara Almaty, ibukota terdahulu.
Sesuai kelaziman dan protokol yang ada, akhirnya diputuskan saya yang akan memfasilitasi kedatangan Wakil Presiden beserta rombongan, selama transit di bandara Almaty; sementara KUAI yang akan menyambut kedatangan beliau di Astana.
ADVERTISEMENT
Kesempatan inilah, yang memungkinkan saya menjadi orang Indonesia pertama di Kazakhstan yang berkesempatan untuk menyambut kedatangan orang nomor 2 Indonesia kala itu.
Saya bahkan dapat menemani dan berbincang langsung dengan Bapak Boediono, sebelum akhirnya beliau melanjutkan penerbangan ke Astana.
(Caption: Sesaat sebelum kepulangan Wapres Boediono di Bandara Astana, Juni 2011 – koleksi pribadi)
Kunjungan kenegaraan Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono ke Kazakhstan pada 2013 menjadi puncak capaian KBRI Astana, paling tidak selama 3,5 tahun penugasan saya.
Kunjungan kenegaraan ini menandai juga peringatan 20 tahun hubungan diplomatik RI – Kazakhstan dan diwarnai dengan berbagai macam rangkaian kegiatan, antara lain Festival Film Indonesia dan Festival Budaya Indonesia di Kazakhstan. Dan saya, sebagai Pelaksana Fungsi Sosbud KBRI Astana, merupakan penanggung jawab acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Festival Budaya Indonesia, yang dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI kala itu, mendapat sambutan yang meriah dari publik Kazakhstan karena skalanya yang cukup besar.
Segala kesulitan dan kehebohan yang kami alami dari proses persiapan hingga pelaksanaan acara, rasanya terbayar lunas setelah melihat antusiasme masyarakat Kazakhstan.
Pada akhirnya, seluruh rangkaian kegiatan peringatan 20 tahun hubungan diplomatik RI – Kazakhstan pun dapat terlaksana dengan baik.
(Caption: Pendukung acara Festival Budaya Indonesia di
Hal terbaik yang saya rasakan dari penugasan di Astana adalah bisa menemukan kehangatan di salah satu ibukota terdingin di Dunia.
Saya merasa seperti menemukan rumah dan keluarga baru di Kazakhstan.
Kedekatan dan kehangatan yang saya rasakan ini mungkin terjadi karena kami semua, staf dan anggota keluarga besar KBRI Astana, memulainya bersama-sama dari nol. Semua cerita bahagia, kesedihan, capaian, maupun kesulitan yang ada dibagi bersama.
(Caption: Bersama staf dan keluarga besar KBRI Astana – koleksi pribadi)
Dari pengalaman ini, saya banyak belajar dan menyadari bahwa semua penugasan kami di luar negeri adalah unik, tidak ada yang sama satu dengan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Mungkin saya belum pernah bertugas mewakili Indonesia di forum multilateral atau turun tangan dalam proses perlindungan WNI di luar negeri, tapi rasanya pengalaman saya ini tidak kalah menantang dan belum tentu datang untuk kali kedua.
Rakhmet Kazakhstan! Terima kasih KBRI Astana!