Belajar Terapi ABA versi Orang Tua Anak dengan Autisme

Maria Ardianingtyas
Maria Ardianingtyas, S.H., LL.M, Advokat dan Pemerhati Hukum di Indonesia www.malawfirm.net
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2019 14:13 WIB
Tulisan dari Maria Ardianingtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Ibu dan Anak dalam Sesi ABA
ADVERTISEMENT
Ketika anak didiagnosa awal dengan gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder (“ASD”) ), apa yang dirasakan oleh orangtua si anak? Tentunya rasa panik dan galau karena bingung apa yang harus dilakukan. Biasanya dokter anak yang memberikan diagnosa awal memberikan rujukan agar anak mengikuti metode terapi yang populer di Indonesia yaitu Terapi Wicara dan Terapi Okupasi.
Namun, untuk penanganan individu penyandang autisme yang hasilnya efektif, penanganan dengan Terapi Wicara dan Terapi Okupasi belumlah cukup. Hal ini disebabkan karena pada umumnya penyandang autisme mengalami masalah perilaku (problem behavior) sesuai dengan level autismenya. Untuk membentuk perilaku penyandang autisme agar mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya, diperlukan juga Terapi Perilaku yaitu dengan ilmu Applied Behavior Analysis atau yang populer disebut ABA.
ADVERTISEMENT
Saat ini metode ABA banyak dijalankan oleh para terapis ABA di Indonesia, namun penerapannya masih banyak yang belum memenuhi standar Internasional yaitu sesuai dengan standar Behavior Analyst Certification Board, Inc. (BACB). Padahal, apabila metode Terapi Perilaku dengan ilmu ABA (Terapi ABA) ini diterapkan secara tidak tepat kepada anak dengan ASD, maka akibatnya justru dapat membuat stagnasi bahkan kemunduran bagi tumbuh kembang sang anak dengan ASD tersebut. Selain itu, mitos ABA yang bermunculan di kalangan orangtua di Indonesia adalah metode ABA dapat membuat anak autisme berperilaku seperti robot.
Selain itu, anak dengan ASD memerlukan durasi terapi ABA yang cukup panjang tergantung dari level autismenya dan tentunya biaya yang dikeluarkan orang tua tidak sedikit. Menurut DSM-5, ada 3 level tingkatan dalam ASD, yaitu Level 1 (autisme ringan) yaitu penyandang autisme yang memiliki kemampuan komunikasi secara verbal cukup baik tetapi memiliki kesulitan dalam interaksi sosial serta perilaku yang berulang. Lalu, Level 2 (autisme sedang), yaitu penyandang autisme yang memiliki kemampuan komunikasi verbal terbatas dan memiliki kesulitan yang sama dengan Level 1, ditambah gangguan emosional dan masalah sensori. Terakhir adalah Level 3 (autisme berat), di mana penyandang autisme tersebut memiliki kemampuan komunikasi nonverbal dan berbagai masalah yang cukup kompleks.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari melihat permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini, maka Penulis ingin membagikan ilmu metode ABA berdasarkan teori ABA standar BACB Internasional dan pengalaman pribadi dalam penanganan anak dengan autisme sejak awal 2016 di kota Milan Italia, dimana Penulis menjadi terapis ABA untuk anak sendiri di bawah bimbingan Konsultan ABA (Board Certified Behavior Analyst/BCBA). Selain itu, Penulis juga membekali diri dengan mempelajari ratusan buku, video, podcast, webinar bahkan mengikuti beberapa online course terkait ilmu ABA. Di bulan Juni 2018, Penulis membentuk Facebook Group FGD ABA Indonesia, yang keanggotaannya cukup selektif, sebagai wadah diskusi para orang tua dan terapis yang serius mempelajari ilmu ABA. Kemudian untuk menambah khazanah dunia pendidikan anak dengan autism, Penulis membuat YouTube channel Special Learning with Abhi di bulan Februari 2019 yang isinya video penerapan praktis metode ABA yang dapat dilakukan oleh orangtua sendiri pada anaknya. Kemudian di bulan Juni 2019 Penulis membuat website https://speciallearningwithabhi.com/ yang sampai saat ini masih bersifat softlaunching, agar semua kegiatan Penulis sehubungan dengan ilmu metode ABA untuk para orang tua dapat terintegrasi dengan baik. Memilih jalur Parent Coach, Penulis juga memberikan Online Workshop yang basisnya berupa parenting coaching yang tematik sesuai dengan kebutuhan belajar para orangtua yang mudah dipraktekkan dengan biaya yang sangat terjangkau. Di dalam Online Workshop tersebut, Penulis juga memotivasi para orang tua bahwa mereka mampu menjadi terapis ABA anak sendiri. Dan sudah banyak orangtua yang merasakan manfaatnya dari kegiatan-kegiatan di atas.
ADVERTISEMENT
Sebagai Parent Coach berbasis metode ABA, Penulis berharap apa yang telah dan akan dilakukan oleh Penulis dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi dunia pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan ASD. Khususnya bagi para orang tua dapat menambah jam terapi yang juga menhemat biaya dengan ilmu praktis ABA yang dipelajari sendiri secara mandiri, sehingga budget dapat digunakan untuk hal-hal yang sifatnya urgensi, seperti konsultasi ke dokter, psikolog, dsb. Penulis percaya bahwa orangtua adalah terapis terbaik untuk anak dengan autisme, asal belajar penerapan metode ABA yang benar dan tepat.
Milan, 15 Agustus 2019 (Ferragosto)
Maria Ardianingtyas, S.H.,LL.M