Menghitung Kerugian Terumbu Karang Raja Ampat Akibat Kapal Pesiar

12 Maret 2017 15:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kerusakan terumbu karang Raja Ampat (Foto: Marine Megafauna Foundation)
zoom-in-whitePerbesar
Kerusakan terumbu karang Raja Ampat (Foto: Marine Megafauna Foundation)
Caledonian Sky, sebuah kapal pesiar milik perusahaan Inggris bernama Noble Caledonia, berlabuh di atas hamparan terumbu karang seluas 1.600 meter, mengakibatkan kerusakan parah pada ekosistem bawah laut Raja Ampat.
ADVERTISEMENT
Menyadari telah berlabuh di titik yang salah, kapal Caledonian Sky lantas ditarik kembali ke laut, yang malah menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
Dengan berat mencapai 4.200 ton, proses penarikan kapal pesiar tersebut dilakukan dengan perhitungan yang minim terhadap risiko kerusakan, sehingga kapal tersebut diduga merusak salah satu wilayah perairan dengan keragaman ekosistem bawah laut yang paling beragam.
Sejauh ini, tengah dilakukan perancangan untuk upaya revitalisasi batu karang yang rusak tersebut. Selain itu, angka ekonomi dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan masih dihitung hingga saat ini.
"Nilai ekonomi dari kerugian yang dihasilkan masih terus dihimpun dan dihitung. Belum ada angka pasti," ungkap Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat Yusdi Lamatenggo kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (13/3).
ADVERTISEMENT
Yusdi tak mau berkomentar banyak soal kejadian itu. Dia juga tak ingin berspekulasi sebelum ada hasil perhitungan resmi. "Datang saja ke Raja Ampat," ucapnya.
Guardian sempat mewawancarai Ricardo Tapilatu, seorang pakar kelautan dari Universitas Papua. Menurutnya, proses perbaikan dapat mencapai kisaran 800 - 1.200 dolar AS per meter persegi, dengan total angka perbaikan bisa mencapai 1,28 juta - 1,92 juta dolar Amerika Serikat.
Perbaikan terhadap kerusakan batu karang yang terjadi akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu upaya perbaikan yang akan dilakukan sebagai tindakan preventif adalah dengan membuat lebih banyak batas dan rambu yang lebih jelas untuk menghindari kapal-kapal berlabuh di titik-titik ekosistem yang vital, serta memberi arahan jalur kapal untuk berlabuh di titik yang lebih aman.
ADVERTISEMENT