Babak Baru Persoalan Angkutan Umum

10 Maret 2017 9:23 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bentrok ojek online dan angkot di Tangerang (Foto: Anggi Dwiky Dermawan/kumparan)
Prahara antara angkutan tradisional dengan angkutan online ternyata usai. Setelah sempat adem ayem, hubungan di antara keduanya kini memanas kembali. Dalam dua hari ini, sudah terdapat dua bentrokan yang cukup besar antara angkot konvensional dengan angkutan online, yakni di Tangerang dan Bandung.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebabnya, belum ada aturan maupun kebijakan yang membuat nyaman kedua belah pihak.
Berikut ulasan dua kejadian terakhir yang seakan menjadi penanda babak baru perseteruan angkutan konvensional dan ojek online.
1, Kasus di Tangerang
Kasus ini bermula dari demo yang dilakukan oleh sopir angkot di Tangerang. Demo tersebut dihadiri oleh hampir 1.000 sopir angkot, dimulai pada pukul 9 pagi, Rabu (8/3). Demo tersebut diawali dengan cukup tertib.
Namun situasi berubah menjadi memanas ketika ada seorang pengendara ojek online lewat di jalan yang terletak tak jauh dari lokasi demo. Para sopir angkot langsung bertindak dan mengepung sopir online tersebut.
Tindakan yang dilakukan oleh para sopir angkot terhadap sopir online nyatanya mengundang respons balasan dari para sopir online. Pada sore harinya, massa sopir ojek online pun ‘membalas’ dengan melakukan sweeping terhadap angkot yang memiliki trayek di Tangerang. Para sopir pun melakukan konvoi dan merusak angkot-angkot yang melintas atau tengah parkir di sekitar.
ADVERTISEMENT
Para sopir ojek online menghantam sopir angkot yang melintas. Bagian kaca dari salah satu angkot pun pecah akibat dihantam menggunakan batu dan benda keras lain oleh para sopir ojek online.
Sebelum melakukan sweeping, para sopir online terlebih dahulu melaporkan kekerasan yang diterima oleh rekan-rekannya. Laporan tersebut dilayangkan atas kasus pemukulan dan kekerasan yang dilakukan oleh para sopir angkot kepada rekan sopir ojek online.
Respons dari Polisi:
Demo dan laporan diterima oleh Polres Metro Tangerang. Pada malam hari selepas adu sweeping antara sopir angkot dan sopir ojek online usai, ‘musyawarah’ pun dilakukan antar dua pihak tersebut, dimediasi oleh pihak kepolisian. Kesepakatan tersebut kemudian dituliskan dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, sebagai bukti bahwa perseteruan serupa tak akan lagi terjadi di antara keduanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai langkah preventif, pihak kepolisian akan menambah personel untuk berjaga di area yang ramai dan menjadi tempat pangkalan kendaraan umum. Hal ini dilakukan juga untuk menjamin keamanan kedua belah pihak dan mengayomi masyarakat yang berada di sekitar area tersebut.
Proses mediasi pun tak berhenti sampai meja kepolisian saja. Sosialisasi pun digalakan oleh pihak kepolisian setempat untuk memberi informasi kepada pihak sopir angkot dan sopir ojek online mengenai kesepakatan yang sudah dicapai melalui mediasi sebelumnya. Selebaran tersebut dibagikan ke titik ramai di beberapa wilayah.
Bentrok ojek online dan angkot di Tangerang (Foto: Anggi Dwiky Dermawan/kumparan )
Respons dari Pemerintah:
Pemerintah Kota Tangerang bersedia untuk membantu pembiayaan para korban bentrok antara supir angkot dengan ojek online.
Pihak Pemkot Tangerang akan membantu pembiayaan bagi korban dari kejadian tersebut," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dikonfirmasi kumparan.com, Kamis (9/3).
ADVERTISEMENT
Pembiayaan ini tentunya disambut baik oleh para korban. Salah satu yang dibiayai adalah biaya rumah sakit dan pengobatan korban.
Dampak bagi Masyarakat:
Masyarakat sempat kesulitan untuk mencari angkutan umum, baik angkot maupun kendaraan online. Kepanikan juga sempat dirasakan masyarakat yang berada di sekitar area sweeping karena baku hantam yang terjadi di antara kedua belah pihak.
Masyarakat juga sempat diributkan dengan berita hoax yang menyampaikan bahwa akan ada rentetan aksi balasan terkait dengan bentrokan tersebut. Namun, kepolisian menenangkan masyarakat dan mengimbau untuk tetap beraktivitas seperti biasa.
Unjuk rasa angkutan umum di Tangerang. (Foto: Antara/Lucky R)
2. Demo Angkot di Bandung
Ratusan sopir angkutan kota (angkot) se-Bandung Raya berunjuk unjuk rasa di depan Gedung Sate Bandung.
Mereka menuntut agar pemerintah daerah mencabut Permenhub Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaran Angkutan Orang dengan Kendaran Bermotor Umum Tidak dalam trayek, khususnya yang mengatur tentang operasional transportasi berbasis aplikasi.
ADVERTISEMENT
Para sopir angkot yang berdemo membawa serta armadanya, lalu memarkir armadanya tersebut di depan Gedung Sate Bandung.
Keluhan yang menjadi dasar gerakan demo tersebut adalah kehadiran angkutan online yang mengusik kenyamanan dan ketentraman angkutan tradisional. Kehadiran angkutan online pun dikeluhkan telah mengurangi pendapatan angkutan konvensional hingga 80 persen.
Dalam demo ini, terdapat satu mobil pribadi yang tengah dikendarai oleh satu keluarga yang diserang. Dalam sebuah video, dapat dilihat kerumunan massa yang merusak dan menghantam kaca mobil, hingga para penumpangnya panik dan berteriak.
Demo angkot di Gedung Sate Bandung (Foto: Agus Bebeng/ANTARA)
Respons dari Polisi:
Sebanyak 1.675 polisi turut mengawal demo sopir angkot. Untuk mengamankan situasi dan kondisi sekitar area demonstrasi, aparat kepolisian memberlakukan pengamanan terbuka dan tertutup.
ADVERTISEMENT
Untuk membuat situasi agar tetap aman dan kondusif, aparat kepolisian Bandung menyusun rencana pengamanan dengan mengawal di titik-titik kumpul keberangkatan para sopir angkot yang turut serta dalam demontrasi menuju ke Gedung Sate.
Mobil warga Bandung yang dirusak (Foto: Ajat Sudrajat/ANTARA)
Respons dari Pemerintah:
Kecepatan tanggap pemerintah Bandung dalam merespon kejadian demonstrasi angkot di Bandung memang patut diacungi jempol. Mobil-mobil pelat merah milik sejumlah kecamatan dimanfaatkan untuk menjadi kendaraan pengangkut warga yang tengah panik karena tak ada angkutan umum yang melintas atau bisa dipesan.
Walikota Bandung Ridwan Kamil menginstruksikan pengadaan sejumlah bus kota, bus milik Pemda, dan kendaraan dinas staf Pemkot untuk menolong warga yang membutuhkan akses transportasi.
Untuk menanggapi aksi-aksi yang berujung anarkis, Pemkot Bandung bersama dinas terkait mengimbau masyarakat untuk langsung melaporkan apabila terjadi kejadian pemukulan atau perilaku kekerasan. Pemerintah akan berupaya untuk mengusut dan menangkap pelaku.
ADVERTISEMENT
Dampak bagi Masyarakat:
Masyarakat sempat panik dan gaduh, salah satunya adalah ketika terjadi penyerangan terhadap mobil pribadi yang tengah mengangkut satu keluarga yang berwisata di Bandung.
Kejadian ini tentunya memancing emosi warga, karena mobil tersebut dirusak begitu saja secara membabi buta.
Kejadian ini bermula saat mobil pribadi meluncur di dekat area demonstrasi. Saat mobilnya meluncur, sejumlah massa demonstrasi lantas langsung turun dan memukuli keluarga tersebut dan memecahkan kaca-kaca mobilnya.
Keluarga tersebut akhirnya menjadi trauma. Usai perusakan tersebut, Depi selaku kepala keluarga langsung bergegas menuju Polsek Regol untuk melaporkan kejadian perusakan yang dialaminya.
Angkot di Bandung (Foto: Arif Firmansyah/ANTARA)