Konten dari Pengguna

Amnesia Disosiatif: Hilang Ingatan karena Trauma Psikologis

Maria Elisa Sinaga
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
5 Desember 2022 9:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maria Elisa Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Edit by Maria
zoom-in-whitePerbesar
Edit by Maria
ADVERTISEMENT
Ketika sedang menonton film atau drama, kita pasti sering melihat penyebab utama amnesia sering kali dihubungkan dengan kecelakaan yang mencederai kepala hingga mengakibatkan seseorang tersebut melupakan identitas dirinya. Namun ternyata, hal itu tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Di dalam dunia medis sendiri istilah amnesia atau yang biasa disebut dengan hilang ingatan, terjadi akibat kerusakan pada bagian otak. Selain karena cedera otak, ternyata amnesia juga bisa terjadi karena trauma secara psikologis.
ADVERTISEMENT
Apa yang Membedakan Amnesia Disosiatif dengan Amnesia Pada Umumnya?
Definisi amnesia pada umumnya yaitu kehilangan ingatan mengenai suatu informasi maupun pengalaman dan kesulitan untuk mengingat informasi baru, tetapi masih bisa mengingat identitas diri sendiri. Amnesia disosiatif berbeda dengan jenis amnesia pada umumnya yang terjadi akibat cedera pada otak. Seseorang yang mengalami Amnesia disosiatif tidak mampu untuk mengingat informasi pribadi yang penting mengenai dirinya dan pengalaman yang sering kali berhubungan dengan kejadian traumatis dan penuh tekanan (Halgin, 2012).
Jenis amnesia yang satu ini berkaitan dengan memori, dimana ingatan sebenarnya masih ada dan tersimpan sangat dalam di alam bawah sadar dan tidak dapat diingat. Ingatan amnesia pada umumnya dapat kembali muncul secara perlahan ketika sudah melakukan terapi. Sedangkan pada amnesia disosiatif, ingatan tersebut dapat kembali muncul kapan saja dengan sendirinya ataupun setelah dipicu oleh sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa yang dialami. Dalam beberapa kasus, bahkan ada pengidap amnesia disosiatif yang parah hingga menyebabkan mengalami fugue disosiatif yaitu mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaannya serta memiliki identitas yang baru.
ADVERTISEMENT
Hubungan Otak dan Memori terhadap Amnesia Disosiatif
Edit by Maria
Berdasarkan penelitian menggunakan PET (Possitron Emmissions Topography), daerah lobus frontal atau otak bagian depan berperan dalam pemrosesan informasi dan emosi secara mendalam. Adapun bagian lobus frontal yang berkaitan dengan memori, yaitu hippocampus, cortex, dan thalamus yang merupakan bagian penting dari memori jangka panjang. Memori jangka panjang diolah di hippocampus lalu diteruskan dan diproses dalam cerebral cortex. Informasi dari mata dan telinga dilewatkan ke visual cortex dan auditory cortex, dan memori jangka panjang yang bertipe visual dan auditori juga disimpan di sekitar lokasi tersebut. Hippocampus juga berperan dalam menghubungkan emosi ke dalam ingatan tersebut, sehingga ketika pasien amnesia disosiatif mengingat kembali ingatannya yang berkaitan dengan trauma, maka mereka akan terpicu dan mengalami rasa takut, cemas, bahkan stres dan depresi yang bisa menyebabkan penurunan kinerja dalam bidang sosial, pekerjaan, dan lainnya. Hal ini karena pikiran sadar yang bersinggungan dengan informasi-informasi yang membuat pasien merasa tidak nyaman dan berada dalam bahaya, sehingga akan menekannya ke alam bawah sadar sebagai bentuk mekanisme pertahanan. Beberapa dari pasien amnesia disosiatif bahkan tidak menyadari bahwa mereka mengalami kehilangan ingatan dan tidak menunjukkan kekhawatiran dengan kondisi tersebut dan melanjutkan kehidupan seperti biasanya.
ADVERTISEMENT
Merujuk pada kata “disosiatif” yang artinya terpisah, menunjukkan bahwa pada amnesia disosiatif tidak semua jenis memori atau ingatan terganggu. Amnesia disosiatif sering kali berkaitan dengan hilangnya ingatan pada memori autobiografi, yaitu segala ingatan yang melekat pada diri yang bersangkutan dan memori episodik, yaitu peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Hal ini terlihat dari para pasien amnesia yang tidak mengalami kesulitan dalam mengingat dan mempelajari kecakapan perseptual dan motorik. Dengan kata lain, terdapat memori yang berbeda untuk fakta dan untuk kecakapan yaitu pada memori semantik dan memori prosedural.
Amnesia Disosiatif Lebih Sering Terjadi pada Perempuan
Dilansir dari situs Universitas Airlangga, berdasarkan penelitian dari Homewood Health United Kingdom menyatakan bahwa, sebesar 47 persen perempuan memiliki resiko yang tinggi terkena gangguan kesehatan mental dibandingkan laki-laki yang memiliki resiko sebesar 36 persen. Hal ini berhubungan dengan amnesia disosiatif yang lebih sering terjadi pada perempuan karena mengalami peristiwa traumatis dimana perempuan sering menjadi korban, seperti korban kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, dan lainnya. Ketika perempuan mengalami peristiwa traumatis maka akan mengalami yang namanya fase stres. Paparan stres jangka panjang ini diyakini sebagai salah satu penyebab terjadinya penurunan fungsi kognitif dan berhubungan dengan penurunan volume hippocampus yang menyebabkan lebih mudah kehilangan memori (Nieoullon A, 2011, Bath KG et al, 2013).
ADVERTISEMENT
Pengobatan yang Dapat Dilakukan untuk Pasien Amnesia Disosiatif
Tujuan utama dari pengobatan amnesia disosiatif adalah untuk meringankan gejala dan mengontrol perilaku masalah, membantu pasien dengan aman mengekspresikan dan memproses kenangan yang menyakitkan serta mengembalikan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Sebenarnya belum ada pengobatan amnesia disosiatif yang terbukti efektif. Namun, ada beberapa pilihan terapi yang dapat membantu proses pemulihan di antaranya, yaitu dengan Cognitive Behavioural Therapy (CBT). Terapi ini merupakan terapi perilaku kognitif yang bertujuan untuk memulihkan pengalaman emosional yang menyedihkan atau perilaku disfungsional dengan mengubah cara pandang pasien dalam menafsirkan dan mengevaluasi pengalaman yang telah terjadi (Jones, et, al, 2012). Selain itu, orang dengan gangguan ini mungkin dapat terbantu dari obat-obatan seperti obat antidepresan atau obat anti-cemas. Dalam proses pemulihan juga diperlukan dukungan dari keluarga atau orang terdekat dengan memberikan edukasi mengenai gangguan amnesia disosiatif untuk mengenali tanda-tanda gejala kambuh dan penyebab dari gangguan tersebut.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Bhinnety, M. (2008). Struktur dan proses memori. Buletin Psikologi, 16(2). https://doi.org/10.22146/bpsi.7375
Karlina, D. (2018). Laporan Kasus: Gangguan Disosiasi (Konversi). Majalah Kedokteran UKI, 34(3), 126-130. https://doi.org/10.33541/mkvol34iss2pp60
Lecturio Medical (2017). Dissociative Amnesia – Psychiatry | Lecturio [Video]. Youtube. https://youtu.be/4VedBaY7AVU
Wahyuni, S. (2019). Simtomatologi dalam Kajian Kesehatan Mental. Jurnal Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 271-290.