Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Kehidupan Adam dan Hawa dan Masyarakat Makmur Asli
29 Mei 2024 12:24 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Maria Elisa Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kehidupan Adam dan Hawa
Para ilmuwan mengklaim bahwa otak dan pikiran kita disesuaikan dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Kebiasaan makan, konflik, dan seksualitas kita adalah hasil dari cara pikiran pemburu-pengumpul berinteraksi dengan arus lingkungan. Lingkungan saat ini memberikan kita lebih banyak sumber daya material dan umur yang lebih panjang daripada generasi sebelumnya, tetapi sering membuat kita merasa terasing, depresi, dan tertekan. Untuk memahami hal tersebut kita harus memahami terlebih dahulu mengenai dunia manusia kuno yang membentuk kita yang secara bawah sadar masih kita huni. Pertanyaan seperti mengapa orang tergila-gila dalam mengkonsumsi makanan secara berlebihan? Hal ini dapat kita lihat dari sudut pandang kebiasaan makan nenek moyang kita. Ribuan tahun lalu, ketika manusia masih tinggal di padang rumput dan hutan, makanan merupakan hal yang langka dan sulit ditemukan. ketika mereka menemukan makanan, hanya terdapat satu jenis makanan manis yaitu buah ara yang matang.
ADVERTISEMENT
Hal paling bijaksana yang dilakukan oleh manusia pada saat itu adalah memakan sebanyak mungkin buah tersebut sebelum kelompok hewan lain mengambilnya. Inilah yang menjadi asal usul mengapa nafsu untuk makan makanan berkalori tinggi telah tertanam dalam bawah sadar kita sejak lahir. Alam bawah sadar kita memberikan sinyal kewaspadaan terhadap sesuatu ketika memakan makanan sehingga tanpa sadar mengkonsumsinya secara berlebihan. Beberapa psikolog evolusioner berpendapat bahwa kelompok mencari makan di zaman dahulu tidak terdiri dari keluarga inti yang berpusat pada pasangan monogami. Sebaliknya, para penjelajah yang tinggal di komune (wilayah administratif) tanpa kepemilikan pribadi, hubungan poligami dan tanpa adanya peran ayah. Dalam kelompok seperti itu, seseorang bisa berhubungan intim dengan beberapa pria (dan wanita) secara bersamaan, dan semuanya orang dewasa bekerja sama dalam mengasuh anak-anaknya. Karena tidak ada seorangpun yang tahu secara pasti anak mana yang menjadi miliknya, para laki-laki menunjukkan perhatian yang sama untuk semua generasi muda.
ADVERTISEMENT
Banyak ilmuwan dengan keras menolak teori ini, mereka berpendapat bahwa monogami dan pembentukan keluarga inti adalah inti kemanusiaan perilaku. Itulah sebabnya saat ini hubungan monogami dan keluarga inti menjadi hal yang paling penting dalam norma di sebagian besar budaya. Selain itu, Zaman Batu seharusnya lebih tepat disebut Zaman Kayu karena sebagian besar peralatan yang digunakan oleh pemburu kuno terbuat dari kayu. Sebagian besar dari kita sangat sulit dalam memahami bagaimana kepercayaan dan ritual yang dilakukan oleh pemburu-pengumpul kuno. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan prediksi terhadap masyarakat modern hingga masyarakat kuno ialah bahwa seluruh masyarakat pengembara yang bertahan hingga era modern telah dipengaruhi oleh pertanian dan industri di sekitarnya. Hal ini berarti apa yang dialami oleh masyarakat modern juga telah dialami oleh masyarakat kuno pada puluhan ribu tahun yang lalu. Masyarakat modern yang tinggal di daerah dengan kondisi iklim yang sulit dan medan yang tidak ramah, tidak cocok untuk dijadikan wilayah pertanian.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Makmur Asli
Zaman dahulu, sebagian besar anggota masyarakat pertanian dan industri memiliki hewan peliharaan. Namun, anjing dibuat sebagai pengecualian karena anjing digunakan untuk berburu dan berkelahi, serta sebagai bentuk alarm peringatan ketika terdapat binatang buas dan manusia penyusup. 15.000 tahun yang lalu, masyarakat bertukar anggota, berburu bersama, berdagang, memperkuat aliansi politik dan merayakan ritual bersama sehingga mereka bisa bersatu menjadi satu suku, berbagi bahasa yang sama, mitos yang sama, dan norma-norma dan nilai-nilai umum. Pergerakan masyarakat kuno dipengaruhi oleh perubahan musim, migrasi tahunan hewan dan siklus pertumbuhan tanaman. Teknik bertahan hidup dan mencari makanan serta tersedianya sumber daya alam dan makanan di sepanjang laut dan sungai menjadi bekal manusia dalam mendirikan pemukiman permanen pertama dalam sejarah. Sapiens yang merupakan manusia modern tidak hanya mencari bekal dalam bentuk makanan dan material tetapi juga mencari pengetahuan dari berbagai wilayah yang ia lewati. Untuk bertahan hidup dan memaksimalkan efisiensi pencarian makanan sehari-hari mereka, mereka membutuhkan peta yang detail mengenai wilayah mereka serta informasi tentang pola pertumbuhan setiap tanaman dan kebiasaan masing-masing hewan. Mereka perlu tahu makanan apa saja yang bergizi, apa yang membuat sakit, dan bagaimana memanfaatkan orang lain sebagai bantuan dalam pengobatan.
ADVERTISEMENT
Rata-rata penjelajah dahulu mempunyai beragam pengetahuan yang luas tentang lingkungan sekitarnya daripada manusia zaman sekarang. Saat ini, sebagian besar masyarakat industri tidak memiliki pengetahuan tentang alam untuk bertahan hidup sebanyak masyarakat kuno. Ada beberapa bukti yang menunjukkan ukuran rata-rata otak Sapiens sebenarnya menurun sejak usia mencari makan. Bertahan hidup di era tersebut membutuhkan kemampuan mental yang luar biasa dari semua orang. Ketika pertanian dan industri datang, manusia semakin bisa mengandalkan keterampilan orang lain untuk bertahan hidup. Didukung juga oleh semakin banyaknya teknologi canggih yang dapat membantu dan meringankan pekerjaan manusia di zaman sekarang. Para penjelajah dahulu tidak hanya menguasai dunia hewan dan tumbuhan di sekitarnya dan benda-benda, tetapi juga dunia internal tubuh dan inderanya sendiri. Mereka punya keterampilan fisik yang tidak dimiliki oleh manusia modern bahkan setelah bertahun-tahun berlatih fisik. Bukti dari kerangka fosil menunjukkan bahwa para masyarakat kuno memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami penderitaan akibat kelaparan atau kekurangan gizi, dan secara umum lebih tinggi dan lebih sehat daripada manusia zaman sekarang. Petani zaman sekarang cenderung makan dengan pola makan yang terbatas dan tidak seimbang. Sebaliknya, para penjelajah zaman dahulu secara teratur memakan berbagai buah-buahan dan makanan yang berbeda. Para penjelajah zaman dahulu juga lebih sedikit menderita penyakit menular.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Pemahaman kita mengenai kehidupan para pemburu-pengumpul kuno sangatlah terbatas karena sedikitnya barang bukti yang tersisa diteliti. Masyarakat pemburu-pengumpul kuno memiliki keragaman bahasa, budaya, dan cara hidup yang berbeda-beda. Oleh karena itu, walaupun kita bisa belajar dari masyarakat pemburu-pengumpul modern, kita harus berhati-hati dalam menyimpulkan tentang kehidupan mereka yang kuno. Kebiasaan dan cara berpikir manusia saat ini merupakan hasil dari pikiran manusia kuno dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga apa yang secara sadar maupun tidak sadar kita lakukan mungkin telah dilakukan oleh nenek moyang kita atau manusia kuno pada ribuan tahun lalu. Jika dibandingkan antara kehidupan nenek moyang kita dan kehidupan kita sekarang, kehidupan mereka jauh lebih makmur dan mereka memiliki lebih banyak pengetahuan luas dibandingkan manusia zaman sekarang. Hal ini dikarenakan tuntutan dari lingkungan dan cara bertahan hidup sehingga berbeda dengan manusia zaman sekarang yang semakin berkembang dan sudah banyak teknologi canggih untuk menyediakan sumber daya yang mereka inginkan. Namun, merupakan suatu kesalahan jika mengidealkan kehidupan orang-orang zaman dahulu ini. Meskipun mereka menjalani kehidupan yang lebih baik daripada kebanyakan masyarakat di bidang pertanian dan industri saat, hal itu karena tuntutan mereka dalam bertahan hidup di dunia yang masih keras dan tidak kenal ampun.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A brief history of humankind. Random House.