Konten dari Pengguna

Night Walk di Manchester

Maria F
United Kingdom
11 Februari 2021 22:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maria F tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu, saya dan suami melihat berita di BBC mengenai hobi baru yang muncul selama pandemi, yaitu berjalan kaki di malam hari. Para pejalan kaki ini memanfaatkan saat di mana jalanan, taman, dan area terbuka sudah lengang.
ADVERTISEMENT
Memang di waktu pandemi, kami biasanya menghindar dari keramaian. Jika berjalan di trotoar maupun di taman dan terpaksa berpapasan dengan orang lain, etiketnya sekarang adalah memberikan ruang yang cukup di antara pejalan kaki. Pada saat lockdown, penduduk Inggris diminta untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak penting. Jadi, kalau dulu penduduk masih bisa berpergian ke daerah pedesaan atau perbukitan untuk berolah raga jalan kaki, sekarang ini terpaksa hanya bisa berekreasi di taman dan kebun botani lokal. Akibatnya, taman dan kebun botani lokal jadi lebih ramai daripada biasanya, apalagi pada saat akhir pekan. Menghindar dari keramaian di taman menjadi sulit dilakukan.
Nah, menurut para pejalan kaki di malam hari, suasana yang sepi membuat mereka bisa menikmati jalan kaki dengan lebih aman tanpa harus sering berpapasan dengan banyak orang. Salah satu perempuan pejalan kaki mengatakan bahwa sering kali orang merasa bahwa lingkungan di luar rumah di malam hari bukanlah tempat yang aman bagi perempuan. Berjalan di malam hari baginya merupakan cara untuk mengklaim bahwa perempuan juga memiliki hak untuk menikmati lingkungan di luar rumah dengan aman.
ADVERTISEMENT
Trotoar jalan di Manchester biasanya cukup terang dengan lampu jalan, sehingga cukup menentramkan untuk berjalan di malam hari. Namun, para pejalan kaki bukan hanya berjalan di daerah perumahan, tetapi juga mengambil rute jalan kaki di taman, kebun botani, pantai, dan daerah perbukitan dekat rumah mereka yang tidak diterangi lampu jalan. Jadi, untuk penerangan mereka menggunakan senter, lentera, sampai lampu yang ditaruh di dahi dengan tali yang melingkari kepala.
Saya dan suami biasanya berjalan kaki di kebun botani Fletcher Moss dekat rumah kami. Kebun botani ini sebetulnya cukup luas, yaitu sekitar 4 hektar, dan masih ditambah dengan akses ke area terbuka di bantaran sungai Mersey, serta jalan-jalan setapak ke area hijau di sekelilingnya termasuk ke taman lain di daerah yang bertetangga. Namun, karena kebun botani ini cukup populer di masa pandemi, akhir-akhir ini kami merasa bahwa Fletcher Moss menjadi terlalu ramai, terutama di akhir pekan dan pada saat cuaca cerah.
ADVERTISEMENT
Di musim panas, saya dan suami biasanya berjalan kaki di malam hari setelah makan malam, karena matahari musim panas baru terbenam sekitar jam 21:30. Namun, di musim dingin, kami biasanya berolahraga jalan kaki di sore hari setelah bekerja dan di akhir pekan. Mengambil ide dari siaran BBC mengenai pejalan kaki malam hari, kami memutuskan untuk mencoba keluar di malam hari, walaupun beberapa hari ini suhu udara malam hari berkisar di 0 derajat Celcius.
Berjalan di malam hari, diterangi lampu lilin dari dua lentera, dan senter
Kami keluar dari rumah setelah makan malam, sekitar pukul 20:00. Di musim dingin, hari sudah mulai gelap sejak sekitar pukul 17:00. Kami melengkapi diri dengan lentera lilin yang ditaruh di tongkat yang dibuat suami dari cabang pohon dari pekarangan rumah. Selain itu, kami juga membawa senter. Untuk menahan dingin, kami menggunakan syal, baju thermal, baju hangat, jaket penahan dingin serta topi kupluk dan sarung tangan penahan dingin.
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di pintu masuk kebun botani dan berusaha menyalakan lilin di lentera, kami harus membuka sarung tangan penahan dingin, ujung-ujung jari kami langsung kebas karena dinginnya udara. Namun ketika mulai berjalan di dalam kebun botani, perlahan badan mulai terasa hangat karena energi yang keluar.
Langit terlihat cerah, dan kami bisa melihat bintang-bintang bertaburan sangat indah. Suasana senyap, walaupun suara-suara dari burung-burung dan binatang malam sesekali terdengar. Kami sama sekali tidak bertemu dengan orang lain selama berjalan sekitar 45 menit di dalam kebun botani. Karena suhu udara berkisar antara -3 hingga 0 derajat Celcius, beberapa kubangan kecil sudah menjadi es, dan rumput yang kami injak juga membeku sehingga terasa garing ketika diinjak. Udara walaupun dingin, terasa sangat segar ketika mengenai wajah kami yang tidak tertutup syal.
Bintang-bintang di langit Manchester
Saya jadi teringat pengalaman di masa mahasiswa di Indonesia. Ketika melakukan jurit malam di luar kota dan di area kebun teh, kami harus berjalan di malam hari tanpa lampu ataupun senter. Saya juga teringat kenangan waktu KKN di desa terpencil di Kalibening, di luar Banjarnegara, Jawa Tengah, sekitar 30 tahun lalu. Saat itu, transportasi antar desa belum lancar, dan perjalanan antar desa bisa memakan waktu sekitar sejam jalan kaki. Biasanya, setelah berkunjung ke kawan sesama mahasiswa di desa tetangga, kami berjalan kaki kembali ke desa kami di malam hari, dengan ditemani bintang-bintang di langit.
ADVERTISEMENT
Setelah pengalaman pertama berjalan kaki di malam hari di dalam kebun botani, saya dan suami merasa senang dan berniat akan lebih sering melakukannya lagi.