Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Prokrastinasi di Kalangan Mahasiswa, Malas atau Kelelahan?
23 Desember 2021 20:49 WIB
Tulisan dari Maria Lewi Susanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang mahasiswa, seringkali saya mendengar kata "Nanti aja". Apalagi jika membahas tugas yang menumpuk! Duh, rasanya mau rebahan aja deh kalau kata anak muda sekarang. Eits tiba-tiba sudah deadline, langsung deh SKS atau Sistem Kebut Semalam. Akhirnya, hasil yang diperoleh tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan menunda suatu pekerjaan disebut sebagai prokrastinasi dan orang yang melakukannya disebut sebagai prokrastinator. Seorang prokrastinator akan memberikan ratusan alasan untuk menunda pekerjaannya. Misalnya dengan melakukan hal yang tidak penting seperti membaca komik, membuka sosial media, dan bepergian daripada mengerjakan tugas. Selain itu, seorang prokrastinator seringkali mempunyai kesulitan dalam mengambil keputusan dan kebiasaan ini berlangsung secara terus-menerus. Jangan ditiru ya karena kebiasaan prokrastinasi sangat merugikan.
Lalu, apa saja penyebab di balik sikap menunda-nunda? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!
Faktor Penyebab Prokrastinasi
Menurut psikolog, penundaan adalah semacam perilaku menghindar dengan mekanisme menyerah agar merasa lebih baik. Memang tugas yang menumpuk atau terlalu sulit bisa menimbulkan kecemasan. Rasa cemas ini meliputi khawatir mendapat hasil yang tidak sesuai, takut melakukan kesalahan dan ragu tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Bagi seorang prokrastinator, pilihan menunda pekerjaan dianggap dapat mengatasi kecemasan meskipun sementara. Sayangnya, rasa cemas akan kembali muncul saat deadline mendekat. Perlu diketahui bahwa rasa cemas merupakan hal yang wajar, tetapi jangan biarkan diri kita larut dalam kecemasan. Misalnya dengan mengerjakan tugas secara bertahap agar tidak menumpuk.
Kita semua mempunyai waktu 24 jam dalam sehari, tetapi bagi prokrastinator rasanya masih kurang, kok bisa? Hal tersebut terjadi karena pembagian waktu yang buruk. Baginya, waktu bermain sosial media dan bersenang-senang lebih penting daripada mengerjakan tugas. Padahal sebagai mahasiswa, pendidikan dan tugas adalah hal yang harus diutamakan loh! Jadi, berikan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas, setelah selesai baru deh kita boleh melakukan hal lain.
ADVERTISEMENT
Yang satu ini jangan disepelekan loh! Justru bisa jadi sebuah indikator mengenai kondisi diri. Hal ini juga bisa disebut sebagai burnout atau keengganan untuk mengerjakan kewajiban karena merasa lelah. Seseorang yang mengalami kelelahan fisik, cenderung menghindari hal yang menurutnya menyulitkan seperti mengerjakan tugas bahkan kehilangan semangatnya.
Kalau kamu sudah merasa lelah, lebih baik beristirahat sejenak seperti tidur cukup dan melakukan kegiatan yang disukai. Namun, jangan lupa berikan batasan waktu agar tidak kebablasan. Jika dirasa kelelahan secara fisik tidak menghilang, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan ya.
Perbedaan Malas dan Prokrastinasi
Seringkali masyarakat menyamakan antara malas dan prokrastinasi. Padahal kedua kata tersebut memiliki pengertian yang berbeda lho! Dilansir dari Webster's New World Dictionary, Procrastinate berarti pengunduran dengan sengaja dalam mengerjakan sesuatu sampai waktu berikutnya. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata malas berarti tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu. Perbedaannya terletak pada pemikiran individu.
ADVERTISEMENT
Seorang yang malas cenderung enggan untuk mengerjakan tugasnya, sedangkan seorang prokrastinator dengan sadar memilih untuk mengerjakan tugasnya di lain waktu atau mengerjakan aktivitas lainnya terlebih dahulu. Meskipun begitu, keduanya tetap saja merugikan karena menghambat pekerjaan, menurunkan performa dan membuang-buang waktu.
Mengatasi prokrastinasi memang bukan hal yang mudah, tetapi tidak berarti mustahil. Untuk mengatasinya kita bisa membuat jadwal kegiatan secara teratur, menetapkan tujuan dan menganggap kegagalan sebagai hal yang wajar dalam proses belajar. Lagi pula, kita juga manusia pasti bisa salah dan gagal, yang terpenting jangan menyerah!