Konten dari Pengguna

Aku Bangga Menjadi ASN (1): Tidak Perlu Menyogok untuk Jadi ASN, Habis Perkara!

Maria Sihotang
ASN, Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda, staf penguji Kelompok Substansi Pengembangan Pengujian Mikrobiologi dan Biologi Molekuler, Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan POM. S1 Biologi USU, S2 Bioteknologi ITB.
13 April 2021 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maria Sihotang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ASN (sumber: freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ASN (sumber: freepik)
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang ASN atau dulu dikenal dengan PNS bukanlah cita-citaku. Hingga aku menyelesaikan pendidikan S1, tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk berprofesi menjadi seorang ASN. Bagiku ini adalah takdir dan berkat.
ADVERTISEMENT
Jangan kapok mencoba, jika gagal maka coba lagi
Setelah wisuda, aku diberi tahu oleh seorang sahabat bapakku bahwa BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sedang membuka lowongan pekerjaan. Sahabat bapakku ini seorang dosen di Universitas Riau. Info lowongan pekerjaan di BPOM ini diketahuinya dari pengumuman di tempat beliau mengajar.
Aku disarankannya untuk segera membuat lamaran dan mengirimkan berkas lamaran tersebut ke BPOM. Aku pun mematuhinya. Berbekal pelajaran Bahasa Indonesia saat di SMU, aku berusaha untuk menulis surat lamaran yang baik, melengkapi persyaratan yang diminta lalu mengirimkannya ke BPOM yang berlokasi di bilangan Salemba via pos tercatat.
Dua hari setelah kukirimkan lamaran, sahabat bapak menelepon untuk memastikan bahwa aku tidak lupa mengirimkan berkas lamaran. Kemudian beliau memintaku untuk menelepon ke BPOM sekadar mencari tahu apakah berkas lamaranku sudah diterima.
ADVERTISEMENT
Jawaban yang kuterima saat aku menelepon ke BPOM sangat di luar dugaanku. Mereka mengatakan bahwa lamarannya harus diantar langsung ke Balai Besar/Balai POM (BB/BPOM) setempat dan bagi pelamar yang berkasnya sudah lengkap akan mendapat nomor ujian. Aku tertegun.
Setelah selesai menghubungi BPOM, aku menelepon sahabat bapak dan menyampaikan info yang aku terima itu. Hingga kami menyimpulkan, ini mungkin belum rejekiku.
Sekitar sebulan aku kembali tenggelam dalam rutinitasku mengajar les. Hingga suatu pagi bapakku menerima telepon kembali dari sahabatnya itu.
Sahabat bapakku mengatakan bahwa ada perpanjangan penerimaan CPNS di lingkungan BPOM. Beliau memintaku pergi ke BBPOM di Medan untuk mencari tahu info tersebut.
Pagi itu aku berangkat ke BBPOM di Medan. Bapak mengatakan bahwa ujianku dimulai sejak kakiku melangkah keluar dari rumah. Berbekal doa dan petuah bapak ibuku, aku melangkah mantap seraya merapal doa dalam hati tiada henti.
ADVERTISEMENT
Memasuki gerbang BBPOM di Medan, walau sedikit gemetar aku bertekad untuk tegar. Saat berjalan di lobi aku bertemu seorang pegawai wanita, aku menyapanya dan dia tersenyum seraya menanyakan keperluanku. Aku pun menyampaikan maksudku hendak melamar sebagai CPNS BPOM. Lalu beliau mengatakan bahwa aku sudah terlambat, karena hari ini hasil ujian pelamar CPNS akan diumumkan.
Namun barangkali beliau tidak ingin membuatku terlalu kecewa, beliau membawaku menghadap kepala tata usaha. Kembali kusampaikan maksud kedatanganku. Jawaban yang sama aku terima. Bapak kepala tata usaha pun mengatakan bahwa aku sudah terlambat karena hari ini akan diumumkan hasil tes tertulis para pelamar. Beliau menduga kalau aku telah ditipu. Aku pun pamit sambil menelan kekecewaanku.
Ketika aku hendak keluar ruangan, tiba-tiba aku ditahan oleh bapak kepala tata usaha. Beliau berdiri sambil membaca lembaran kertas faksimile. Beliau mengatakan dengan nada terkejut bahwa ternyata memang benar ada perpanjangan penerimaan CPNS BPOM, pengumuman ini dikirimkan lewat faksimile, dan baru terbaca olehnya pagi ini.
ADVERTISEMENT
Aku diberi fotokopi pengumumannya, diminta datang kembali setelah melengkapi berkas sesuai tanggal yang tercantum pada pengumuman. Aku mengucapkan terima kasih dan menarik nafas lega.
Pada tanggal yang telah ditentukan, setelah melengkapi berkas dan memastikan penampilanku telah rapi, aku diberangkatkan dengan doa bapak dan ibu. Proses seleksi administrasiku berjalan lancar dan aku mendapatkan nomor seleksi.
Menyusun kekuatan dengan usaha dan doa
Aku mempersiapkan diriku sebaik yang aku bisa. Membaca berita terkini dan mencari informasi mengenai BPOM. Aku pun menjalani puasa mutih. Semua yang mengasihiku tak putus mendoakanku. Embah putriku pun bertirakat untuk keberhasilanku mengikuti ujian.
Puji Tuhan ujian dapat kulalui dengan baik, dan saat diumumkan hasilnya aku lulus ujian tertulis untuk mengisi formasi BPOM di Ambon.
ADVERTISEMENT
Dibalik kebahagiaanku karena lulus ujian tertulis, aku menyimpan ketakutan kalau pengumumannya salah. Aku khawatir karena seingatku aku melamar untuk formasi di Surabaya dan pusat. BPOM di Ambon tidak membuka formasi untuk sarjana biologi.
Seleksi selanjutnya adalah psikotes yang akan dilaksanakan secara serentak di 5 lokasi (Jakarta, Surabaya, Kupang, Makassar dan Medan). Berkat doa orang-orang yang mengasihiku, aku pun lulus seleksi psikotes. Tinggal 1 tahap seleksi harus kulalui, yaitu wawancara.
Di hari wawancara, aku mengenakan kemeja putih dan rok hitam yang telah disetrika oleh bapak, Kebiasaanku mengenakan kemeja putih saat ujian menurun dari bapak. Bapakku memang suka kemeja putih, hampir seluruh bajunya adalah kemeja putih hingga temannya menduga kalau bapak mencuci kering kemejanya setiap hari untuk dipakai kembali.
ADVERTISEMENT
Aku berangkat dengan mantap disertai doa bapak ibu. Sepanjang jalan aku membayangkan kalau aku sedang berangkat bekerja ke BPOM. Sudah seminggu ini aku membayangkan diriku adalah pegawai BPOM. Sengaja kulakukan sebagai upayaku membentuk mental juara dalam diri agar aku tidak gugup saat wawancara.
Saat wawancara berakhir, aku pamit dan merasa lega karena menurutku aku telah menjawab dengan lancar dan menjadi diriku apa adanya. Masalah benar salah jawabanku tidak menjadi urusanku saat ini. Aku sudah menyelesaikan bagianku yaitu berusaha, belajar, mempersiapkan diri dan berdoa. Setelah kulakukan bagianku, selanjutnya aku pasrahkan semua pada pekerjaan Tuhan. Aku percaya Dia tau yang terbaik buatku.
Kerja keras yang terbayar lunas
Sore hari menjelang natal saat aku sedang menyapu halaman, aku mendapat telepon dari BPOM. Aku dinyatakan lulus untuk ditempatkan di BPOM di Ambon. Aku diminta untuk melapor esok hari ke BBPOM di Medan. Ucapan syukur atas berkat Tuhan ini tak henti-hentinya terucap dari mulutku.
ADVERTISEMENT
Berita kelulusanku cepat sekali menyebar. Bukan hanya di keluarga dekat, tetangga jauh pun mengetahui bahwa aku lulus seleksi CPNS di BPOM. Aku mendengar beragam komentar, mulai dari ucapan selamat yang standar seperti “Wah selamat ya kamu lulus”, “Kamu hebat loh bisa lulus” hingga pertanyaan yang membuatku bingung “kamu kenal orang dalam?”, “kamu menghubungi siapa dek, kok bisa lulus?”, “kamu bayar berapa?”.
Semuanya aku jawab dengan jujur: “Saya tidak keluar uang sedikit pun. Bahkan untuk materai dan map pelamar waktu seleksi administrasi pun disediakan oleh BPOM”.
Ternyata ikut tes CPNS tidak perlu pakai salam tempel. Nyatanya kami dapat lulus seleksi CPNS tanpa menyogok. Semua kerja keras pasti terbayar lunas.
ADVERTISEMENT