Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Amankah Jajan Online di Masa Pandemi?
25 Maret 2021 12:29 WIB
Tulisan dari Maria Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perilaku jajan makanan siap saji secara online meningkat tajam selama masa pandemi COVID-19. Tampaknya pandemi COVID-19 mengubah gaya hidup masyarakat di berbagai aspek. Aturan physical distancing dan anjuran pemerintah untuk “Di rumah saja” dilakukan sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. Aktivitas yang biasa dilakukan di tempat umum seperti belanja di pasar/supermarket, berganti dengan belanja online di rumah. Termasuk kebiasaan menikmati makanan favorit di restoran/rumah makan bersama keluarga dan kerabat berganti dengan belanja makanan siap saji secara online di rumah.
ADVERTISEMENT
Makanan siap saji adalah makanan yang sudah diolah untuk langsung disajikan. Menikmati makanan siap saji favorit yang dipesan secara online menjadi salah satu cara mengatasi kejenuhan tinggal di rumah selama masa pandemi. Rasa nyaman dan aman menikmati makanan favorit di rumah adalah yang ditawarkan penyedia jasa pemesanan makanan online. Belum lagi menu yang ditawarkan sangat menggugah selera. Ritel makanan siap saji seakan tertantang untuk menawarkan berbagai varian menu makanan untuk menarik perhatian konsumen. Makanan kekinian dengan nama-nama unik semakin mengundang konsumen untuk mencoba.
Mungkin beberapa keluarga tetap merasa lebih aman untuk mengkonsumsi makanan yang diolah sendiri. Kebersihan dan keamanan makanan jauh lebih terjamin. Pola konsumsi makanan yang sehat dan bergizi sangat membantu meningkatkan imunitas tubuh. Namun peningkatan pembelian makanan siap saji secara online tidak dipungkiri menjadi perilaku baru masyarakat.
ADVERTISEMENT
Apakah virus menular melalui makanan?
Pada masa pandemi COVID-19, ada kekhawatiran apakah virus ini dapat menular melalui makanan? Timbul pertanyaan apakah membeli makanan siap saji pada masa pandemi COVID-19 secara online aman buat keluarga? Apakah ada risiko penularan COVID-19 melalui makanan siap saji? Apakah pelaku usaha menyadari tentang cara produksi pangan siap saji yang sehat selama pandemi COVID-19? Apakah jasa pengiriman makanan juga memahami cara pengiriman makanan siap saji yang baik?
Menurut World Health Organization (WHO), hingga saat ini belum ada bukti bahwa orang dapat tertular COVID-19 dari makanan atau kemasan makanan. COVID-19 merupakan penyakit pernapasan yang menular melalui kontak orang ke orang dan melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Virus COVID-19 tidak dapat hidup ataupun berkembang biak pada makanan, karena virus butuh manusia ataupun hewan yang hidup sebagai inangnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan kemasan makanan? Virus COVID-19 dapat menempel di permukaan kemasan, namun tidak dapat dipastikan berapa lama. Menurut CDC, seseorang bisa saja tertular COVID-19 dengan menyentuh permukaan atau benda, termasuk makanan atau kemasan makanan, yang terdapat virus di atasnya lalu menyentuh mulut, hidung, atau mungkin matanya sendiri. Oleh karena itu kebiasaan untuk selalu mencuci tangan selama dua puluh detik dengan cara yang benar setelah menyentuh kemasan makanan dan sebelum makan tetap menjadi tindakan pencegahan yang utama.
Agar tidak tertular jajanan online
Selain mencuci tangan dengan cara yang tepat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan konsumen ketika menerima pesanan makanan melalui kurir. Gunakan masker ketika menerima makanan, dan pastikan kurir juga menggunakan masker. Pastikan kemasan makanan utuh dan suhu makanan sesuai dengan karakteristik makanannya, pembayaran non-tunai sebaiknya dilakukan untuk menghindari penularan melalui uang tunai.
ADVERTISEMENT
Ketika menerima makanan dari kurir, kantong pengemas makanan segera buang ke tempat sampah. Bila menggunakan reusable bag, segera cuci menggunakan detergen agar dapat digunakan kembali.
Proses memanaskan makanan kembali juga dapat menjadi upaya untuk membunuh virus COVID-19. Virus ini lebih rentan pada panas dibandingkan virus dan bakteri yang umumnya terdapat pada makanan. Pemanasan minimal pada suhu 70°C, sudah cukup untuk membunuh virus tersebut. Pemanasan makanan suhu tinggi justru dapat merusak nilai gizi pada makanan tersebut.
Untuk pelaku usaha produksi, distribusi dan ritel pangan olahan, Badan POM telah mengeluarkan dan mensosialisasikan "Pedoman Produksi dan Distribusi Pangan Olahan pada Masa Status Darurat Kesehatan COVID-19 di Indonesia". Pedoman ini merupakan panduan bagi pelaku usaha agar dapat tetap menjalankan bisnisnya di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Pelaku usaha memberi edukasi dan memfasilitasi karyawannya agar menerapkan pedoman ini untuk mencegah penyebaran COVID-19. Di rantai produksi, pelaku usaha menerapkan praktik sanitasi dan hygiene karyawan. Penyedia jasa pemesanan makanan online didorong untuk menerapkan prosedur pengiriman yang memperhatikan keamanan dan kesehatan di masa pandemi. Beberapa penyedia jasa menerapkan prosedur pengecekan suhu untuk kurirnya dan wajib memakai masker. Pemasangan segel pada kemasan makanan juga dilakukan untuk menjamin keamanan makanan yang dikirim.
Untuk menjamin keamanan makanan sehat selama pandemi adalah tentunya tanggung jawab bersama. Konsumen juga seharusnya kritis ketika menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan memberi masukan atau saran ke penyedia jasa.
Terlepas dari pilihan membeli makanan siap saji atau mengolah makanan sendiri dirumah, sebaiknya pastikan bahwa kita mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Pola makanan sehat akan meningkatkan imunitas tubuh dalam melawan virus COVID-19. Dengan pola konsumsi makanan sehat dan menerapkan protokol kesehatan 5M (Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi) mudah-mudahan kita terhindar dari COVID-19.
ADVERTISEMENT