Konten dari Pengguna

Ma'baca Baca: Tradisi Dakwah dan Kehidupan Masyarakat Bugis yang Penuh Makna

Maris Mardin
Halo saya Maris, saya mahasiswa di Universitas Muhammadiya Yogyakarta jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam. Hobi saya menulis
14 November 2024 14:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maris Mardin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kegiatan Mabaca-baca dalam adat bugis ( foto pribadi )
zoom-in-whitePerbesar
kegiatan Mabaca-baca dalam adat bugis ( foto pribadi )
ADVERTISEMENT
Masyarakat Bugis, yang dikenal sebagai salah satu suku yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya, memiliki tradisi unik yang menggabungkan agama dan kebudayaan, yaitu tradisi Ma'baca Baca. Tradisi ini bukan hanya sekadar kebiasaan, melainkan juga merupakan sarana dakwah dan refleksi kehidupan yang memiliki makna spiritual yang dalam. Sebagai bentuk ekspresi syukur, kebahagiaan, dan juga penghiburan dalam kesedihan, Ma'baca Baca telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bugis dalam beragama dan bersosial.
ADVERTISEMENT
Ma'baca Baca: Metode Dakwah yang Menghubungkan Agama dan Budaya
Tradisi Ma'baca Baca sebenarnya merupakan salah satu metode dakwah yang digunakan oleh masyarakat Bugis dalam menyebarkan ajaran Islam. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Bugis mempraktikkan berbagai ritual animisme dan dinamisme. Namun, dengan masuknya agama Islam, tradisi ini tidak dihapus, tetapi justru disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Salah satu contoh adaptasi tersebut adalah bagaimana Ma'baca Baca menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam melalui doa-doa bersama.
Menurut para ahli dan tokoh masyarakat Bugis, tradisi ini dilakukan dalam banyak kesempatan penting dalam kehidupan mereka, baik itu saat suka maupun duka. Sebagai metode dakwah, Ma'baca Baca mengandung hikmah dan nasihat yang baik. Ini bukan sekadar ritual kosong, melainkan sebuah ajakan untuk hidup lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, seperti yang terlihat dalam perayaan hari-hari besar Islam maupun dalam kegiatan sosial lainnya.
ADVERTISEMENT
MD, salah satu tokoh masyarakat Bugis, menjelaskan bahwa tradisi ini sering dilakukan pada momen-momen penting seperti pernikahan, khatam Alquran, aqiqah, dan juga saat menghadapi kematian. Bahkan, menurut MY, tradisi ini juga diterapkan saat berbelasungkawa sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk arwah yang telah meninggal. Dengan cara ini, Ma'baca Baca berfungsi sebagai sarana untuk berdiskusi, berbagi nasihat, dan memperkuat persatuan sosial dalam komunitas.
Kesyukuran dan Makna dalam Kehidupan Sehari-hari
Implementasi tradisi Ma'baca Baca di kalangan masyarakat Bugis tidak terbatas pada acara-acara keagamaan atau sosial besar. Tradisi ini juga dilakukan dalam banyak momen pribadi dan keseharian yang dianggap penting, seperti saat memasuki rumah baru, memulai usaha, membeli kendaraan, atau saat panen. Semua ini dilakukan dengan harapan agar kehidupan mereka diberkahi oleh Allah Swt., serta mendapatkan keselamatan dan keberkahan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Bugis memandang bahwa setiap aspek kehidupan mereka, baik yang besar maupun yang kecil, seharusnya disyukuri. Ma'baca Baca menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan. Seperti yang diungkapkan AR, tradisi ini menjadi ritual yang membawa rasa kebahagiaan dan ketenangan hati, yang tak hanya berkaitan dengan keagamaan, tetapi juga sosial dan budaya. Dengan melaksanakan tradisi ini, mereka merasa dekat dengan Tuhan dan menjaga keharmonisan dalam hubungan antar sesama.
Sarana Penghiburan dalam Masa Berduka
Selain sebagai sarana untuk merayakan kebahagiaan, Ma'baca Baca juga berfungsi sebagai penghiburan dan refleksi diri dalam masa berduka. Saat keluarga atau kerabat meninggal dunia, tradisi ini digunakan untuk memberi penghormatan dan doa bagi yang telah meninggal. Salah satu tradisi penting yang dikenal dalam masyarakat Bugis adalah mattampung, yaitu mengadakan acara peringatan 40 hari setelah kematian, di mana doa dan doa-doa dibacakan untuk sang mayit.
ADVERTISEMENT
Pada momen ini, Ma'baca Baca bukan hanya soal kesedihan, tetapi juga tentang menghormati dan mengenang kebaikan orang yang telah meninggal. Di samping itu, ini juga menjadi waktu introspeksi bagi yang ditinggalkan, agar selalu mengingat kematian dan memperbaiki diri. Seperti yang dijelaskan oleh AS, tradisi ini mengajarkan untuk selalu mensyukuri kehidupan, mengingatkan akan pentingnya berbagi doa, serta mempererat hubungan sosial antar sesama.
Tradisi yang Memperkuat Ikatan Sosial dan Agama
Secara keseluruhan, tradisi Ma'baca Baca memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bugis. Selain sebagai bentuk dakwah dan syiar agama Islam, tradisi ini juga memperkuat etos kerja, hubungan sosial, dan refleksi hidup. Dalam masyarakat Bugis, tradisi ini menjadi simbol kekuatan yang mampu mengintegrasikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggabungkan nilai-nilai agama dan budaya lokal, Ma'baca Baca menjadi ritual yang membawa berkah dan kedamaian bagi setiap individu dan komunitas.
ADVERTISEMENT
Sebagai tradisi yang mengutamakan kebersamaan dan spiritualitas, Ma'baca Baca tidak hanya sekadar menjadi ritual keagamaan, tetapi juga menjadi jembatan untuk mempererat ikatan antar warga, serta sebagai cara untuk meneguhkan ajaran Islam di tengah kehidupan masyarakat Bugis yang majemuk dan dinamis.
Di tengah perkembangan zaman yang terus berubah, tradisi ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bugis, memperlihatkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara agama dan budaya dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.