Hampir Punah di Indonesia, Wayang Beber Justru Disukai Warga Kroasia

marisa wiedha
peserta diklat sesdilu yang sedang belajar menulis
Konten dari Pengguna
19 November 2020 16:46 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari marisa wiedha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita Remeng Mangunjoyo dari Wayang Beber Wonosari. Sumber foto: https://wayangbeberproject.wordpress.com
zoom-in-whitePerbesar
Cerita Remeng Mangunjoyo dari Wayang Beber Wonosari. Sumber foto: https://wayangbeberproject.wordpress.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah Anda pernah mendengar tentang Wayang Beber? Sebagai orang bersuku Jawa yang lahir dan besar di Jawa Timur, saya sama sekali belum pernah mendengar tentang jenis kesenian ini hingga saya bertemu dengan Marina dan Tea. Mereka adalah peneliti Wayang Beber dari Kroasia yang telah melakukan sejumlah penelitian di Desa Gedompol, Pacitan dan Desa Bejiharjo, Gunung Kidul, Yogyakarta sejak tahun 2014.
Marina dan Tea bersama Komunitas Wayang Beber Welingan di Pacitan saat melakukan penelitian. Sumber foto: https://wayangbeberproject.wordpress.com
Wayang Beber diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14 pada zaman kerajaan Majapahit, namun sayangnya keberadaannya hampir punah karena jarang dikenal oleh para generasi muda dan tidak sepopuler kesenian wayang lainnya. Wayang ini berupa lukisan dengan berbagai corak yang dilukis di atas kertas tempaan kulit kayu bernama daluang dan kemudian digulung. Pada kedua ujung gulungan terdapat tongkat bambu yang digunakan untuk membuka gulungan saat dimainkan. Layaknya kesenian Wayang Kulit atau Wayang Golek, seorang Dalang akan membuka gulungan Wayang Beber sedikit demi sedikit sembari menceritakan kisah pewayangan dengan diiringi alunan gamelan dan nyanyian sinden. Namun berbeda dengan cerita wayang kebanyakan yang mengangkat kisah Ramayana atau Mahabharata, Wayang Beber biasanya bercerita tentang kisah Panji Asmorobangun.
Gulungan Wayang Beber tradisional cerita Joko Kembang Kuning diberikan sesajen sebelum pertunjukan. Koleksi foto: https://wayangbeberproject.wordpress.com
Berdasarkan hasil penelitian Marina dan Tea, saat ini ada dua gulungan Wayang Beber tradisional yang diketahui keberadaannya. Satu gulungan berada di Desa Gedompol dan sementara lainnya berada di Desa Bejiharjo. Sebagai tradisi lisan, Wayang Beber juga kental dengan nuansa magis seperti penyembuhan, mengusir roh jahat, bahkan mengabulkan permintaan. Oleh karena itu biasanya dilakukan sejumlah ritual sebelum pertunjukan Wayang Beber digelar, seperti memberikan sesajen dan memanjatkan doa kepada leluhur. Salah satu dalang Wayang Beber tradisional yang aktif menggelar pertunjukan adalah Rudhi Prasetyo.
Pedalang Rudhi Prasetyo di Seminar Panji Internasional 2018. Sumber foto: https://wayangbeberproject.wordpress.com
Sementara itu Wayang Beber kontemporer berkembang seiring dengan upaya untuk melestarikan kesenian ini. Antara lain dengan mereplika Wayang Beber tradisional yang ada di Desa Gedompol dan Desa Bejiharjo atau membuat cerita baru, seperti yang dilakukan seniman Faris Wibisono. Ia menciptakan kisah Wayang Beber Tani yang menceritakan tentang keindahan pedesaan di Pulau Jawa. Selain itu juga banyak bermunculan komunitas-komunitas baru seperti Wayang Beber Metropolitan, Wayang Beber Welingan, Wayang Beber Sakbendino, dan Wayang Sampah.
ADVERTISEMENT
Meskipun saat ini kurang dikenal di Indonesia, pameran Wayang Beber cukup gencar dilakukan oleh Marina dan Tea di Kroasia, bahkan hingga ke negara lain seperti Jerman. Mereka cukup rutin mengadakan pameran tahunan di berbagai museum di Kroasia. Misalnya pameran yang mereka lakukan di Museum Etnografi Kota Zagreb, ibukota Kroasia. Pameran dengan tema “Lost and Found: Indonesian Picture Scroll Theater” tersebut berlangsung selama 2,5 bulan pada awal tahun 2017 dan dinikmati oleh sekitar 5.813 pengunjung yang berasal dari dalam dan luar Kroasia. Wayang Beber juga dipamerkan pada Marco Polo Art Festival 2019 di Pulau Korčula, Kroasia yang menjadi tempat lahir penjelajah dunia Marco Polo.
Pameran Wayang Beber "The Lost and Found: Indonesian Picture Scroll Theater” di Museum Etnografi Zagreb. Sumber foto: https://wayangbeberproject.wordpress.com
Bagi warga Kroasia Wayang Beber sangat unik dan dilukis dengan warna-warna yang menarik. Mereka juga mengagumi kertas daluang yang digunakan sebagai kanvas untuk melukis. Karena warga Kroasia sangat menyukai seni, mereka penasaran ingin melihat bagaimana pertunjukan Wayang Beber dilakukan dan di mana mereka bisa melihatnya.
ADVERTISEMENT
Namun, jangankan menemukan pertunjukan Wayang Beber di Kroasia, saya sendiri juga belum pernah melihat pertunjukannya di Indonesia. Saya berharap akan ada lebih banyak pertunjukan Wayang Beber yang diadakan di tanah air, serta semakin banyak generasi muda yang menggemarinya sehingga warisan budaya ini tetap lestari hingga generasi selanjutnya.