Konten dari Pengguna

Penjual Obat Ini Bertahan dari Razia Selama 21 tahun

7 November 2017 18:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marissa Krestianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tempat ini tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Setiap hari selalu ramai di kunjungi oleh pembeli. Tempat terjadinya proses jual beli, tawar-menawar. Bedanya tempat ini tidak selalu ada disetiap daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
PD Pasar Jaya Pramuka, itu lah namanya, tempat dijualnya obat-obatan dan alat kesehatan.
Di antara manusia yang berjualan di PD Pasar Jaya Pramuka, pandangan saya tertuju pada satu toko alat kesehatan yang bernama Gando. Terlihat sesosok wanita berhijab syar'i dengan kulit putih terlihat melayani pelanggannya dengan ramah. Rasa penasaran menghantarkan saya mengujungi toko tersebut.
"Hallo Bu Haji Assalammualaikum," ujar saya.
"Walaikumsalam, ada yang bisa dibantu neng, mau cari alat apa?" Ucapnya dengan tersenyum.
Mengenakan baju gamis merah muda yang terlihatnya menjadi cerah, mempersilakan saya untuk duduk dalam tokonya. Kami berdua terlibat percakapan singkat.
"Nama saya Rasmi, orang-orang sini manggil saya Bu Haji" memperkenalkan diri. Ibu Rasmi tidak menyebutkan umurnya.
ADVERTISEMENT
Bu Rasmi atau yang lebih akrab dipangil Bu Haji tidak terlihat sudah tua, perawakannya seperti masih muda. Setiap ditanya umurnya hanya menjawab sudah 60 tahun lebih.
Setiap kali ada yang hendak membeli atau bertanya mengenai alat kesehatan, selalu disambutnya dengan senyum yang ramah.
Bu Rasmi menceritakan, awal mula berjualan di PD Pasar Jaya Pramuka tahun 1996, yang artinya sudah 21 tahun bertahan di PD Pasar Jaya Pramuka untuk berbisnis. Ia memulai bisnisnya dengan menjual obat-obatan tapi tidak berjalan dengan mulus, hanya kurang lebih dari 2 tahun Ia memutuskan beralih berjualan alat kesehatan.
"Dari jaman dulu itu sudah sering ada razia, walaupun tidak menjual obat yang aneh-aneh juga pasti terkena razia. Kena pahitnya juga Bu Haji neng, ga butuh waktu lama Ibu langsung memutuskan mending jual alat kesehatan yang perizinannyapun tidak seribet obat," ujar Rasmi saat ditemui Kumparan.com, Selasa (7/11/2017).
ADVERTISEMENT
Setelah memutuskan dari menjual obat ke menjual alat kesehatan, Bu Rasmi kemudian menekuni bisnis alat kesehatan hampir genap 20 tahun di Pasar Jaya Pramuka. Walaupun sering adanya razia dadakan datang menghampiri, Rasmi merasa tidak takut karena barang yang ia jual sudah Standard Nasional Indonesia (SNI).
"Sering banget masih ada razia, yang paling gempornya yang kemarin bulan September. Toko ikutan tutup selama 4 hari. Jadinya sepi banget karena kejadian ada yang jual obat-obat aneh gitu," katanya.
Dengan wajahnya langsung berubah 180 derajat dari yang terlihat senang menjadi murung ketika mengingat kejadian tutupnya toko Pasar Jaya Pramuka selama 4 hari.
Pasar Pramuka tutup tanggal 25 Septemper hingga 29 September 2017 lantaran para pemilik kios apotek rakyat tengah mengurus surat izin apotek secara kolektif. Walaupun kios alat kesehatan tidak terdampak oleh pencabutan izin apotek rakyat, namun semua kios di Pasar Pramuka mengurus izin agar dapat meningkatkan kualitas dan dapat berjualan dengan tenang berjualan.
ADVERTISEMENT
Sering terjadinya razia membuat Bu Rahmi menjadi kesal dengan media yang memberitakan hal-hal buruk saja mengenai Pasar Pramuka yang membuat semua toko termasuk tokonya menjadi sepi pengunjung. Rasa trauma kepada media menjadikan Bu Rahmi diam seribu kata jika ditanyai mengenai tutupnya toko pada bulan September lalu.
"Saya tetap bertahan dengan toko saya ini, saya sudah puluhan tahun disini, berjuang untuk keluarga dari hasil toko ini. Toh saya disini menjual barang sesuai prosedur," katanya.