Konten dari Pengguna

Kematangan dalam Pembelajaran: Perbandingan Teori Behavioristik dan Humanistik

Marisya Listiani
Mahasiswa-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
14 Oktober 2024 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marisya Listiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pembelajaran, perbandingan teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik, perbandingan dan implikasi untuk pendidikan

Gambar ini milik Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ini milik Pribadi
ADVERTISEMENT
Kematangan dalam pembelajaran merupakan konsep yang penting dalam memahami bagaimana individu belajar dan berkembang. Dua teori utama yang menawarkan pandangan berbeda mengenai kematangan adalah teori belajar behavioristik dan teori belajar humanistik. Masing-masing memberikan perspektif yang unik tentang bagaimana proses belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal dalam kehidupan individu.
ADVERTISEMENT
Kematangan dalam Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik, yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti B.F. Skinner dan John Watson, menekankan pentingnya pengaruh lingkungan dalam pembelajaran. Dalam kerangka teori ini, kematangan tidak dilihat sebagai sesuatu yang sudah ada sejak lahir, melainkan sebagai hasil dari pengkondisian dan pengalaman belajar yang didapatkan melalui stimulus dan respons.
Di dalam teori ini, kematangan dapat dicapai ketika individu mampu merespons stimulus secara konsisten dengan penguatan positif atau hukuman. Misalnya, seorang anak yang diberikan pujian setiap kali melakukan pekerjaan rumah dengan baik, akan semakin matang dalam kebiasaan tersebut. Kematangan ini berkembang melalui pengulangan dan penguatan dari lingkungan sekitarnya, bukan berasal dari potensi internal.
Kematangan dalam Teori Belajar Humanistik
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, teori belajar humanistik, yang banyak dipengaruhi oleh tokoh seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, memandang kematangan sebagai proses internal yang melibatkan pertumbuhan emosional dan psikologis. Dalam pandangan humanistik, pembelajaran tidak hanya mengandalkan respons terhadap pengaruh eksternal, tetapi juga pada kebutuhan untuk mencapai aktualisasi diri dan perkembangan pribadi yang utuh.
Kematangan dalam teori ini berarti mencapai pemenuhan kebutuhan dasar seperti rasa aman, penerimaan sosial, dan penghargaan diri. Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, individu dapat tumbuh menjadi pribadi yang matang yang mampu mengeksplorasi potensi diri secara maksimal. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan pengetahuan, tetapi juga untuk membantu individu menjadi lebih sadar akan diri dan lingkungan sekitarnya.
Perbandingan dan Implikasi untuk Pendidikan
ADVERTISEMENT
Perbedaan mendasar antara kedua teori ini terletak pada bagaimana mereka melihat kematangan dalam pembelajaran. Teori behavioristik lebih menekankan pada pengaruh lingkungan eksternal, di mana kematangan diperoleh melalui penguatan perilaku yang diinginkan. Sementara itu, teori humanistik melihat kematangan sebagai perkembangan yang lebih mendalam yang berfokus pada pencapaian potensi pribadi dan kebutuhan emosional.
Kedua teori ini dapat diterapkan dalam konteks pendidikan, dengan memberikan pendekatan yang berbeda untuk berbagai tipe siswa. Siswa yang lebih responsif terhadap penguatan positif mungkin akan berkembang lebih baik dalam sistem yang menekankan penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan. Di sisi lain, siswa yang membutuhkan pemenuhan kebutuhan emosional atau yang mencari makna lebih dalam dalam belajar mungkin akan lebih berkembang dalam lingkungan yang mendukung kebutuhan psikologis mereka.
ADVERTISEMENT