Akhiri Aksi Joki-jokian

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
12 Januari 2022 15:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 saat vaksinasi WNA di Gelanggang Remaja Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (29/12). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 saat vaksinasi WNA di Gelanggang Remaja Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (29/12). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pekerjaan joki belakangan menjadi seksi. Joki yang lebih lekat dengan profesi penunggang kuda, kini praktik tersebut meluas pada domain lain. Jauh sebelumnya ada Joki CPNS, Joki SIM, Joki SBMPTN, Joki ujian sekolah, Joki Skripsi, Joki 3 in 1. Baru-baru ini bahkan muncul Joki Vaksin. Joki Vaksin pertama mencuat ke media sebagai pelakunya Abdul Rahim (49), pria asal Pinrang Sulawesi Selatan yang mengaku disuntik vaksin covid-19 sebanyak 17 kali, alasannya butuh biaya (detiknews.com, 30/12/2021).
ADVERTISEMENT
Soalan Joki Vaksin lainnya, yakni laki-laki yang tak punya pekerjaan dan tuntutan ekonomi, ia berinisial GR (29) di Puskesman Terminal, Kecamatan Banjarmasin Timur (Republika, 6/1/2022). Menyusul, Joki Vaksin di Semarang Jawa Tengah, perempuan dengan inisial DS (41), seorang ibu rumah tangga dan mengaku butuh uang (Kompas, 5/1/2022). Para Joki Vaksin ini melakukan praktik kelam lebih pada iming-iming imbalan uang atau urusan perut.
Usai Joki Vaksin, kini muncul joki karantina. Para penyewa peran pengganti vaksinasi dan karantina rela membayar segepok uang hanya untuk memikirkan dirinya sendiri, tanpa menengok kepentingan bangsa, yakni melindungi dan menyelamatkan masyarakat dari serbuan pandemi COVID-19. Tak kurang dari dua tahun kita ditekan agresi COVID-19, namun sebagian kita malah tidak disiplin, mengabaikan bahkan melakukan praktik yang tak elok dengan melepas dana kepada para joki.
ADVERTISEMENT
Para pelaku dan penyewa ini penting diberikan penyadaran, kita edukasi dan kita luruskan kembali atas berbagai upaya pemerintah dalam pencegahan dan penanganan pandemi. Secara ekstrem ini perilaku joki dan penyewa joki ini sudah hilang nilai kemanusiaan dan kesehatan. Bisa dibilang mereka ini absen spirit nasionalismenya, nihil kebelanegaraannya, miskin sikap kebangsaannya. Bagaimana kita mampu mengubah sikap mental mereka menjadi lebih baik.
Vaksinasi merupakan bagian dari upaya kita memerangi COVID-19 dan melindungi masyarakat. Kalaupun pasca-divaksin tetap terpapar, gejalanya pun jauh lebih ringan ketimbang yang belum atau tidak divaksin. Vaksinasi memang bukan solusi instan, tetapi dengan langkah ini, harapan kita mampu menurunkan tingkat mutasi virus, sehingga lambat laun pandemi COVID-19 akan terselesaikan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Nyaris di semua wilayah, kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi COVID-19 semakin bagus, terbukti sentra-sentra vaksin tidak pernah sepi antrean. Di mana saja ada vaksin, animo masyarakat begitu besar. Terpenting, mekanismenya diatur dengan baik sehingga tidak terjadi kerumunan, apalagi sampai berdesak-desakan.
Tertib menjadi indikator mutlak, sehingga tidak ada data yang terlewatkan. Kita memastikan pula, vaksin kedua bahkan ketiga (booster) juga ada di tempat yang sama ada notifikasi lanjut, sehingga masyarakat tidak bingung. Untuk vaksinasi, kita memang harus gas pol. Nantinya semua masyarakat akan dapat giliran vaksin, tetapi pelaksanaannya bertahap, sesuai tingkat kerentanannya.
Kemudian, vaksinasi ini juga merupakan wujud komitmen kita dalam menyukseskan program pemulihan ekonomi nasional. Menurut Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, vaksinasi bukan sekadar mengejar target capaian statistik, tapi dalam rangka melindungi masyarakat. “Karena ini kebutuhannya, vaksinasi bukan soal pencapaian hanya target statistik, tapi ini untuk kesehatan dan melindungi masyarakat,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Disadari atau tidak, praktik joki-jokian benar-benar telah menjauhkan masyarakat dari etika, nalar publik dan tanggung jawab moral sebagai masyarakat. Perilaku atau tindakan joki dan penyewa tersebut berbahaya. Mereka pengin enaknya saja, tapi tak pernah berpikir bagaimana akibat kelakuannya tersebut berdampak luas pada masyarakat. Mungkin, mereka ini bisa masuk kategori pembunuh tersembunyi.
Tanpa beban dan tak merasa berdosa, mereka mobilitas ke mana-mana tanpa proteksi vaksin maupun karantina, sedangkan masyarakat yang lain yang sudah tertib dan patuh menjalankan protokol kesehatan menjadi tertindas oleh ulahnya.
Aksi buruk ini tentu memunculkan sorotan Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan mereka “Tidak memiliki imunitas dalam situasi saat ini buruk, karena dia bisa menjadi inang, sarang untuk virus ini bereplikasi yang menghasilkan satu varian baru yang lebih mengerikan.” Point ini penting kita waspadai dan cegah, jangan sampai menyebar bahkan dicontoh masyarakat yang lain.
ADVERTISEMENT
Tanpa Kompromi
Aneka kasus di atas, sekurangnya dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki sistem yang ada terkait dengan program vaksinasi dan karantina, mulai dari registrasi hingga pelaksanaannya maka kemudian, penting bagi aparat, petugas untuk lebih cermat akan data atau identitas dan orangnya. Terpenting lagi, tak ada kompromi antara petugas dan pelaku. Menjunjung tinggi integritas, tak goyah dengan model suap maupun gratifikasi lainnya.
Tindakan kusut sebelumnya seputar vaksinasi dan karantina berderet, seperti pembuatan kartu vaksin ilegal, suntik vaksin bodong di Karawang, kabur dari karantina yang dilakukan seorang artis, pencurian masker dan handsanitizer. Pada awal-awal pandemi pun tak sedikit perilaku liar yang kontraproduktif bagi upaya pencegahan COVID-19, seperti melakukan bullying terhadap para nakes dan tanaga medis, merebut pasien atau jenazah COVID-19 bahkan beberapa juga menolak pemakaman pasien COVID-19 di wilayahnya yang juga harus berurusan dengan hukum, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Itulah kemudian, baik pelaku dan penyewa perlu diberikan sanksi, sekurangnya untuk memberikan efek jera dan mengedukasi masyarakat bahwa tindakan buruk tersebut mengancam jutaan jiwa masyarakat. Gubernur Ganjar Pranowo, menyatakan masyarakat yang enggan divaksin lebih baik berkonsultasi dengan ahlinya. Jika ragu atau takut untuk vaksin, Ganjar meminta agar masyarakat menggali informasi lebih banyak. “Jangan sampai karena uang, kesempatan, terus kemudian main joki-jokian. Kalau ketemu (Joki Vaksin) lagi ya proses saja,” tandas Ganjar (Kompas, 7/1/2022).
Menjaga diri sama halnya menyelamatkan orang lain, menyelamatkan diri berarti juga menjaga orang lain. Vaksinasi dan karantina, jangan dibuat main-main. Vaksinasi dan karantina, tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Karena dengan vaksinasi dan karantina, negara hadir. Masyarakat bisa melakukan watchdog terhadap transaksi joki-jokian dan kita tak ingin kesalahan berulang terjadi.
ADVERTISEMENT
Mimpi bersama, hati kita tidak lagi beku, jiwa kita nggak kurus dan otak kita tak keras, gotong-royong menghadapi dan menangani pandemi dan bencana. Tamba teka lara lunga (obat datang sakit pergi), dengan cara jujur, ikut vaksinasi sendiri tanpa intervensi joki.