Konten dari Pengguna

Fenomena Warung Gratis

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
4 Januari 2022 17:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kondisi krisis alias paceklik akibat pandemi dan bencana alam membawa kabut kelam bagi warga dengan beberapa sektor yang turut terdampak. Perdagangan, pariwisata, pertanian, transportasi, Pendidikan dan Kesehatan juga lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
Beberapa kehilangan pekerjaan karena dirumahkan sementara, dirampingkan maupun yang di-PHK oleh perusahaan. Intinya, hampir semua merasakan pahit dan getirnya agresi pandemi dan bencana.
Pada tempo ini, ada sebagian warga yang mampu bertahan meski ditindih beragam kesulitan di atas, sementara di ujung lain berderet warga yang semakin berat untuk sekadar makan sehari-hari.
Kelompok warga yang disebut terakhir inilah yang mesti kita lindungi dan selamatkan di tengah terjalnya hidup.
Maka kemudian, menginisiasi beberapa kelompok warga yang memang berangkat dengan nawaitu membantu sesama, kemudian ada yang berbekal solidaritas dan empati maupun mereka yang mencoba belajar ke bawah.
Tak bisa pungkiri, pandemi dan bencana menyalakan asa yang tak pernah padam, seperti fenomena terbitnya gerakan atau aksi Jumat berkah dengan berbagai makan nasi bungkus atau nasi kotak ke Jemaah, para duafa, tak hanya di Jakarta tapi juga sudah merangsek ke wilayah pedesaan.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelumnya sudah lahir model Jogo Tonggo kala pandemi covid-19 dengan menyediakan bahan pokok kebutuhan sehari-hari, ada yang masih berupa komoditas mentah tapi juga ada yang sudah dimasak alias siap makan yang boleh diambil warga untuk menopang tegaknya hari.
Belakangan juga bermunculan warung makan seikhlasnya, artinya makan minum di warung membayar dengan ukuran hati, yakni kadar ikhlas. Tak lebih dan tidak lain.
Kemudian masif pula warung gratis, nol rupiah yang bertebaran diberbagai tempat. Salah satu best practise, adalah warung ben warregh, nol rupiah di Kota Tegal yang sudah berlangsung 3 bulan dan salah satu inisiatornya adalah seorang Camat perempuan Tegal Barat, Endah Pratiwi.
Menurutnya, kapital warung dipasok oleh kerja keroyokan dari menghimpun dana para dermawan dan pilantropis yang sungguh-sungguh ingin menegakkan jalan profetik bagi warga lain, khususnya mereka yang sedang murung secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Bahkan belakangan warung ben warregh nol rupiah ini semakin melengkapi dwitunggal fungsinya, yakni siang buat warung dan malam menggandeng komunitas sastra tegalan dengan menggelar diskusi sastra yang pada prinsipnya menjadi bagian cara merawat dan memekarkan literasi di Kota Laka-laka ini.
Sekurangnya, bakal menjadi ruang-ruang publik yang mencerdaskan sekaligus menenteramkan di balik kusut dan kurusnya nilai-nilai kebangsaan yang barangkali sedikit kedodoran.
Integritas
Terpenting, berdirinya warung warregh nol rupiah ini merepresentasi bahkan mengaktualisasi keadaan warga yang beragam dengan balutan positif konstruktif.
Hadirnya warung gratis dapat menjadi penanda, warga kita masih ada yang menebarkan sayap kesalehan atau kebajikan. Point ini selain mengasah sisi kemanusiaan juga mendorong dan menggerakkan warga lain untuk turut berkontribusi menyelesaikan PR bangsa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mengindikasikan bahwa warga kita juga kian punya awareness tinggi, bahkan mengakui hidup tak bisa sendirian, gotong royong menjadi panasea di muramnya kemiskinan.
Itulah kemudian, maraknya warung gratis sangat membantu pemerintah dalam melindungi dan menyelamatkan warganya dari kelaparan. Dengan demikian, warga pun bisa hadir tak cuma angka tapi juga keamanan dan kenyamanan.
Harapannya, keberadaan warung gratis ini akan mendongkrak warga untuk mengibarkan bendera kemanusiaan, di manapun. Dengan demikian, tak ada lagi warga yang mengeluh tak bisa makan atau perutnya perih akibat belum atau tak bisa makan.
Lebih jauh lagi, warung-warung gratis ini dengan segenap donasinya akan melebarkan sayapnya menjangkau kampung-kampung dan spot-spot jalan, gang sempit dengan unit atau tim yang langsung ke lapangan maupun membuka kanal lewat media sosial.
ADVERTISEMENT
Bahkan juga lewat saluran telepon, sehingga pergerakan penanganan bantuan makan gratis bisa diakselerasi. Jika dimungkinkan bisa saja ditambah dengan project pelatihan skill dan teknologi melalui media luring maupun daring dan bantuan usaha ekonomi produktif lain relevan dengan minat dan keahlian warga.
Di sinilah butuh orang atau sosok-sosok yang peduli dan berintegritas : keutuhan sekujur etik dan etos, memakmurkan dan menyejahterakan warga. Para donator, pengelola warung makan gratis dan civitasnya garansinya adalah tabungan kesalehan maupun kesalehahan. Siapa menyusul.