Konten dari Pengguna

Kaline Resik, Atine Becik lan Rejekine Apik

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
24 Juni 2020 9:24 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kondisi eksisting sungai kita masih memprihatinkan. Sungai di Indonesia yang kondisinya tercemar dan kritis mencapai 82 persen dari 550 sungai yang tersebar di seluruh Indonesia. Tingginya tingkat pencemaran membuat airnya tidak layak untuk dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Dari lebih 550 sungai itu, 52 sungai strategis di Indonesia dalam keadaan tercemar, di antaranya Sungai Ciliwung di DKI Jakarta dan Sungai Citarum di Jawa Barat (Republika, 23/3/2019).
Sungai telah berubah menjadi tempat penampung limbah atau tempat membuang kotoran sehingga menyebabkan sungai sangat tercemar dan mengalami pendangkalan. Selain itu, sungai juga mengalami defisit air akibat dari siklus hidrologi yang tidak berjalan normal sehingga menyebabkan sumber air olahan untuk penyediaan air bersih semakin menipis, sehingga ketika musim kemarau sungai mengalami kekeringan parah.
Debit airnya sudah tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, baik sebagai sumber air bersih maupun irigasi pertanian. Banyak sawah kita yang puso karena kekurangan air. Begitu pula ketika musim hujan, banyak sungai yang meluap karena tidak lagi memiliki daya tampung yang cukup terhadap curah hujan. Banjir terjadi di sana-sini.
ADVERTISEMENT
Dulu kita bisa menikmati debit air yang terjaga dengan baik, bersih dan kaya akan ekosistem. Jenis ikan macam-macam masih dijumpai di sungai. Bahkan biawak, penyu, dan hewan sungai lainnya masih banyak. Namun, sekarang sulit kita menjumpai hewan-hewan ini. Kondisi sungai sudah tidak lagi bersahabat bagi perkembangan hewan-hewan ini. Mancing di sungai malah dapat sepatu bekas, sandal, dan sampah-sampah rumah tangga lainnya.
Kondisi ini terjadi bukan saja karena kesadaran masyarakat rendah dalam menjaga kebersihan dan kesehatan sungai. Kondisi ini terjadi karena masih terjadi ego sektoral. Masing-masing bekerja hanya melaksanakan tupoksinya sendiri. Terlebih lagi saat ini belum ada konsep yang memadai untuk memastikan sungai bersih, sehat, produktif dan lestari. Bayangkan kalau penanganan sungai bisa dilakukan secara gotong royong dan punya konsep yang jelas serta visoner, bukan bimsalabim hasilnya juga akan lebih optimal.
ADVERTISEMENT
Begitu vitalnya keberadaan sungai bagi peradaban umat manusia dan kehidupan makhluk hidup lainnya, maka tidaklah berlebihan kalau kita harus bergerak melakukan normalisasi sungai yang telah rusak, dan mengelola serta merawat sungai-sungai yang masih baik.

Ruang Terbuka

Jangan sampai kerusakan sungai kita biarkan karena untuk menormalkan kembali butuh upaya yang tidak ringan. Contoh, sungai di Jakarta. Bagaimana Pemprov DKI Jakarta harus bersusah payah menormalisasi sungai di wilayahnya. Bukan hanya butuh anggaran yang besar tetapi juga butuh terobosan kreatif untuk merelokasi masyarakat yang sudah terlampau lama tinggal di kawasan sempadan sungai.
Kini saatnya kita lakukan gerakan penyelamatan sungai dari hulu hingga hilir secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Artinya, mari bersama-sama kita rawat sumber mata air sungai di gunung-gunung dengan menjaga ekosistem hutan yang ada di sana. Seperti di Dieng yang menjadi hulu Sungai Serayu sebagian hancur. Hutannya sudah gundul, maka penting ada kampanye save sungai dan hutan pada masyarakat di sana agar mulai menanami tanaman keras. Dam, sekurangnya bisa mengurangi dampak bencana dan sekaligus memberi tempat bagi makhluk hidup lainnya.
ADVERTISEMENT
Begitu pula sepanjang DAS-nya maupun senantiasa terus mengajak masyarakat agar tidak membuang sampah serta limbah tercemar ke sungai. Sempadan sungai harus kita pastikan menjadi ruang terbuka hijau yang bebas dari pemukiman maupun industri. RTRW harus benar-benar menjadi acuan bagi keberlangsungan pembangunan berkelanjutan. Itulah upaya kongret yang harus kita lakukan saat ini dan sampai kapanpun. Semua stakeholders sungai harus bekerja secara sinergis dalam menyelamatkan sungai di Indonesia. Sudah banyak inisiasi lokal yang dicontohkan oleh masyarakat baik secara kelembagaan maupun perorangan.
Mereka telah bergerak dengan aksi nyata untuk menyelamatkan dan menjaga kelestarian sungai. Kepedulian mereka inilah menjadi best practise yang harus bisa direplikasi oleh semua stakeholders sungai dalam mengembangkan kepeduliannya untuk mewujudkan sungai yang berkecukupan airnya, bersih, aman dan nyaman.
ADVERTISEMENT
Masyarakat dari hari ke hari semakin memiliki kesadaran untuk merawat sungai. Di Klaten, ada program Sekolah Sungai. Sekolah sungai memberikan edukasi masyarakat akan arti pentingnya sungai bagi kehidupan dan peradaban. Harapannya, mereka dapat menjaga dan memelihara kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah di aliran sungai, sehingga dapat dimanfaatkan warga untuk kegiatan produktif.
ilustrasi. pixabay.com

Pola Hidup Bersih

Di Semarang, sungai telah menjadi destinasi wisata yang menarik. Semarang Brige Fountain di Sungai Banjir Kanal Barat memberikan paradigma baru tentang sungai. Masyarakat semakin aware tentang pentingnya menjaga ekosistem sungai dan UMKM di sekitar sungai pun tumbuh. Hal seperti inipun terjadi di Kabupaten Purworejo dengan Festival Sungai Bogowonto dan Festival Sungai Serayu di Banjarnegara. Juga ada wisata perahu yang memanfaatkan Kali Pepe di Solo, Jelajah sungai Winongo di Jogja, Mangu River Tubing, Rafting di Sungai Elo dan Progo Magelang, dll.
ADVERTISEMENT
Ke depan gerakan mencintai sungai harus semakin kencang ditabuh, mulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Penting untuk mengingatkan anak-anak kita untuk membuang sampah pada tempatnya, jangan buang ke parit atau sungai. Di tingkat RT/RW kita gerakkan masyarakat untuk memiliki pola hidup bersih dan mencintai lingkungan. PKK dan Dasawisma bisa kita dorong untuk mendaur ulang dan mengelola sampah menjadi berkah. Sekolah dan kampus dibudayakan untuk merawat lingkungan, khususnya sungai.
Kita sulut kembali upaya trash challenge tentunya menjadi fenomena menarik dan positif untuk memantik kesadaran kita dalam merawat lingkungan. Medsos memang menjadi kekuatan besar yang mampu menggerakkan masyarakat.
Alangkah baiknya juga, medsos (instagram, vlog, dll) digunakan untuk mengabarkan bersihnya sungai-sungai maupun sebaliknya kondisi sungai yang kotor dan tercemar di daerah sekitar kita agar pemangku kepentingan dan masyarakat semakin peduli dan mengambil langkah cepat dalam penyelamatan sungai.
ADVERTISEMENT
Bangsa ini selalu mengundang upaya-upaya inovatif dan kreatif serta bergotong royong mengembalikan fungsi, memelihara dan menjadikan sungai sebagai pusat peradaban bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehingga kaline resik, atine becik lan rejekine apik.