Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menumbuhkan Sense of Humanity di Era Digital
21 Oktober 2020 16:04 WIB
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesatnya perkembangan digitalisasi, kadang membuat manusia enggan beranjak dari tempat. Sambil duduk, bahkan tiduran, dan dalam posisi serta keberadaan dimanapun, komunikasi tetap bisa berlangsung.
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi dunia pun, semuanya tinggal ”klik”, dalam sepersekian detik apa yang kita inginkan terpampang di depan mata. Itulah kemudahan era digital.
Namun demikian hendaknya dipahami, manusia adalah makhluk sosial. Pendekatan eksistensial humanistik menyatakan manusia adalah makhluk relasional, dalam arti kita bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk kemanusiaan kita.
Kita memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang lain dan kita butuh akan perasaan, bahwa kehadiran orang lain penting dalam dunia kita. Apabila kita memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka kita mengalami keberhubungan yang bermakna.
Di sinilah kita harus arif dan bijaksana mendayagunakan, mengoptimalkan dan memberdayakan era digital untuk peningkatan kesejahteraan manusia lahir maupun batin. Kita harus menjadi arsitek masa kini dan masa depan kita sendiri, termasuk dalam digitalisasi.
ADVERTISEMENT
Perjuangan untuk merasakan arti dan makna hidup harus dilakukan supaya tidak tergerus jaman. Kemajuan jaman memang harus diikuti, tetapi manusia adalah tuan dari diri sendiri yang semestinya mampu mengatur dan mengendalikan kemauan supaya tidak kehilangan kemanusiannya.
Meski kita perlu nut jaman kelakone, namun melu ilining banyu aja nganti kintir, haruslah terpatri dalam hati. Era digital silahkan berlangsung, tetapi hubungan langsung dan silaturahmi dengan sesama manusia tetap harus dijaga dan berlangsung.
Hendaknya diingat fakta menunjukkan, tetangga adalah saudara dekat. Maka begitu ada musibah atau kejadian mendadak khususnya di rumah, tetanggalah yang membantu kita. Sementara teman-teman dalam digital, kadang hanya memberi ”tanda”. Menyikapi hal tersebut, maka memahami psikologi perkembangan sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu kita juga tak bisa menghindar kalau dunia telah menjadi global village. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain pada waktu yang sama bisa diketahui oleh masyarakat di belahan bumi lainnya. Ruang dan waktu sudah semakin tipis batasnya. Dalam waktu selaksa kilat, kita bisa menyampaikan kabar atau informasi, seperti melalui media online antara lain emaill, termasuk handphone dengan beragam media sosialnya, termasuk youtube, vlog, dll.
Ini bukti perkembangan teknologi telah memberikan kemanfaatan yang besar bagi kehidupan umat manusia. Dengan tidak menafikan adanya dampak negatif yang menyertai pesatnya kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi, tergantung kedewasaan dari masyarakat pengguna, apakah mau digunakan untuk hal-hal positif ataukah untuk hal-hal negatif.
Begitu besarnya manfaat dari teknologi ini sangatlah merugi bila kemanfaatannya tidak dioptimalkan untuk hal yang produktif dengan membantu dan memudahkan setiap aktivitas masyarakat. Kesadaran itulah menjadikan pemrintah, lembaga, komunitas dan personal memanfatkan teknologi tersebut. Contoh release bisa dibuka di website kementerian, pemda, organisasi bahkan kepresidenan.
ADVERTISEMENT
Demikian pula saat masyarakat ingin mengadukan permasalahan yang terjadi, maka tidak harus bertemu secara langsung. Melalui kanal-kanal virtual yang dilengkapi form pelaporan disertai indentitas lengkap dan data pendukung lainnya warga bisa melakukan complain, report, kritik, saran atau masukan ke pemerintah maupun lembaga pelayanan publik.
Kebijakan Publik
Hal ini harus segera mendapatkan respon pelayanan secara cepat, mudah dan murah serta informative, sehingga masyarakat mendapatkan informasi secara komprehensif, tuntas dan tidak sepotong-sepotong.
Jadi, degan manfaatkan era digital untuk berkreasi dan berinovasi sekurangnya bisa menghasilkan karya membanggakan dan bahkan mengguncang dunia, tanpa harus meninggalkan domain humanitas. Kreasi dan inovasi tidak harus terbatas pada ranah teknis teknologis, namun juga bisa berada pada ranah kebijakan publik.
ADVERTISEMENT
Pembebasan denda pajak kendaraan bermotor yang belakangan ini banyak dilakukan oleh pemerintah daerah ataupun kemudahan perijinan dalam satu pintu sekaligus reward bagi pembayar pajak paling tertib, misalnya, atau pendaftaran berobat di rumah sakit yang bisa dilakukan lewat gadget, sehingga bisa mengurangi kerumunan atau kontak fisik di tengah pandemi covid-19, itu menjadi bagian inovasi kebijakan publik. Inilah satu langkah terobosan baik untuk national interest kita. Dan setiap terobosan itu merupakan terminologi kunci dalam suatu inovasi.
Atau dalam konteks kekinian, kita bisa melambungkan aras humanity ini lewat cara, seperti berbagi koneksi wifi di rumah dengan anak tetangga yang miskin untuk belajar daring atau kita bisa memberikan bantuan makanan minuman pada sedulur kita yang sedang di karantina covid-19 maupun mengirim laporan pun kejadian di lokasi desa dalam pendataan penderita covid, dll.
ADVERTISEMENT
Mari kita jadikan era digital dengan inovasinya, (skala ide maupun aplikasi/terapan) untuk kemaslahatan masyarakat dengan tetap membiakkan relationship yang humanis.
karier.kompas.id setahun silam pernah melansir, bahwa sekolah formal, terutama di Indonesia, masih mementingkan materi-materi seperti matematika, fisika, pengetahuan sosial, dan ilmu-ilmu lainnya yang dianggap bisa menjadi landasan berpikir untuk disuntikkan pada kognisi kita.
Pendidikan mengenai nilai-nilai hidup, keyakinan, kebebasan berpikir, hubungan antarmanusia, empati yang sering disebut sebagai soft skills dianggap sebagai pelengkap atau tambahan. Pengetahuan mengenai soft skills ini tentu juga ada, namun untuk belajar, murid harus mempraktikkannya sendiri.
Jack Ma, pengusaha yang dulunya adalah seorang guru mengatakan, “I think we should teach our kids sports, music, painting, art. Everything we teach should be different from machines”. Ia menambahkan, “Robot akan menggantikan 800 juta pekerjaan pada tahun 2030.” Inilah tantangan kita,”I’m not Robot.”
ADVERTISEMENT