Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kisah Baitul Quran DT Australia Rangkai Generasi Cinta Al-Quran
25 April 2025 16:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari DT Peduli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
DTPEDULI.ORG | PERTH – Di tengah kota Perth yang tenang dan multikultural, sebuah bangunan berdiri sederhana di sudut Langford. Dulunya adalah gereja, namun sejak Daarut Tauhiid (DT) mengambil alih bangunan itu dan mengubahnya menjadi Masjid Al-Latief, perlahan tempat ini menjelma menjadi jantung spiritual bagi komunitas Muslim Indonesia di Perth.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, Masjid Al-Latief hanya digunakan untuk salat lima waktu. Namun seperti cahaya yang tak bisa disembunyikan, masjid ini berkembang. Ia menjadi tempat bersilaturahmi, berbagi, dan menumbuhkan mimpi termasuk mimpi tentang sebuah tempat belajar Al-Qur’an bagi anak-anak Muslim di tanah rantau.
Dan semua itu berawal dari sebuah percakapan ringan para ibu, di sela-sela kesibukan mereka selepas shalat.
Sebuah Pertanyaan yang Menggerakkan
Bermula dari pertanyaan sederhana disela-sela obrolan, ibu-ibu bertanya dan mencari tempat untuk mengirimkan anaknya untuk belajar Al Qur’an. Berdirinya Baitul Qur’an Australia yaitu pengajian anak-anak berawal dari kebutuhan para muslim di sana.
Memang sudah ada pengajian anak-anak di Perth, namun kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Bagi keluarga yang berasal dari latar belakang campuran, atau non-Indonesia, tempat belajar Qur’an berbahasa Inggris justru berada cukup jauh dan sulit diakses.
ADVERTISEMENT
Dari keresahan itu, tumbuhlah niat untuk mendirikan pengajian anak-anak yang inklusif. Tidak langsung bernama Baitul Quran, kelas itu hanya dimulai dengan satu fokus: hafalan Al-Qur’an, dan dibimbing langsung oleh Syekh Ahmad.
Bertumbuh Bersama
Waktu berlalu. Antusiasme meningkat. Jamaah, terutama para ibu, mulai meminta agar dibuka kelas baru, dimulai dari Iqro 1 untuk anak-anak yang belum bisa membaca huruf hijaiyah. Permintaan itu disambut dengan semangat. Kelas pun berkembang, dari hafalan menjadi tahsin, dari satu tingkat menjadi beberapa.
Melihat pertumbuhan ini, Ustadz Yani, salah seorang pengurus Masjid Al-Latief, melakukan langkah besar: menghubungi Baitul Qur’an Bandung untuk meminta izin menggunakan nama mereka. Izin itu dikabulkan.
Maka, lahirlah secara resmi Baitul Qur’an Australia, bukan hanya sebagai nama, tapi sebagai simbol perjuangan menjaga warisan ilahi di tanah rantau.
ADVERTISEMENT
"Melihat perkembangan yang pesat dan kebutuhan yang semakin jelas, Ustadz Yani mengajukan permintaan penggunaan nama ke Baitul Quran Bandung," jelas Husna, Pengurus Program, dalam sebuah wawancara online, pada Kamis (17/4/2025).
Bukan Hanya Tempat Mengaji
Kini, pada April 2025, Baitul Quran Australia menampung sekitar 60 hingga 70 santri dari beragam latar belakang negara: Indonesia, Malaysia, Singapura, Pakistan, India, Bangladesh, bahkan keturunan Mesir dan Palestina. Namun, menurut Bu Husna, tantangan utama bukan berasal dari keberagaman budaya, melainkan dari budaya Australia itu sendiri.
“Anak-anak di sini diajarkan sejak kecil untuk berani mengungkapkan pendapat, berbeda dengan pendekatan pembelajaran di Indonesia. Kami perlu menyesuaikan cara mengajar agar mereka tetap semangat tanpa kehilangan adab,” jelasnya.
Pembelajaran di Baitul Quran dilakukan dengan suasana santai tapi serius. Anak-anak tidak merasa seperti sedang berada di kelas sekolah. Mereka belajar tahsin dan tajwid menggunakan buku Qoidah Nurroniyah karya Syaikh Nur Muhammad Haqqani, dengan pendekatan interaktif dan penuh kasih.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Baitul Quran memiliki 15 pengajar, dengan 3 di antaranya fokus pada kelas hafalan. Semua pengajar adalah relawan yang dipenuhi semangat untuk meneruskan cahaya Al-Qur’an di bumi Australia.
Rumah Cahaya Itu Bernama Baitul Quran
Dari obrolan sederhana para ibu di sudut masjid, kini Baitul Qur’an telah menjadi rumah bagi generasi Muslim di Perth. Sebuah tempat di mana Al-Qur’an diajarkan dengan cinta, dihidupkan dengan semangat, dan dijadikan panduan hidup dalam dunia yang serba cepat berubah.
“Semoga program Baitul Qur’an ini dalam jangka panjang bisa melahirkan para penghafal Al Quran, yang tidak hanya menghafal Al Quran, tapi bisa memahami isi Al Quran dan dapat mengamalkannya di kehidupan sehari-harinya, sehingga bisa menjadi pribadi akhlak mulia. Mereka juga menjadi duta muslim bagi orang-orang non muslim agar pandangan mereka yang negatif hilang dan sirna,” ucap Bu Husna dengan penuh harap.
ADVERTISEMENT
Baitul Qur’an Australia, Cahaya yang tidak perlu tempat yang besar untuk bersinar. Ia hanya butuh hati-hati yang mau menyalakannya. (Kevin/Agus ID)