Mendengar Kroncong di Warung Sate Jatinegara

Konten dari Pengguna
16 Januari 2018 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marlin Monroe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mendengar Kroncong di Warung Sate Jatinegara
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bunyi alunan nada keroncong mengiringi pengunjung yang silih berganti memadati warung sate itu. Sementara kepulan asap sate sesekali ikut merubung memadati seisi ruangan. Saat sajian sepiring sate dan tongseng kambing tersaji di atas meja, cacing perut saya pun mulai menggeliat ingin ikut merasakan daging dan kuah yang empuk nan besar-besar itu.
ADVERTISEMENT
Begitulah sepenggal ingatan saya saat duduk di meja menunggu makanan di Warung Sate Sederhana atau yang sering disebut Sate Keroncong Jatinegara, Jakarta Timur. Dari situ saya bisa memahami dua kata antara makanan dan musik adalah perpaduan serasi nan mesra untuk memuaskan isi perut. Sebab, suara-suara manja “Bengawan Solo” atau “Aryati” yang membisikkan ke telinga pengunjung menumbuhkan semangat menggelora untuk menandaskan semua.
Tak perlu menggunakan Google Maps untuk menghampiri lokasi ini ataupun membaca rekomendasi dari apps kuliner tentang penilaian makanan ini. Cukup baca penuturan saya disini sekilas, dan rasakan sendiri nikmatnya.
Mengunjungi warung sate ini susah-susah gampang. Jika sedang berkendara dari Matraman ke arah Kp. Melayu pelankan laju saat melewati Patung Pejuang Jatinegara yang sedang bersedekap. Tak jauh dari sana akan melintasi Gereja Koinina, Kantor Pos, dan Polres Metro Jakarta Timur. Di sebelah Polres itu lah terpasang sebuah papan nama bertuliskan Warung Sate Sederhana. Lalu, masuk lah ke sebuah gang kecil tempat warung itu berada.
ADVERTISEMENT
Menyoal makanan pun bagi saya tak begitu penting lantaran meski cukup merogoh isi dompet tapi setimpal. Sepiring sate kambing saja dibanderol dengan harga Rp 60.000. Seporsi sate kambing ukurannya besar-besar dan tongsengnya pun berlimpah ruah. Sementara yang perlu diketahui disini ialah hanya tersedia sate kambing, sate sapi dan tongseng. Sayang seribu sayang, bagi penikmat sate ayam dimohon bersabar lantaran warung ini tak menjualnya.
Sebenarnya, tersebar beribu-ribu warung makan jalanan yang tak kalah lezat di seantero ibukota tercinta. Namun, saya baru menemukan warung makan pinggiran yang menyandingkan sebuah grup musik merdu sebagai pengiring tanpa mengintimidasi pengunjung yang makan. Pemandangan mahal ini hanya bisa ditemukan pengunjung saat bersantap ria di Mall atau cafe-cafe di Jakarta. Apalagi, merdu suara dan petikan gitar ala keroncong membuat saya serasa berada di Jogjakarta ataupun Solo. Coba rasakan sendiri.
ADVERTISEMENT