Konten dari Pengguna

Social Media Fatigue di Kala Pandemi, Kenali Penyebab dan Dampak Negatifnya

marlin merliana
Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
1 April 2022 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari marlin merliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ilustrasi: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ilustrasi: pexels.com
ADVERTISEMENT
Semenjak pandemi Covid-19, masyarakat memanfaatkan dan menggunakan media sosial semaksimal mungkin agar tetap saling terhubung satu sama lain. Sekolah, kuliah, bekerja, dan kegiatan lainnya kemudian dialihkan melalui media digital dan penyebaran informasi terkait hal-hal tersebut disebarkan melalui media sosial. Ketergantungan masyarakat pada media sosial kemudian memunculkan sebuah fenomena yang bernama social media fatigue atau kelelahan bermedia sosial.
ADVERTISEMENT
Social media fatigue adalah serangkaian perasaan subjektif yang didasarkan oleh pengalaman pengguna media sosial terhadap aktivitas di platform media sosial, seperti kelelahan, kejengkelan, kemarahan, kekecewaan, kewaspadaan, kehilangan minat, atau berkurangnya kebutuhan/motivasi yang terkait dengan berbagai aspek penggunaan dan interaksi jejaring sosial. Karena sifatnya yang subjektif, perasaan pengguna media sosial dapat dipengaruhi oleh faktor yang terkait dengan pengguna itu sendiri, jaringan sosial di mana seseorang berpartisipasi dan/atau penggunaannya, atau platform teknis yang mengatur jaringan. (Ravindran, Kuan, & Lian, 2014). Social media fatigue lebih berkaitan dengan kelelahan psikologis karena orang berpartisipasi dalam lingkungan daring atau online dengan cara yang lebih sukarela (Zhang et al. dalam Zheng dan Ling, 2021).
Penelitian mengungkapkan salah satu pemicu social media fatigue adalah penggunaan media sosial secara kompulsif dan berlebihan (Dhir et al., 2018). Tidak dipungkiri bahwa ketika pandemi COVID-19, banyak orang menjadi bergantung pada berbagai jenis media sosial, khususnya situs jejaring sosial (online social networking sites/SNS) dan pengirim pesan instan seluler (mobile instant messengers/MIM) untuk terhubung dengan orang lain dan mencari informasi tentang virus dan penyebarannya dalam rutinitas keseharian mereka (Anderson dan Vogels dalam Zheng dan Ling, 2021). Dihadapkan sejumlah besar informasi yang datang dari media sosial lalu berusaha mencernanya satu persatu mungkin membuat seseorang merasa kewalahan. Tidak heran jika seseorang cenderung kemudian mengalami kelelahan emosional, terlebih ketika informasi tersebut cenderung berlebihan, ambigu, bahkan belum diverifikasi kebenarannya (Islam et al. dalam Zheng dan Ling, 2021).
ADVERTISEMENT
Semenjak pandemi COVID-19, kalangan remaja khususnya pelajar dan mahasiswa lebih rentan mengalami social media fatigue. Penelitian mengungkapkan bahwa social media fatigue di kalangan remaja pengguna media sosial secara signifikan disebabkan karena penggunaan media sosial yang berlebihan (Dhir et al., 2018). Sejatinya fenomena tersebut sangat terprediksi untuk menjadi kenyataan. Bagaimana tidak? Ketika pandemi, sistem kegiatan pembelajaran yang berubah secara daring menuntut mereka untuk memantau platform media sosial khususnya pengirim pesan instan seluler (mobile instant messengers/MIM) terus- menerus. Padahal sebelum tuntutan tersebut muncul, sebelum pandemi pun mereka sudah dituntut untuk menguasai materi dan menyelesaikan berbagai tugas sekolah dan perkuliahan.
Situs jejaring sosial (SNS) seperti Instagram dan Youtube mulai dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran kreatif sehingga seringkali difungsikan sebagai media untuk mengupload tugas sekolah maupun kuliah. Pengirim pesan instan seluler (MIM) seperti WhatsApp dan Line digunakan sebagai sarana bertukar informasi antar teman maupun antara murid dan pengajar. Di luar konteks media sosial, aplikasi edukasi juga turut digunakan sebagai penunjang pembelajaran seperti Zoom, Google Classroom, Google Meet, dan lain sebagainya, di mana beberapa aplikasi tersebut akan terhubung dengan salah satu MIM yaitu, E-mail. Beberapa diantaranya seperti Google Classroom dan Google Meet.
ADVERTISEMENT
Pada titik ini, remaja dan mahasiswa mungkin saja merasakan hidupnya terinvasi ketika kegiatan bermedia sosial sudah kehilangan unsur hedonistik dan lebih kepada keharusan karena terkait dengan keperluan sekolah dan perkuliahan selama belajar di rumah. Batasan yang kabur antara kehidupan pribadi dan kewajiban menuntut ilmu ketika bermedia sosial memicu terjadinya social media fatigue. Di sisi lain, banyaknya informasi terkait COVID-19 yang membombardir mereka dari berbagai media sosial juga membuat mereka mengalami social media fatigue (Rahardjo et al,. 2021). Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa selain kewalahan memproses informasi yang masuk, invasion of life atau pelanggaran batas privasi pada kehidupan sehari-hari juga menjadi penyebab social media fatigue pada pelajar dan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Pada saat seseorang mengalami social media fatigue, ada beberapa perubahan kebiasaan bermedia sosial yang terlihat, diantaranya adalah mengganti platform media sosial yang biasa digunakan, penghentian penggunaan sementara, interaksi tidak responsif pada aktivitas media sosial, bahkan penghentian penggunaan media sosial (Dhir et al., 2018). Selain itu, seseorang yang mengalami social media fatigue menjadi lebih rentan terdapat demarkasi fisik dan psikologis seperti penurunan kepuasan hidup dan produktivitas kerja bahkan memicu terjadinya gangguan psikologis seperti depresi dan kecemasan (Lee, Lee, & Suh, 2016; Zhang et al., 2016). Penelitian yang dilakukan Amandeep Dhir dkk pada 2018 juga membuktikan bahwa social media fatigue mengakibatkan peningkatan tingkat depresi dan kecemasan terutama di kalangan remaja pengguna media sosial dan keterkaitan antara depresi dan social media fatigue serta kecemasan dan social media fatigue ini konsisten dari masa ke masa.
ADVERTISEMENT
Istirahat dari media sosial untuk meminimalisir dampak yang berat sangat diperlukan oleh seseorang yang mengalami social media fatigue. Namun, selain istirahat, memulai manajemen dan kontrol diri sendiri serta media sosial juga perlu dilakukan. Hal tersebut bisa dimulai dari membatasi diri membuka media sosial untuk mengurangi kecanduan terhadap media sosial yang mengakibatkan penggunaan berlebihan. Lalu untuk membantu kontrol diri, cobalah mematikan notifikasi dari seluruh media sosial saat waktu istirahat, dan mulai melakukan hobi atau aktivitas lain selain bermain media sosial seperti membaca buku, berolahraga, dan lain sebagainya.
Sulit memprediksi kapan pandemi berakhir, sehingga sulit pula mengatasi penggunaan media sosial dalam frekuensi yang terlalu sering. Media sosial sendiri kini rasanya telah menjadi salah satu kebutuhan manusia. Walau begitu, memahami bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengakibatkan kelelahan psikologis diharapkan membuat kita bisa mengurangi dan mengontrol kegiatan bermedia sosial kita sehari-hari agar tidak terlalu berlebihan. Disamping bermedia sosial, sejatinya kita bisa mulai melakukan kegiatan lain yang sama atau lebih produktif.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Dhir, A., Yossatorn, Y., Kaur, P., & Chen, S. (2018). Online social media fatigue and psychological wellbeing—A study of compulsive use, fear of missing out, fatigue, anxiety and depression. International Journal of Information Management, 40, 141-152.
Lee, A. R., Son, S. M., & Kim, K. K. (2016). Information and communication technology overload and social networking service fatigue: A stress perspective. Computers in Human Behavior, 55(A), 51–61.
Rahardjo, W., Qomariyah, N., Mulyani, I., & Andriani, I. (2021). Social media fatigue pada mahasiswa di masa pandemi COVID-19: Peran neurotisisme, kelebihan informasi, invasion of life, kecemasan, dan jenis kelamin. Jurnal Psikologi Sosial, 19(2), 142-152.
Ravindran, T., Yeow Kuan, A. C., & Hoe Lian, D. G. (2014). Antecedents and effects of social network fatigue. Journal of the Association for Information Science and Technology, 65(11), 2306-2320.
ADVERTISEMENT
Zheng, H., & Ling, R. (2021). Drivers of social media fatigue: A systematic review. Telematics and Informatics, 64, 101696.