Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Polemik Iman dan Keraguan dalam "Tiga Lembar Kartu Pos" Sapardi Djoko Damono
24 Juli 2024 10:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Marsya Habibah Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono. Puisi ini ditulis pada tahun 1975 dan terdapat dalam buku Hujan Bulan Juni. Puisi ini bertemakan ketuhanan dan dicampuri nilai kehidupan.
ADVERTISEMENT
Lembar Kartu Pos (1)
Lembar Kartu Pos (2)
Lembar Kartu Pos (3)
ADVERTISEMENT
Sapardi Djoko Damono, dalam puisinya yang berjudul "Tiga Lembar Kartu Pos", membawa kita menyelami pergolakan batin manusia dalam pencarian makna hidup dan eksistensi Tuhan. Di balik keindahan bahasanya yang puitis, puisi ini memancarkan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang iman, keraguan, dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Bait pertama puisi ini langsung menancapkan tema sentralnya: keraguan dan pencarian makna spiritual. Sang penyair,dengan penuh kebingungan dan kegelisahan, mempertanyakan keberadaan Tuhan melalui kalimat, "Di manakah alamat-Mu sekarang?". Pertanyaan ini merefleksikan usaha manusia yang tak henti-hentinya dalam mencari jawaban atas misteri kehidupan dan keberadaan Tuhan.
Keraguan ini semakin diperkuat dalam bait kedua dengan gambaran kartu pos yang tak terkirim. Kartu pos ini menjadi simbol komunikasi yang terputus, merepresentasikan usaha manusia yang sia-sia untuk menjalin hubungan dengan Tuhan.Ketidakpastian ini menimbulkan pertanyaan tentang kedekatan manusia dengan sang pencipta.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah keraguan tersebut, secercah harapan muncul di bait ketiga. Sang penyair menemukan jawaban dalam "bisikan angin" yang membawa "kabar gembira." Kabar ini seolah menjadi penegasan bahwa Tuhan selalu hadir,meskipun tak selalu terlihat secara kasat mata. Kehadiran Tuhan ini memberikan rasa tenang dan keyakinan bagi sang penyair, meskipun keraguan masih menghinggapinya.
Kehadiran Tuhan kembali ditegaskan dalam bait keempat melalui metafora "langit yang biru." Langit yang luas dan tak terbatas ini melambangkan kebesaran Tuhan dan kekuatan-Nya yang tak terukur. Hal ini memberikan rasa tenang dan keyakinan bagi sang penyair, meskipun keraguan masih menghinggapinya.
Puisi ini ditutup dengan pengakuan sang penyair bahwa ia masih "terombang-ambing" dalam pencarian spiritualnya. Ia sadar bahwa perjalanan iman tak selalu mulus, dan keraguan adalah bagian tak terpisahkan dari proses pendewasaan spiritual.
ADVERTISEMENT
"Tiga Lembar Kartu Pos" merupakan sebuah refleksi mendalam tentang pergulatan iman dan keraguan yang dihadapi manusia. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan Tuhan dan makna hidup di tengah ketidakpastian dunia. Di balik keraguan dan pencarian, puisi ini memberikan secercah harapan bahwa Tuhan selalu hadir dan menyertai setiap langkah kita.
Kesimpulan:
"Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran kompleks tentang pergulatan iman dan keraguan yang dihadapi manusia. Melalui bahasa yang puitis dan penuh makna, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan Tuhan dan makna hidup di tengah ketidakpastian dunia. Puisi ini menjadi pengingat bahwa keraguan adalah bagian dari perjalanan iman, dan di balik keraguan itu, selalu ada secercah harapan akan kehadiran Tuhan.
ADVERTISEMENT