Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
27 Ramadhan 1446 HKamis, 27 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Transformasi Hubungan Perdagangan Jepang-AS: Kemitraan Transpasifik
7 Maret 2025 14:18 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Martina Uliarta Siringoringo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejak Perang Dunia II, hubungan perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat telah mengalami transformasi yang signifikan. Awalnya ditandai dengan ketergantungan ekonomi Jepang terhadap AS, hubungan ini kemudian berkembang menjadi kerja sama yang lebih kompleks, disertai dengan persaingan di berbagai sektor. Salah satu tonggak penting dalam dinamika perdagangan mereka adalah partisipasi dalam perjanjian Trans-Pacific Partnership (TPP). Artikel ini mengeksplorasi perkembangan hubungan perdagangan Jepang-AS dalam konteks TPP dengan menganalisisnya dari perspektif ekonomi politik dan hegemoni global.
ADVERTISEMENT
Transformasi Hubungan Perdagangan Jepang-AS melalui TPP
TPP adalah perjanjian perdagangan bebas yang awalnya mencakup 12 negara, termasuk Jepang dan Amerika Serikat, dengan tujuan meningkatkan perdagangan dan investasi di kawasan Pasifik. Jepang menjadi anggota pada tahun 2013, dengan harapan meningkatkan daya saing ekonominya melalui reformasi dan integrasi yang lebih dalam ke pasar global. Namun, pada tahun 2017, AS menarik diri dari TPP di bawah pemerintahan Donald Trump, dengan alasan bahwa perjanjian tersebut tidak memberikan keuntungan yang cukup bagi pekerja Amerika.
Meskipun AS mundur, Jepang tetap berkomitmen pada perdagangan multilateral dengan melanjutkan perjanjian tersebut dalam bentuk Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Keputusan ini sejalan dengan strategi ekonomi Jepang untuk mempertahankan pengaruh regional dan menghadapi persaingan dengan China.
ADVERTISEMENT
Selain berperan sebagai kerangka kerja perdagangan bebas, CPTPP juga memperkuat posisi Jepang dalam sistem perdagangan global. Dengan berpartisipasi dalam perjanjian ini, Jepang memperoleh akses pasar yang lebih luas dan memastikan bahwa regulasi perdagangan lebih selaras dengan kepentingan nasionalnya. Selain itu, CPTPP memungkinkan Jepang untuk memiliki lebih banyak otonomi dalam kebijakan ekonominya tanpa ketergantungan berlebihan pada Amerika Serikat.
Perspektif Ekonomi Politik dalam TPP
Persaingan ekonomi antara Jepang dan AS dalam TPP mencerminkan dua pendekatan yang berbeda. Jepang menekankan keterbukaan ekonomi dan investasi jangka panjang sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sebaliknya, keputusan AS untuk mundur menunjukkan kecenderungan proteksionis guna melindungi industri domestiknya dari persaingan global.
Pendekatan Jepang dalam CPTPP berfokus pada prinsip kerja sama dan aturan perdagangan yang lebih transparan, termasuk perlindungan hak kekayaan intelektual dan standar tenaga kerja. Di sisi lain, strategi AS menunjukkan bagaimana kekuatan ekonomi dapat digunakan sebagai alat negosiasi dalam geopolitik global. Proteksionisme AS mengindikasikan bahwa negara tersebut lebih memilih kebijakan yang mendukung industri domestik, meskipun dengan mengorbankan peran kepemimpinannya dalam perdagangan global.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif ekonomi politik, keterlibatan Jepang dalam CPTPP juga mencerminkan strategi hegemoni ekonomi. Dengan mempertahankan perjanjian ini, Jepang berupaya memperkuat posisi tawarnya dalam perdagangan global dan menghindari dominasi China. Keberlanjutan CPTPP menunjukkan bahwa Jepang memiliki kepentingan strategis dalam menjaga sistem perdagangan multilateral yang terbuka dan berbasis aturan.
Selain itu, Jepang juga menggunakan perjanjian ini sebagai alat untuk meningkatkan daya saing industrinya. Dengan menstandarkan aturan perdagangan di antara negara anggota, Jepang dapat lebih mudah mengekspor produk unggulannya, seperti kendaraan dan teknologi canggih. Hal ini menguntungkan sektor industri Jepang yang bersaing dengan produk-produk dari AS dan China.
Jepang, TPP, dan Hegemoni Ekonomi
Keputusan Jepang untuk tetap berada dalam CPTPP menunjukkan ambisi ekonominya dalam membentuk aturan perdagangan global. Dengan mempertahankan perjanjian ini, Jepang tidak hanya melindungi kepentingan ekonominya tetapi juga memperkuat perannya sebagai pemimpin dalam sistem perdagangan multilateral. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk hegemoni ekonomi Jepang di kawasan Asia-Pasifik.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, keputusan AS untuk keluar dari TPP memberikan peluang bagi Jepang untuk memperluas pengaruhnya, terutama dalam menghadapi dominasi ekonomi China. Jepang menggunakan strategi diplomasi ekonomi untuk memperkuat aliansi dengan negara mitra dalam CPTPP, sekaligus memastikan stabilitas ekonominya di tengah perubahan kebijakan perdagangan global.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang telah menunjukkan kemampuannya dalam mengelola dinamika perdagangan global secara lebih mandiri. Dengan mempertahankan CPTPP, Jepang juga berupaya menarik lebih banyak negara untuk bergabung, termasuk Inggris yang baru-baru ini mengajukan permohonan keanggotaan. Hal ini menunjukkan bagaimana Jepang memanfaatkan CPTPP sebagai instrumen untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan dan menjaga stabilitas ekonominya.
CPTPP juga memberikan keuntungan strategis bagi Jepang dalam bidang diplomasi. Dengan mengonsolidasikan aliansi ekonomi dengan negara anggota lainnya, Jepang dapat memperkuat posisi tawarnya dalam negosiasi perdagangan global dan membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan mitra strategis di Asia-Pasifik.
ADVERTISEMENT
Implikasi Geopolitik dan Masa Depan CPTPP
Keberlanjutan CPTPP tanpa AS menunjukkan bahwa Jepang telah mengambil peran yang lebih aktif dalam membentuk sistem perdagangan global. Melalui perjanjian ini, Jepang berupaya menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil di kawasan Asia-Pasifik dan mengurangi ketergantungan pada AS.
Namun, tantangan tetap ada. Persaingan dengan China dalam inisiatif ekonomi global seperti Belt and Road Initiative (BRI) menuntut Jepang untuk terus memperkuat strategi ekonominya. Selain itu, meningkatnya kebijakan proteksionis di beberapa negara juga dapat mempengaruhi efektivitas CPTPP dalam jangka panjang.
Selain itu, dinamika politik domestik di Jepang juga berperan penting dalam kebijakan perdagangannya. Pergantian pemerintahan atau perubahan opini publik dapat mempengaruhi komitmen Jepang terhadap CPTPP. Oleh karena itu, Jepang perlu terus menyesuaikan strategi ekonominya agar tetap relevan dalam perdagangan global.
ADVERTISEMENT
CPTPP juga mencerminkan peran Jepang dalam membentuk masa depan perdagangan bebas di kawasan Asia-Pasifik. Dengan mempromosikan kebijakan perdagangan yang lebih inklusif dan berbasis aturan, Jepang dapat menarik lebih banyak negara untuk berpartisipasi dalam sistem perdagangan global yang stabil dan menguntungkan.
Transformasi hubungan perdagangan Jepang-AS dalam konteks TPP mencerminkan hubungan yang kompleks antara kerja sama dan persaingan dalam sistem perdagangan global. Melalui pendekatan ekonomi-politik dan hegemoni global, Jepang menunjukkan bagaimana perdagangan dapat menjadi alat strategis untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan. Keberlanjutan CPTPP menyoroti pragmatisme Jepang dalam menghadapi tantangan global serta komitmennya terhadap integrasi ekonomi regional.
Melalui CPTPP, Jepang tidak hanya berupaya melindungi kepentingan ekonominya tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam perdagangan multilateral. Di tengah meningkatnya proteksionisme dan ketidakpastian ekonomi global, strategi Jepang dalam CPTPP menggambarkan bagaimana negara tersebut memanfaatkan perdagangan sebagai instrumen geopolitik untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Dengan CPTPP, Jepang berhasil memperkuat perannya sebagai kekuatan ekonomi utama di kawasan Asia-Pasifik, memastikan bahwa perdagangan tetap kompetitif di tengah dinamika global yang terus berkembang.
Martina Uliarta Siringoringo, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya