Konten dari Pengguna

Sebelas Malam: Ruang Bermesra dengan Kegagalan

Marvella
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret
16 Desember 2024 16:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marvella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebelas Malam, novel oleh Firdhani Zihan (Gema Membiru) (sumber: foto pribadi Marvella)
zoom-in-whitePerbesar
Sebelas Malam, novel oleh Firdhani Zihan (Gema Membiru) (sumber: foto pribadi Marvella)
ADVERTISEMENT
Judul : Sebelas Malam
Penulis : Firdhani Zihan (Gema Membiru)
ADVERTISEMENT
Penerbit : GagasMedia
Tanggal terbit : 9 Juli 2024
Jumlah halaman : 258 halaman
Novel “Sebelas Malam” adalah buah pena kedua dari Firdhani Zihan, seorang penulis sekaligus content creator dan podcaster dengan label @gema.membiru. Penulis muda pemilik nama lengkap Azrya Zihan Firdhani ini merupakan sarjana lulusan psikologi dari Universitas Diponegoro. Karya-karyanya yang tersebar lewat buku, sosial media, dan spotify, banyak mengangkat keresahan tentang menjadi seorang manusia. Melalui novel keduanya ini, Firdhani Zihan menghadirkan cerita yang memadukan unsur psikologi dan romansa dalam lingkungan cerita slice of life .
Menyusuri 29 bab dalam novel “Sebelas Malam”, novel ini terfokus pada kehidupan dua mahasiswa semester akhir dan tumpukkan rintangan hidup masing-masing. Mereka adalah Asmara Amani Cantik dan Haikal Giandra Pangestu. Amani adalah seorang anak tunggal dan Haikal adalah kakak sulung dari dua adik kembarnya bernama Asya dan Naru. Ada perbedaan yang mencolok antara Amani dan Haikal tentang konsep kegagalan. Amani adalah seorang peraih kemenangan, perempuan dengan jajaran medali dan penghargaan di sudut kamarnya. Sedangkan, Haikal adalah laki-laki yang sudah berteman dengan kegagalan sejak lama. Namun, dalam latar belakang cerita mahasiswa akhir semester ini, Amani dan Haikal sama-sama diterjang tema rangkaian kegagalan yang sama dalam proses pengerjaan skripsi.
ADVERTISEMENT
Amani dan Haikal pertama bertemu di hari terakhir masa orientasi mahasiswa. Namun, interaksi sesungguhnya terjadi ketika Amani dan Haikal harus menjalankan bimbingan skripsi di penghujung perjalanan perkuliahan mereka. Amani adalah mahasiswa semester 8 dan Haikal adalah mahasiswa semester 10 saat mereka mulai menjalin kedekatan. Hubungan Amani dan Haikal sederhana. Bermula dari pertemuan tidak disengaja beranjak ke obrolan singkat. Hingga di pertemuan-pertemuan selanjutnya, Amani dan Haikal memutuskan untuk saling mencoba merangkul rasa. Bertukar pikiran dan cerita kemudian menjadi cara mereka tetap bertahan melawan kerasnya dunia dewasa. Namun ke manakah bahagia Haikal dan Amani akan bermuara?
Di antara dialog Amani dan Haikal, terselip segudang cerita tentang rumah, keluarga, dan diri sendiri. Mulai dari Amani yang menghabiskan masa kecil dan remajanya berpindah-pindah sejurus dengan lokasi kerja ayahnya. Ia menjadi lihai beradaptasi namun tidak punya siapapun untuk diajak meluapkan kegundahan. Lalu ada Haikal, laki-laki yang harus berbagi kasih kedua orang tua dengan dua adik kembarnya sejak kecil. Haikal tumbuh menjadi anak sulung yang selfless, jauh mementingkan orang lain sampai-sampai tidak mengenali dirinya sendiri. Perkara hidup Amani dan Haikal ditumpuk dari kegundahan-kegundahan kecil yang kian menggunung saat lembar demi lembar buku dibalik. Di sinilah hubungan Amani dan Haikal diuji. Sampai sejauh mana mereka dapat saling menguatkan satu sama lain?
ADVERTISEMENT
Judul buku “Sebelas Malam” tampaknya dipilih karena sebab yang unik. Pertemuan Amani dan Haikal banyak berlabuh pada pukul sebelas di malam hari seperti saat pulang bersama menaiki KRL dan MRT, ataupun pertemuan lisan melalui telepon saat malam mulai larut. Tidak hanya itu, kerja keras dan keresahan Amani dan Haikal banyak pula mereka uraikan sendirian di pukul sebelas malam. Judul “Sebelas Malam” sangat tepat dipilih oleh sang penulis Firdhani Zihan. Judul ini menunjukkan apa-apa saja yang berkesan dalam kehidupan Amani dan Haikal tak lepas dari waktu keramat pukul sebelas di malam hari.
Sebagai seorang penulis muda, Firdhani Zihan sangat cakap dalam meramu diksi untuk menggambarkan suasana dan karakter dengan tajam dan tepat di dalam novelnya. Terbit pada 9 Juli 2024, buku yang dikarang oleh Firdhani Zihan ini menghadirkan permasalahan kehidupan yang kerap dirasakan generasi muda saat ini. Tidak lupa dengan detail kecil seperti tempat, lagu, dan kata-kata yang sangat dekat dengan pembaca. Buku “Sebelas Malam” juga dibubuhkan dengan ilustrasi-ilustrasi manis di sudut-sudut halaman yang membantu pembaca untuk berimajinasi dengan lebih nyata. Membaca buku “Sebelas Malam” memberikan kehangatan bagi audiensnya, seolah didengarkan, seolah ditemani kala kesepian.
ADVERTISEMENT
Di balik banyaknya kelebihan yang membuat pembaca betah untuk terus menyibak halaman dalam buku “Sebelas Malam”, ada pula kekurangan minor yang termuat. Setiap bab dari kisah hidup Amani dan Haikal berisi tema yang berbeda-beda, namun isi buku didominasi oleh kesulitan dan kesukaran karakternya yang sendu sehingga kurang menonjolkan sisi positif dari kehidupan. Selain itu, masih ditemukan beberapa kekeliruan pengetikan seperti typo, kurang penambahan spasi, dan penempatan kapital yang kurang tepat. Walaupun begitu, buku “Sebelas Malam” masih sangat layak untuk dinikmati oleh siapapun.
Firdhani Zihan sukses dalam menuliskan kisah sederhana nan relatable. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari perjalanan hidup Amani dan Haikal sebagai mahasiswa semester akhir. “Sebelas Malam” mengajarkan pentingnya mengutarakan perasaan agar tidak menjadi beban untuk diri sendiri. Tidak apa untuk merasakan berbagai gejolak emosi, karena sedih, senang, cemas, takut itulah yang menjadikan diri kita manusia. Pada akhirnya, buku ini tentang manusia dan tumpukkan kegagalannya, juga tentang menemukan seseorang dan solusi menguraikan sesak kegagalan, agar kelak ada penerimaan dan bahagia yang menyusup pelan-pelan untuk bertahan selamanya.
ADVERTISEMENT