Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Peran Manajemen Konflik Dalam Sebuah Organisasi
15 November 2024 13:41 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Marvin Kapita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun
pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi dari pelaku maupun
pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan interpretasi.
ADVERTISEMENT
Dalam
sebuah organisai, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling terkait dengan
pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,
penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik. Demikian
pula ketika suatu keputusan yang buruk dihasilkan, komunikasi yang tidak efektif selalu
menjadi kambing hitam. Konflik tidak senantiasa merugikan tetapi juga dapat
menguntungkan dalam jangka panjang.
Sedangkan menurut pandangan
interactionist mengatakan bahwa konflik justru merupakan sesuatu yang harus
distimulasi, sebab konflik dapat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Konflik dapat mengubah perilaku dan dapat menyadarkan pihak-pihak
yang berkonflik atas kesalahannya. Kesadaran akan kesalahan ini akan mampu
meningkatkan produktivitas.
ADVERTISEMENT
Sebab-sebab timbulnya konflik, setiap terjadinya konflik pasti memiliki latar belakang penyebabnya. Secara umum ada beberapa sebab timbulnya konflik, yaitu :
a. Menurut Hendricks, W. (1992) mengidentifikasi proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahap : pertama; peristiwa sehari-hari, kedua : adanya tantangan, sedangkan yang ketiga :timbulnya pertentangan.
b. Perebutan tenaga ahli yang profesional. Suatu organisasi ingin memiliki tenaga kerja
yang handal dan berkualitas, ini salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengambil
atau menarik SDM yang berasal dari organisasi atau perusahaan lain. Ini sebagaimana
ditegaskan oleh Wahyudi, yaitu : "Pada saat permulaan muncul suatu krisis ditandai
adanya pertentangan untuk memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas,maupun disebabkan lingkungan kerja yang tidak kondusif."
ADVERTISEMENT
c. Keinginan pihak top management yang terlalu ambisius dan juga mengandung maksud
tertentu. Dimana ini telah terbaca oleh pihak komisaris sehingga menimbulkan reaksi
konflik antara manajemen dan komisaris. Ini dari segi teori sering disebut dengan
agency theory. Agencytheory (teori keagenan) merupakan teori yang membahas konflik
antara pihak manajemen dan komisaris yang mana pihak manajemen disebut sebagai
agent atau pelaksana dan komisaris adalah principal. Dimana mereka harus membangun
suatu kontrak kerja yang menyangkut aturan-aturan yang harus disepakati oleh kedua
belah pihak, terutama aturan yang menegaskan bahwa agent harus bekerja untuk
memaksimalkan keuntuagan kepada prinsipal.
d. Konflik juga memungkinkan terjadi karena kondisi dan situasi eksternal perusahaan
yang dianggap tidak sisi representative dalam rangka memberikan kenyamanan pada Perusahaan. Ini terjadi seperti adanya teror dan gangguan dari pihak luar, sehingga
kegelisahan kerja selalu terjadi dan manajemen perusahaan tidak bisa focus dalam
membangun dan melaksanakan rencana yang dibuatnya.
ADVERTISEMENT
Jenis-jenis konflik, konflik ada berbagai macam jenisnya, dimana setiap pakar konflik miliki
pandangan yang berbeda-beda dalam mengklasifikannya. Secara mereka melihat konflik
itu jenisnya dalam beberapa bentuk, yaitu :
a. Konflik pada diri individu itu sendiri,
b. Konflik antar individu,dan
c. Konflik individu dengan institusi.
Konflik itu menjadi berbeda jika dilihat dari segi perspektif organisasi. Konflik
dalam organisasi timbul karena keterlibatan seorang individu dengan organisasi tempat ia
bekerja. Menurut T. Hani Handoko ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila
berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
ADVERTISEMENT
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sarna, dimana hal ini sering diakibatkan
oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik
antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
3. Konflik antara individu dan kelompok, yang berhubungan dengan era individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan
antar kelompok.
5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dan
sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya
pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien. Pembagian jenis konflik ini akan menjadi lebih menarik jika dibagi seeara jauh
lebih detil, karena dengan konsep yang jauh lebih detil akan membuat analisis
pemahaman tentang konflik menjadi jauh lebih maksimal, sedangkan jika dibuat seeara
sederhana hanya akan dipahami secara umum.
ADVERTISEMENT
Peran manajemen konflik dalam organisasi, Dalam sebuah organisai, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling
terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah
organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik.
Demikian pula ketika suatu keputusan yang buruk dihasilkan, komunikasi yang tidak
efektif selalu menjadi kambing hitam.
Para manajer bergantung kepada ketrampilan berkomunikasi mereka dalam
memperoleh informasi yang diperlukan dalam proses perumusan keputusan, demikian pula
untuk mensosialisasikan hasil keputusan tersebut kepada pihak-pihak lain. Riset
membuktikan bahwa manajer menghabiskan waktu sebanyak 80 persen dari total waktu
kerjanya untuk interaksi verbal dengan orang lain. Ketrampilan memproses informasi yang
dituntut dari seorang manajer termasuk kemampuan untuk mengirim dan menerima
informasi ketika bertindak sebagai monitor, juru bicara (Spekesperson), maupun penyusun
strategi.
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi tuntutan alam dalam posisi dan kewajiban sebagai manajer untuk
selalu dihadapkan pada konflik. Salah satu titik pening dari tugas seorang manajer dalam
melaksanakan komunikasi yang efektif didalam organisasi bisnis yang ditanganinya adalah
memastikan bahwa arti yang dimaksud dalam instruksi yang diberikan akan sama dengan
arti yang diterima oleh penerima instruksi demikian pula sebaliknya (the intended meaning
of the same).
Hal ini harus menjadi tujuan seorang manejer dalam semua komunikasi yag
dilakukannya. Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada
penentuan
Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka berhadapan dengan
konflik. Dalam hal ini, manajer bisa saja sebagai pihak pertama yang langsung terlibat
dalam konflik tersebut, dan bisa saja sebagai pihak pertama yang langsung terlibat dalam
konflik tersebut, dan bisa pula sebagai mediator atau pihak ketiga, yang perannya tidak
lain dari menyelesaikan konflik antar pihak lain yang mempengaruhi organisasi bisnis
maupun individual yang terlibat di dalam organisasi bisnis yang ditanganinya.
ADVERTISEMENT