Konten dari Pengguna

FPI dan Kontroversinya

Mas In
bak lintang kemukus ditengah kegelapan semesta
18 Januari 2017 10:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mas In tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Untuk kali pertama saya mendengar keluhan kakak perempuan; 'dimas, kho rasanya aku kayak terasing beragama gitu, NU dan Muhammadiyah diem saja, Pemerintah juga gitu. Kenapa gak bubarin saja itu FPI' ungkapnya seraya mimik jenuh.
ADVERTISEMENT
Kegundahan yang menurutku wajar dan mungkin banyak yang merasakan hal yang sama. Entah disadari atau tidak oleh petinggi FPI, atas nama apapun, ulah pokal ucap dan tindakkannya sedikit banyak telah membuat resah, paling tidak seperti dikeluhkan kakak saya itu.
Apakah memang FPI layak dibubarkan ? seperti disampaikan Mendagri, dimana pembubaran organisasi masyarakat (ormas) tidaklah sesederhana kemauan kita. Terlebih jika ormas tersebut berbadan hukum; disahkan oleh Kemhumham dan terdaftar di Kemdagri. Pembubaran harus memenuhi unsur yang termuat dalam ketentuan dan peraturan payung hukumnya. Demikian pula harus memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku dan harus dipatuhi oleh ormas bersangkutan.
FPI saat aksi damai di Mabes Polri. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Memang jika mencermati tindak tanduk personal FPI (sengaja saya memilah melihat FPI dalam konteks kelembagaan dan personal, mengingat mungkin saja sebagai sebuah lembaga sebenarnya FPI memuat dan memiliki nilai2 ideal konstruktif bagi bangsa ini. persoalannya, apakah pada tataran penerjemahannya oleh personal sudah sesuai), dapat dikatakan cukup miris dan merisaukan. kata2 yang terlontar mulai dari anggota sampai puncak tertingginya dan para simpatisannya cenderung 'kasar dan liar', dalam pemahaman pribadi sungguh kurang pantas dan layak dikemukakan oleh organisasi bermarwah keagamaan. Kenyataannya, itulah yang sangat gampang kita lihat.
ADVERTISEMENT
Sepertinya kegundahan terhadap organisasi ini mulai mencuat kepermukaan dan hampir mendekati titik klimaksnya. Indikasi ke arah itu jelas terbaca dari berkembangnya sikap sinistis masyarakat atas kredibelitas para saksi dalam persidangan Ahok. Demikian pula, gugatan2 dari beberapa pihak yang ditujukan pada pak Rizieq selaku pimpinan tertinggi FPI. Nah yang terakhir, diisyaratkan oleh sikap Kapolda Jabar dan Kapolda Metro dengan dukungan Kapolri menolak untuk memenuhi tuntutan FPI, baik tuntutan yang disampaikan secara lisan maupun pengerahan massa.
Adalah angin segar dihembuskan pak Rizieq yang disampaikan beliau di DPR, kemarin, mengajak semua pihak menyelesaikan permasalahan dengan cara kekeluargaan.
Kembali ke pertanyaan apakah FPI harus dibubarkan? meskipun saya bukan termasuk simpatisan (apalagi anggota) dan sebenarnya sudah sesak juga dada ini melihat ulah FPI (baca: personal), namun menurut saya belum saatnya organisasi ini dibubarkan. Karena, pertama, saya berkeyakinan perilaku FPI tentu tidak lepas dari polarisasi dalam dinamika politik nasional. Sehingga yang diperlukan adalah justru pembinaan dan komunikasi intensif oleh pihak terkait dan berwenang atasnya.
ADVERTISEMENT
Kedua, puncak pimpinan FPI perlu melakukan kontempelasi dan instropeksi diri serta mengarahkan kelebihan enerji-nya kepada peningkatan kualitas anggotanya, baik dari sisi karakter maupun kompentesinya. sadari bahwa dalam era globalisasi dan persaingan ketat sekarang, yang dibutuhkan adalah SDM yang memiliki daya saing (keterampilan) tinggi, bukan arogansi. Arogansi yang dipertunjukkan selama ini sudah sangat kadaluarsa dan kontraproduktif.
Andai, intensitas pembinaan dan komunikasi sudah dilakukan secara maksimal oleh yang berwenang serta evaluasi terhadap ada tidaknya perubahan perilaku, dimana berdasarkan penilai yang jelas dan terukur ternyata kemudian sikap dan tindakkan tetap tidak ada perubahan signifikan (arogansi yang berimbas menimbulkan keresahan, ketidaknyamanan dan mengganggu eksistensi NKRI) maka sudah sepantasnya untul dibubarkan. Pertanyaannya kemudian, sampai kapan hal tersebut diberikan?.
ADVERTISEMENT
Yaaa mudah2an ke depan FPI bisa kita andalkan menjadi bagian dari komponen bangsa dengan perilaku konstruktif, utamanya cerdas dalam melihat peluang bonus demografi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia, paling tidak bagi para anggotanya....
Tidak ada kata terlambat, segeralah bermetamorfosa menjadi organisasi masyarakat yang berguna, bermanfaat, dan karyanya dinanti masyarakat...
Salam