Konten dari Pengguna

Bertugas Melepas Penyanyi Idolamu Pergi

23 Desember 2017 16:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Masajeng Rahmiasri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bertugas Melepas Penyanyi Idolamu Pergi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Rasanya, semua terjadi begitu cepat.
Sore itu, aku sedang menulis artikel saat rekan satu bagianku menyenggolku.
ADVERTISEMENT
“Kak, lihat. Jonghyun,” ujarnya.
Sambil masih terus mengetik, aku berusaha mencerna ucapannya. Apa maksudnya? Jonghyun yang mana? Mengapa sepertinya ini adalah kabar yang begitu penting?
Sayangnya, saat mengecek media sosial, aku segera menemukan jawabannya. Cuitan teratas yang kubaca langsung menjelaskan keadaan pria terkenal memiliki senyum lebar itu.
SHINee’s Jonghyun found dead.”
????
Aku mengerinyitkan dahi, tidak langsung bisa mencerna. Dalam sekejap, begitu banyak tanda tanya bermunculan di kepalaku. Apa maksudnya? Bagaimana bisa?
Ini pasti ada yang salah.
Terlebih, saat itu beredar berita tandingan bahwa penyanyi bersuara merdu itu masih hidup dan sedang mendapatkan perawatan medis. Maka, aku tidak langsung bisa mengiyakan ketika disuruh segera membuat berita kematiannya. Aku tidak mau kami salah memberitakan.
ADVERTISEMENT
Aku pun segera mengecek ke berbagai sumber berita lainnya. Aku berusaha memastikan bahwa informasi ini memang valid. Semua kulakukan sambil membatin bahwa ini tidak mungkin nyata.
Akan tetapi, lagi-lagi, sayangnya berita itu benar. Bersamaan dengan masuknya atasanku ke dalam ruangan kantor, aku mendapat konfirmasi bahwa berita itu benar.
Penyanyi yang sempat jadi bagian hidupku itu dinyatakan sudah meninggal dunia.
Sejak itu, semua bergulir begitu cepat.
Dipikir-pikir, kalau menuruti sisi manusiaku, mungkin aku tidak akan bisa berbuat apapun. Otakku pasti akan butuh waktu lebih lama untuk percaya, aku pasti butuh lebih banyak waktu untuk memastikan semuanya.
Namun, tentu saja aku tidak meratap. Ini bukan waktunya. Polisi sudah melayangkan konfirmasi, maka ini adalah berita benar. Aku adalah jurnalis, dia adalah sosok yang penting bagi banyak orang.
ADVERTISEMENT
Maka tugasku adalah mengabarkan bahwa ia memang sudah tiada, bagaimanapun kondisinya.
Untungnya, dorongan dari atasan lumayan bisa membuat otakku bekerja—meskipun sempat agak ngadat. Aku tahu bahwa beritaku harus segera naik.
Dengan segala keterbatasan yang ada, aku berusaha masuk ke dalam autopilot mode. Aku mengosongkan emosiku, berusaha memperlakukan ini seperti berita-berita lainnya. Karena ini adalah tugasku, maka kepalaku harus dingin, hatiku harus tenang. Aku bertugas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku berusaha untuk terus berada dalam kondisi yang sama hingga beberapa hari berikutnya. Memberitakan mengenai kematian penyanyi yang pernah kusukai tak pernah ada dalam bayanganku, tapi aku tetap harus melakukannya. Kepalaku harus dingin, termasuk saat aku memberitakan bagaimana rekan-rekan satu grupnya mengangkat peti yang berisi jasad pelantun ‘End of a day’ itu.
ADVERTISEMENT
Aku berusaha mengosongkan emosi, termasuk ketika harus memberitakan reaksi penggemar.
“Seharusnya mereka tidak ada di sini untuk mengangkut peti jenazahnya. Seharusnya mereka ada untuk menjadi best men dalam pernikahannya. Seharusnya tidak begini,” tulis seorang pengguna Twitter.
Aku mengosongkan semuanya.
Hari ini, setelah rangkaian pemakaman berlalu, akhirnya aku bisa mulai menulis mengenai ini. Maka, biar kujelaskan kepadamu.
Aku sudah cukup lama menjadi penggemar budaya pop Korea Selatan, mungkin dari sekitar tahun 2007. Dapat dikatakan, aku mulai menyukai K-Pop saat SHINee juga baru saja (akan) debut.
Sejak saat itu, berbagai fase telah kulewati. Mulai dari sama sekali tak tertarik dengan K-Pop, tertarik, merasa K-Pop adalah satu-satunya duniaku, hingga sekarang saat K-Pop harus hanya menjadi hiburan buatku. Berbagai emosi sudah kurasakan mengenai dunia yang tampak bersinar itu—mulai dari mengagumi, membenci, hingga masih menyukai tapi jadi sangat khawatir seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Aku berangkat sebagai seorang fangirl yang hati dan matanya hanya dipenuhi oleh orang-orang yang tampak begitu bersinar, hingga kini saat aku justru sangat khawatir karena mereka sangat bersinar.
Kira-kira, gambarannya seperti ini. Ini adalah lirik lagu ‘Lost One’ oleh Epik High, seperti diterjemahkan oleh popgasa.com.
“I hope your dream is a dream you can reach
I hope it’s a dream you can show only what you have
Success is about taking away as much as you give
So I hope it’s a dream that you won’t give things that are too precious”
Selain itu, ada satu lagi.
“Even when they spread out the red carpet, don’t forget. It’s red with your sweat and blood.”
ADVERTISEMENT
Persis seperti yang dinyanyikan oleh rapper Tablo dalam lagu itu, aku khawatir. Bagaimana jika harga yang harus dibayar suatu saat akan menjadi terlalu mahal untuk mereka? Aku memang tak tahu apa-apa, tapi aku khawatir. Bagaimana jika suatu saat nanti mereka akan terlalu lelah untuk bersinar? Bagaimana jika suatu saat nanti timbul masalah saat mereka tak lagi seterang dulu?
Meskipun semua yang bersinar pasti akan redup pada waktunya, aku tetap khawatir. Aku khawatir karena dibutuhkan beribu jam kerja keras dan pengorbanan untuk membuat seorang idola K-Pop tampak bersinar. Aku khawatir, karena dibalik itu semua, ada seorang manusia yang bisa merasa kesepian dan juga sedih.
Aku khawatir, sekaligus menyayangkan karena aku takkan pernah bisa melakukan apapun mengenai itu.
ADVERTISEMENT
Jujur saja, melepas penyanyi yang sempat menjadi bagian hidupmu bukan perkara mudah. Terutama, jika ia berperan dalam masa-masa pertumbuhan yang cukup vital dalam hidupmu. Selain itu, aku mengingat Jonghyun sebagai sosok yang dipenuhi rasa cinta dan kehangatan. Namun, sekarang aku hanya bisa menyayangkan kenapa rasa cinta itu tak ditujukan kepada dirinya. Aku menyayangkan, mengapa orang yang paling hangat selalu merupakan orang yang paling menderita.
Aku sempat menjadi penggemar SHINee, mungkin sekitar tahun 2009-2010. Kebetulan, saat itu, bias atau anggota yang paling kusukai adalah Kim Jonghyun.
Aku ingat, pria kelahiran 1990 ini pernah menyanyikan ‘A Goose’s Dream’ bersama Kyuhyun ‘Super Junior’ dalam konser ‘SMTown Live in Bangkok’ tahun 2009.
Lagu yang aslinya dinyanyikan oleh solois Insooni ini menceritakan tentang bagaimana seseorang akan bertahan mengejar impiannya sekalipun seluruh dunia meremehkannya. Kala itu, lagu ini menemaniku yang sedang berjuang masuk universitas. Masa-masa itu terasa cukup berat, terutama karena aku masih harus terus berusaha sementara hampir semua teman dekatku sudah bisa berleha-leha. Dapat dikatakan, nyanyian ini menemaniku yang sedang berupaya menjemput masa depan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, setelah akhirnya resmi menjadi mahasiswa, aku sering mendengarkan lagu ‘A-Yo’ oleh SHINee. Lagu ini menemaniku beradaptasi dengan kehidupan yang terasa begitu asing. Lagi-lagi, aku mendengarkan suara Jonghyun untuk mencari tambahan semangat. Bahkan, saking seringnya aku mendengarkan ‘A-Yo’ ketika itu, sekarang aku pasti akan teringat masa-masa awal kehidupan kampusku kalau mendengarkannya lagi.
Itu adalah gambaran sederhana mengenai posisi Jonghyun sekaligus posisi K-Pop dalam kehidupanku. Hingga kini, saat aku sudah lebih dewasa dan sudah berganti penyanyi favorit, para penyanyi K-Pop selalu menjadi tambahan semangatku.
Arah kehidupan yang kutuju mungkin sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan penyanyi idola kesukaanku. Namun, bila mengalami tantangan dalam hidup, aku masih akan terus mengingat bahwa nun jauh di sana, ada orang-orang yang juga tidak menyerah dengan kehidupannya meskipun rutinitas mereka bisa jadi puluhan kali lipat lebih sulit.
ADVERTISEMENT
Kurasa, ini juga yang membuatku (dan mungkin jutaan penggemar K-Pop di luar sana) berpikir, “Mengapa kami tak bisa membantu meringankan bebannya, padahal ia sudah membantu meringankan beban kami?”
Kurang lebih, mungkin seperti itu rasanya.
Konsep ini bisa jadi begitu asing untuk mereka yang tak tertarik dengan K-Pop. Jangankan memahami mengapa kami ‘emosional’ terhadap orang yang bahkan tak pernah mengenal kami. Bisa jadi, memahami letak seni dari penampilan panggung mereka saja sudah sulit bagi orang yang tak peduli.
Akan tetapi, sebagaimana adanya orang-orang yang tak menganggap ini penting, ada juga orang yang menganggap ini penting.
Maka kepada orang-orang yang menganggap ini pentinglah perhatianku tertuju.
Kepada semua yang masih berkabung, aku tidak akan bicara banyak. Semua orang punya cara dan fasenya sendiri dalam berkabung. Setiap orang punya kecepatannya sendiri untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidup. Setiap orang punya caranya sendiri dalam memandang dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, apapun itu, yang terpenting kamu harus tetap hidup.
Kemudian, kepada Kim Jonghyun. Mungkin aku belum akan bisa mendengarkan lagu-lagumu lagi, namun terima kasih untuk selama ini. Terima kasih dan juga maaf.
Selamat jalan.