Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Selamat Bertugas, Yoon Doojoon
24 Agustus 2018 0:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Masajeng Rahmiasri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
("Doojoon, in this ordinary life, you have always been special to us")
ADVERTISEMENT
Tujuh tahun sudah berlalu sejak saya pertama mengenal boyband K-Pop BEAST atau yang sekarang dikenal dengan nama Highlight. Sejujurnya, saya enggak pernah membayangkan akan benar-benar menuliskan apapun soal masa wajib militer mereka.
Should there be anything, saya kira saya udah bakal pensiun dari per-K-Pop-an sekarang. Tapi, nyatanya enggak. Saya malah masih melek mentereng, mikirin besok nulis apa aja, termasuk soal dia yang bakal wamil.
(Doojoon yang cepak di foto ini, ya).
Jumat 24 Agustus 2018, anggota sekaligus leader boyband K-Pop Highlight, Yoon Doojoon, bakal menjalani wajib militer. Hingga April 2020, cowok yang dikenal sebagai maniak bola ini akan menjalani hari-harinya sebagai tentara aktif dan bukannya penyanyi idola.
Saya enggak tahu dia bakal ditugasin di mana, saya rasa dia juga belum tahu bakal ditempatin di mana. Yang jelas, selama dua tahun itu, dia akan vakum dari dunia hiburan.
ADVERTISEMENT
Artinya, baik orang terdekat maupun fans-nya, enggak akan melihat dia beraksi di atas panggung, senggaknya sampai dua tahun ke depan.
Kalau ada yang bikin fans boyband K-Pop khawatir dengan masa wajib militer idolanya, ya karena itu.
Sepanjang karier idola yang bersangkutan—dalam kasus ini, sejak 2009 untuk Doojoon—fans sangat terbiasa melihat idola mereka mondar-mandir di dunia hiburan. Kadang, kalau dia sedang aktif banget, sampai bosan rasanya lihat nama dia muncul di berita atau di feed Instagram (jk, jk).
Kemudian, setelah biasa melihat dia sesibuk itu, kami harus siap tidak melihat dia selama dua tahun ke depan. Kalaupun ada berita soal dia, tentunya tidak sesering pas aktif.
Iya, ini lebay. Iya, enggak rasional. Tapi saat kamu peduli dengan sesuatu, kamu enggak selalu rasional.
ADVERTISEMENT
Sembari menulis ini, saya juga mikir kenapa pula saya secara sukarela nulis tentang sesuatu yang sifatnya personal dan mungkin enggak ada faedahnya. Tapi, anggap saja sudah kadung. Toh, sebenarnya sejak G-Dragon mulai wamil kemarin, saya sudah pengin nulis soal idola yang pergi wamil.
Seenggaknya, sekali saja, saya pengin mencoba menuliskan apa rasanya ditinggal wamil penyanyi idola, dari sudut pandang orang pertama.
Selama ini, entah sudah berapa berita wajib militer yang saya buat. Mulai dari berita soal wamilnya idola generasi kedua Hallyu Wave, sampai generasi ketiga yang tiba-tiba sudah harus wamil saja.
Bahkan, editor tercinta sempat beberapa kali nyuruh saya nulis amandemen peraturan wajib militer--yang cukup rumit buat saya--dan juga kebetulan melibatkan Doojoon. (kalau mau baca lebih lengkap, di sini aja he he).
ADVERTISEMENT
Ketika menuliskan berita-berita itu, sejujurnya, I didn’t bat an eye. Or I tried not to. Saat fans K-Pop mengharu biru, saya berusaha untuk tidak mikir-mikir amat soal itu. Karena saya tahu, nantinya saya akan gantian bersedih saat penyanyi favorit saya wamil.
Akhirnya, saatnya tiba juga.
Dipikir-pikir, Doojoon sebenarnya bukan bias atau penyanyi favorit saya. Selain itu, perkara wajib militer seorang idola K-Pop juga enggak berhubungan secara langsung dengan hidup saya. Ada hubungannya, mungkin. Tapi efeknya tentu tidak mutlak—tidak membuat saya sampai enggak bisa ngapa-ngapain juga.
Cuma, kurang lebih, rasanya mungkin seperti ini. Bersama kepergian mereka, kamu tahu bahwa salah satu fase terpenting dalam hidupmu juga pergi dan berakhir.
Sebelum kamu bingung (kalau kamu daritadi masih baca, sih), sini saya jelaskan sedikit. Saya pertama kali mengenal BEAST, boyband-nya Yoon Doojoon, di tahun 2011. Saat itu, saya masih mahasiswa. Mereka juga masih bernaung di bawah agensi Cube Entertainment.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, mereka adalah salah satu sumber semangat terbesar saya.
Ada masanya ketika saya sungguh termotivasi melihat kerja keras Doojoon dan kawan-kawannya, sampai saya berpikir, saya pun harus sukses. Secara demografi, usia saya dengan mereka juga tidak berbeda jauh. Maka, kalau mereka bisa kerja keras dan sukses, kenapa saya tidak? (Iya, memang agak kompetitif saja anaknya).
Sembari mendengarkan lagu-lagu mereka dan menonton berbagai variety show BEAST, saya tumbuh dan berkembang. Ada masa ketika saya mendengarkan ‘Beautiful Night’ sambil begadang menyelesaikan tugas kuliah, mendengarkan ‘I’m Sorry’ dan 'Will You Be Alright' berulang kali saat baru belajar liputan, sampai mendengarkan ‘Butterfly’ ketika mereka dan saya sama-sama ‘pindah agensi’. (Kalau mau baca lebih banyak soal Doojoon , cus)
ADVERTISEMENT
Tak perlu diragukan, saya punya banyak kenangan soal cowok kelahiran 1989 ini dan anggota segrupnya. Makanya, walau dia bukan anggota Highlight yang paling saya sukai sekalipun, menulis soal dia otomatis membuat saya terkenang berbagai fase hidup yang saya lewati.
Di sisi lain, sekarang saya juga tersadar bahwa akan ada masa yang saya lewati tanpa mereka.
Saya berpikir, memanggil mereka sebagai ‘idola’ sebenarnya sudah kurang tepat. Kalau standar mengidolakan seseorang adalah menjadikan dia dan hidupnya sebagai panutan, maka sejujurnya sudah tidak. Sudah tidak cocok bagi saya untuk memanggil mereka demikian. Saya sudah tidak berpikir untuk menyamai hidup siapa pun.
Maka, mungkin rasanya bukan seperti merelakan idolamu pergi. Rasanya seperti melepas ‘teman akrab’ yang akan pergi jauh untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Namun, di saat yang sama, kamu sekaligus melepas sebagian masa mudamu, karena setelah ini hidup tidak akan sama lagi. Semua perasaan itu tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Setelah ini, kamu dan dia akan terus melangkah menuju tempat yang lebih baik lagi.
Tapi, sebelum dia benar-benar pergi, saya cuma ingin bilang ini.
Selamat bertugas, Yoon Doojoon. Terima kasih karena telah menjadikan masa (dewasa) muda saya lebih berwarna.
See you there, see you later.