Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Siang Bersama Ojek Sepeda Ontel Kota Tua
4 November 2017 10:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Masajeng Rahmiasri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Ojek sepeda ontel area Kota Tua, Nuridin (55 tahun) memangkal di samping Museum Bank Indonesia, Jakarta Barat, pada hari Jumat (3/11).)
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa ada ojek sepeda ontel yang siap mengantarmu berwisata mengelilingi area Kota Tua?
Bila sedang terburu-buru atau justru ingin menikmati setiap sudut Kota Tua dengan berjalan kaki, sepeda ontel mungkin memang bukan pilihan yang ideal. Namun, saat memilih menaikinya, kamu berkesempatan merasakan menaiki kendaraan yang sepenuhnya dikayuh dengan tenaga manusia, sesuatu yang jarang ditemukan di kehidupan kota modern. Ojek jenis ini meruapakan alternatif transportasi selain Transjakarta, ojek online, ataupun kendaraan modern lainnya. Tentu saja, selama menggunakan jasa sepeda ontel, kamu bisa mendapat bonus cerita dari tukang ojek yang mengantarkanmu, bila kamu pandai mengajaknya bicara.
Pada hari Jumat (3/11), kumparan mencoba untuk menggunakan jasa sepeda ontel yang disediakan oleh Nuridin (54 tahun), seorang lelaki jangkung yang mengaku telah menjalani mata pencaharian tersebut sejak tahun 1988. kumparan bertemu dengan Nuridin di dekat pintu masuk Museum Bank Indonesia, tak jauh dari sekitar empat ojek sepeda lainnya. Siang itu, Nuridin sedang duduk di samping sepeda tuanya yang berwarna hitam, memiliki setang tinggi, juga ban berdiameter besar.
ADVERTISEMENT
Hari itu, kumparan menyerahkan tujuan pengantaran kepada Nuridin. Ia kemudian mengantar kumparan ke lima wisata sekitar Kota Tua dengan sepedanya yang sudah terlihat tua meski menurutnya baru dibeli pada tahun 2001 tersebut. Tempat-tempat itu adalah Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Museum Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, serta area Museum Fatahillah. Nuridin mengatakan bahwa kelima destinasi tersebut adalah lokasi yang paling sering diminati oleh turis. “(Daerah-daerah itu) macam ada kaetnya,” ujarnya.
Nuridin tidak membatasi waktu pengantaran, ia malah kerap mendorong kumparan untuk lebih mengeksplorasi area sesuai kebutuhan. "Jangan buru-buru," ujarnya. Selama perjalanan, Nuridin akan sesekali memberikan penjelasan mengenai tempat-tempat yang kami kunjungi, meski kadang dengan pengetahuan yang terbatas.
Nuridin biasa bekerja dari pukul 08.00-23.00 WIB, dengan penghasilan rata-rata Rp 100.000 pada hari Senin-Jumat dan penghasilan tak tentu pada akhir pekan. Biaya yang Nuridin tetapkan untuk mengantar pengunjung berkeliling area Kota Tua sangat beragam, dengan harga termahal pada kisaran Rp 100.000. Sementara itu, ia hanya akan memasang harga sebesar Rp 5.000 bagi pelanggan yang hanya ingin diantar ke tempat-tempat berjarak dekat. Nuridin mengatakan bahwa penghasilannya ia gunakan untuk menghidupi dirinya, juga istri dan anaknya yang tinggal di Tegal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Nuridin juga menceritakan bahwa ia merasa jumlah penumpangnya belum bertambah sejak dahulu. “Jaman sekarang keluhannya itu herannya itu, orang makin banyak tapi penumpangnya dari dulu orang-orang itu juga, dari dulu malah makin tambah hilang,” sebutnya.
Selain wisatawan yang berpergian sendirian maupun berkelompok, Nuridin juga biasa mengantarkan para pekerja di daerah Kota Tua, meski harus dengan ojek online atau Transjakarta.
Berganti profesi bukanlah hal yang tak pernah dipikirkan oleh Nuridin. “Kalau sekarang-sekarang, usianya makin (banyak, tapi) tenaganya udah kurang, kepengen ganti,” sebutnya. Akan tetapi, ia mengaku belum ada upayanya yang berhasil.
Namun, Nuridin mengaku tak ada niat mengganti sepedanya dengan transportasi yang lebih modern, misalnya motor. "Dulu waktu saya mulai ada kreditan motor aja saya belum tertarik, kayanya beban. Kayanya bisa enggak setor nih kalau cicilan per bulan motor sekian-sekian,” sebutnya. Ia menambahkan, “Capek enggak papa. Daripada pusing kayanya mendingan capek. Kalau istirahat ntar ilang gitu. Orangnya dari dulu begitu, punya prinsipnya begitu.”
ADVERTISEMENT