Konten dari Pengguna

Taubatnya Seorang Pembegal

M Azani Purnama
Alumni UIN Sumatera Utara Medan Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits.
3 September 2023 12:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Azani Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang yang sedang bertaubat. Foto: www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang yang sedang bertaubat. Foto: www.pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua cangkir teh tarik dan sepiring kentang goreng, terhidang di atas meja kafe, menemani saya dan teman saya mengobrol sambil menyeduhnya, sesekali mencocol sambal kentang goreng, kami tertawa cekikikan, bernostalgia karena sudah sepuluh tahun tidak berjumpa.
ADVERTISEMENT
Penampilan teman saya terlihat berbeda, rambutnya rapi, pakaiannya jauh lebih enak dipandang tidak seperti sepuluh tahun lalu. Entah ke mana rambut gondrong yang menyapu bahunya itu. Dan entah di mana baju yang biasa ia kenakan yang membikin saya ingin membelikan baju untuknya pada waktu itu.
Saya menanyakan penampilan barunya, tiba – tiba kepalanya condong ke depan sambil berbisik; “Aku udah taubat, Sob..”mendengar kalimat itu bergetar hati saya tertegun beberapa detik sambil menepuk pundaknya ; “Alhamdulillah, semangat Bro, tetap istiqomah”.
Awal perkenalan saya dengan teman saya karena sebuah insiden, pada malam itu saya berkunjung ke kos teman kampus saya hendak mengerjakan tugas dari dosen, tiba – tiba suara tetangga berteriak “Maliiing, maliiing, maliiiiing”
ADVERTISEMENT
Kami terkejut langsung keluar, setelah kami periksa situasi, ternyata sepeda motor saya yang hilang. Bagaikan jatuh dari tangga ketimpa cet pula, saya panik.
Teman kampus saya merasa tidak enak karena hilang di kosnya, dia berusaha mencari jalan keluar, lalu teman kampus saya terbesit seseorang yang bisa menyelesaikan masalah ini. Kami menghampirinya dan bertemu, kami ceritakan kronologi bagaimana sepeda motor itu bisa hilang.
Benar saja seseorang itu tahu siapa yang mencuri, karena dia berkecimpung di dunia itu, jadi paham siapa – siapa saja pemainnya. Singkat cerita akhirnya ketemulah sepeda motor, dan saya berteman dengan seseorang itu.
Seseorang itu adalah teman saya, supaya lebih akrab saya memanggilnya Bro. Setelah kejadian itu saya sering berjumpa dengannya, Bro sempat bercerita ingin belajar mengaji karena sewaktu kecil dia tidak sempat mempelajarinya, kebetulan saya salah satu mahasiswa fakultas agama. Si Bro terlihat tekun seminggu dua kali datang ke kos saya untuk belajar bahkan lebih.
ADVERTISEMENT
Pernah suatu malam saya menyusuri jalan seorang diri menggunakan sepeda motor untuk mencari angin segar, tiba – tiba pengendara di samping saya berteriak sangat kencang “Jambretttt, jambretttt, jambretttt hp saya dibawa jambrettt”.
Sekilas saya melihat pelaku penjambretan itu, sepertinya saya mengenali sepeda motor, rambut dan cara berpakaiannya mirip sekali dengan si Bro.
Keesokan harinya dia datang ke kos saya untuk mengaji. Kesempatan itu saya gunakan untuk bertanya tentang kejadian semalam, si Bro sempat menghindar tetapi karena saya yakin, akhirnya dia menyerah dan mengaku. Bahwa memang dirinya yang menjambret hp gadis pengendara motor itu.
Saya menanyakan alasan dia melakukan itu, jawaban yang sangat tidak saya sangka dan menohok, katanya si Bro melakukan itu hanya untuk sekadar hobi, agar supaya kemampuan bersepeda motornya semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Hobi itu menjadi candu bagi dirinya, sudah dua tahun sebelum mengenal saya dia melakukan itu. Dia semakin tertantang karena selalu berhasil melakukannya. Saya selalu menasihatinya bahwa yang dia lakukan tidaklah baik karena sangat merugikan orang lain.
Si Bro hanya mengiyakan saja tanpa mempedulikan nasihat saya. Setahun sudah saya mengajar ngaji, semenjak itu dia tidak pernah datang lagi, menurut informasi dari teman – teman yang lain, si Bro masih melakukan hobinya tersebut dan semakin menjadi – jadi.

Penyesalan Datang Belakangan

Ilustrasi seorang sedang mengalami kesedihan lalu menyesal. Foto: www.dictio.id
Sambil menyeduh teh tarik yang tinggal setengah, terlihat embun di kacamatanya, si Bro mengusap dengan baju, terlihat matanya berkaca –kaca, sambil berkata ; “kalau saja dulu aku dengar nasihatmu Sob, pasti tidak kejadian seperti ini, aku benar – benar menyesali perbuatanku”
ADVERTISEMENT
Setelah setahun aku belajar mengaji kepadamu, teman – teman satu geng mengajakku untuk melakukan aksi di luar kota, kata mereka di sana lebih besar hasilnya dan lebih menantang, aku mengikuti tawaran mereka tanpa pikir panjang. Tapi di tengah melakukan aksi tersebut, aku mendapat kabar bahwa adik perempuanku menjadi korban pembegalan. Tulang rusuknya patah dan tempurung tengkoraknya retak.
Sehingga dia tidak sadarkan diri terbaring koma di rumah sakit. Aku selalu mendampinginya, hingga beberapa minggu dia dinyatakan meninggal dunia. aku memeluk jenazahnya dan bersimpuh di kakinya sambil menangis ;“ Dek kenapa kamu cepat sekali meninggalkan abang sama Mamak, nanti siapa yang jaga Mamak Dek, Bapak sudah gak ada”
Dari ujung rambut sampai kaki bergetar, dadaku sesak ingin berteriak sekencang – kencangnya, tapi tak kuasa sudah aku tumpahkan semua dalam tangisan. Sampai di pemakaman aku bersandar di kuburan bersedih menyesali segala perbuatan yang selama ini aku buat.
ADVERTISEMENT
Sambil berbisik di batu nisan ;“Dek padahal abang sudah nyiapin biaya untuk masuk kuliah favoritmu, abang pingin kamu sukses dan berhasil supaya gak seperti abang yang berantakan ini”
Setelah kepergian adik, Ibuku selalu merenung dan sulit sekali untuk makan. Setiap sisi ruangan rumah ibu mengisinya dengan air mata, bahkan pernah pingsan saat masuk kamar adik, saat menyusun barang – barangnya.
Pernah saat aku menyuapkan nasi kepada Ibu, berkata; “Padahal adikmu sebelum kena begal, dia pergi mencari kerja, katanya supaya bantu Mamak, supaya tidak menyusahkan kamu Nak” mendengar itu hatiku seperti terpukul – pukul; “kenapa tidak aku saja yang mati, kenapa harus adikku yang tidak salah apa-apa mengalaminya.”
Saat aku terjaga tengah malam mau ke kamar mandi, aku melewati kamar ibuku yang sedikit terbuka, beliau lagi sholat malam, terdengar lirih do’anya menyebut namaku: “Ya Allah hamba sudah tua renta, kesehatan juga sudah menurun, berikanlah anakku pekerjaan yang baik, baguskan ibadah dan sikapnya, dan berbakti kepada orang tua agar mendapat Ridho Mu Ya Allah”.
ADVERTISEMENT
Mulai dari situ aku bertekad untuk menjadi lebih baik lagi sampai sekarang ini. Alhamdulillah aku membuka usaha kecil – kecilan. Sampai sekarang usahanya berkembang.
Setelah habis teh tarik satu gelas sambil menarik napas panjang saya memeluk si Bro, membisikkan supaya tetap semangat dalam menjalankan kebaikan agar tidak terulang lagi kisah – kisah yang kelam, mendengar cerita dari si Bro, saya teringat satu nasihat.
“Semua orang menangis ketika melihat burung kecil yang indah, tergeletak mati di sebuah taman. Tapi mereka juga memetik dan membunuh bunga yang sedang mekar dengan cantik, untuk menaruhnya di atas kuburan kecil tadi. Lalu ada yang berkata : Indah sekali bunga-bunga ini. Burung kecil itu pasti senang”
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana nasib bunganya??? Jangan mengorbankan orang lain atas setiap apa yang kita lakukan, karena itu sangat merugikan, apabila kita melakukannya maka harus siap menerima akibatnya suatu saat nanti.