Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sensus Pertanian dan Kesejahteraan Petani
8 Juni 2023 9:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Izzuddin Ar Rifqiy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di jantung negara kepulauan dengan semangat agraria, pertanian mengalir dalam nadinya. Berlimpah tanah subur dengan beragam potensi alam yang tiada habisnya. Berderet gunung berapi dengan material vulkanik yang sangat bergizi untuk tanaman. Danau, sungai dan garis pantai terpanjang di dunia. Dari jajaran pohon sawit di Sumatera, sawah hijau di Jawa, hasil hutan Kalimantan, peternakan di Bali Nusa, kebun buah di Sulawesi hingga rempah dan ikan di timur Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun potensinya belum dimanfaatkan secara maksimal. Buktinya peringkat terbaru Food Sustainability Index (FSI) 2021 menempatkan Indonesia dalam peringkat 51 dari 78 negara. Performanya hanya dengan performa medium di kuartil ketiga terbawah. Bahkan dalam kategori Sustainable Agriculture, Indonesia mendapat peringkat 71 atau 8 terbawah dengan performa low (rendah).
Mengapa Demikian?
Terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi, antara lain (a) ketergantungan terhadap cuaca dan perubahan iklim; (b) ketimpangan akses ke sumber daya; (c) ketergantungan pada monokultur; (d) kesenjangan pemasaran dan distribusi; (e) kurangnya akses ke pembiayaan dan inovasi teknologi; (f) perubahan demografi dan urbanisasi; dan (g) rendahnya kesejahteraan petani.
Satu faktor yang paling menjadi pusat perhatian adalah rendahnya kesejahteraan petani . Hampir 50 persen rumah tangga miskin bekerja di sektor pertanian. Petani skala kecil yang dicirikan dengan kepemilikan lahan kurang dari dua hektare hanya mampu meraup maksimal Rp 18,8 juta dalam setahun. Belum lagi kondisi petani guram yang hanya mengelola lahan kurang dari setengah hektare. Pendapatannya jauh lebih kecil, dengan pendapatan bersih Rp 5,2 juta setahun.
ADVERTISEMENT
Pun dengan Nilai Tukar Petani (NTP) pada April 2023 hanya berkisar pada angka 110. Angka tersebut hanya berkisar di situ-situ saja alias stagnan. Angkanya tidak jauh dari 100, artinya bisa digambarkan besarnya pendapatan petani belum terlalu berbeda jauh dengan pengeluarannya.
Padahal pertanian menyerap 29,63 persen tenaga kerja. Lebih dari 40 juta warga Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Jumlahnya Pertanian juga menjadi sandaran hidup masyarakat yang berpendidikan rendah dan lanjut usia. Jumlah petani didominasi penduduk berusia lanjut, 45-54 tahun pada Sensus Pertanian 2013. Dengan rata-rata umur yang diperkirakan selalu meningkat. Karena kaum mudanya tidak tertarik bertani.
Tenaga kerja yang tidak terserap pada sektor lainnya karena barrier pendidikan akhirnya melabuhkan pilihannya ke pertanian yang relatif mudah dimasuki. Produktivitasnya rendah karena dua keterbatasan tersebut. Akhirnya jadi lingkaran setan kemiskinan yang membuat petani susah mentas dari kemelaratan.
ADVERTISEMENT
Sensus Pertanian 2023
Pemerintahan Jokowi tidak berpangku tangan melihat kondisi tersebut. Mengingat target sebelum tutup jabatan pada 2024 adalah kemiskinan ekstrem nol persen. Sedangkan masyarakat miskin desa dengan profil pekerjaannya sebagai petani jumlahnya masih cukup tinggi. Pemberdayaan dan pengentasan petani miskin akan sangat membantu mencapai target tersebut.
Salah satu bentuk upaya pemerintah adalah perubahan yang cukup drastis dalam pendataan petani. Pada bulan Juni-Juli 2023 ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Sensus Pertanian (ST2023). Tapi kali ini datanya bukan hanya dikumpulkan secara agregat seperti sensus-sensus sebelumnya. Tetapi sensus ini juga akan menyediakan data pelaku usaha pertanian secara by name by address.
Sensus dapat membantu menyelesaikan langkah pertama dalam penyelesaian permasalahan yakni identifikasi petani rentan. Didapatkan data terkini dengan karakteristik demografi petani seperti umur, jenis kelamin, dan status perkawinan. Begitu pula dengan kondisi ekonomi serta kepemilikan lahan.
ADVERTISEMENT
ST2023 juga menghasilkan data manajemen usaha pertanian. Tentang bagaimana petani mengelola usaha pertaniannya. Apakah pernah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan serta keanggotaannya dalam kelompok pertanian. Ini terkait langsung dengan pengetahuan para petani tentang bagaimana cara mengelolanya lahan pertaniannya selama ini. Pengetahuan dan pemahaman petani tentu saja berkontribusi terhadap produktivitasnya.
Setelah teridentifikasi petani-petani mana saja yang tergolong rentan, bisa dilakukan analisis kebutuhan petani dan mana poin yang menjadi kebutuhan prioritas. Pemerintah dapat melakukan intervensi disesuaikan dengan karakteristik demografinya. Yang pada muara akhirnya bisa memberikan bantuan secara akurat karena memiliki data sampai level individu.
Berdasarkan data sensus, pemerintah dapat merancang program pembiayaan yang lebih terjangkau dan mudah diakses oleh petani rentan misalnya kredit mikro dan bantuan pembentukan koperasi tani. Selanjutnya stakeholder pada penyuluhan dan pelatihan juga dapat merancang program yang lebih tepat sasaran bagi petani dengan berbagai level pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Strategi berikutnya adalah bagaimana mengajak petani menggunakan teknologi terbaru dan praktik menuju pertanian berkelanjutan. Hal ini juga perhatian mendesak karena berdasarkan data manajemen penggunaan pupuk tahun 2021, sebanyak 19,05 lahan pertanian di Indonesia disebut tidak berkelanjutan.
Yang tidak boleh dilupakan tentu saja penguatan rantai pasok pertanian dan akses jalan. Hasil sensus pertanian dapat membantu menerapkan berbagai intervensi tersebut secara optimal.
Pada poin-poin terkait infrastruktur seperti jalan yang hubungannya dengan akses menuju pasar dan akses ke sumber daya. Maupun infrastruktur keuangan seperti pembiayaan yang mudah diakses. Kiranya tidak hanya membantu para petani. Melainkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
Dengan perbaikan yang direncanakan dan diterapkan berdasarkan hasil sensus pertanian nantinya, semoga membuat pertanian jadi sektor yang menarik minat generasi muda. Sehingga menumbuhkan kebaruan dan inovasi di dalamnya. Yang pada akhirnya juga meningkatkan kemakmuran bagi seluruh petani di Indonesia. Sesuai dengan tagline Sensus Pertanian 2023, Mencatat Pertanian Indonesia untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani.
ADVERTISEMENT