Profesi Sopir Angkot

Konten dari Pengguna
22 Februari 2018 23:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari maskuntop tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pekerjaan paling menyiksa dan menyediakan uji kesabaran paling maksimal adalah Sopir Angkot. Kompetisi untuk merebutkan penumpang yang konsisten harus dijalani. Selain itu juga kompetisi untuk memperebutkan setiap inchi celah di jalan dari pagi sampai malam hari.
ADVERTISEMENT
Sebut saja pak Taslam yang sudah berusia 62 tahun dan sudah menjalani profesi ini selama lebih dari 30 tahun. Pengalaman menjadi sopir bis, taksi dan angkot telah dijalani dengan penuh duka dan adalah suka.
Ditilang polisi sudah tak terbilang, mobil mogok, berantem rebutan penumpang atau srempetan, dipalak, sampai ditonjok penumpang pernah dinikmati. Tak ketinggalan pengalaman suka yang jarang dirasakan seperti hasil narik yang lumayan.
Panas cuaca ibu kota sudah bukan menjadi keluhan lagi untuk sopir angkot di Jakarta. Berbeda dengan sopir-sopir lainnya seperti taksi, busway, apalagi sopir pribadi yang menggunakan ac, bagi sopir angkot mereka harus bisa memeluk panas dengan mesra dibantu handuk yang menggelayut di leher dengan manja.
Tapi yang paling menyiksa adalah bagaimana memperebutkan posisi di jalan. Setiap ada celah setipis apapun harus bisa masuk. Harus bisa di depan biar dapat penumpang. Fokus kanan kiri depan membuat mata dan otak harus konsentrasi setiap jalan. Belum ditambah melakukan scanning di jalan untuk mencari calon penumpang. Sungguh melelahkan karena itu semua di tuntut sepanjang hari selama jalan.
ADVERTISEMENT
Berapakah penghasilan mereka. Bagi pak Taslam 300.000 adalah sebuah kemewahan yang tidak setiap hari dirasakan. Rata-rata bisa membawa pulang 150.000 di malam hari. Itu semua dijalani lebih dari 8 jam kerja di jalan dengan seragam.