Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Massa Semu Kampanye GBK Dua Capres
16 April 2019 14:15 WIB
Tulisan dari Mas Ton tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua kandidat presiden dan wakil presiden yang akan berkontestasi di Pilpres 2019 sudah menyelesaikan kampanye akbar di Gelora Bung Karno (GBK). Dua-duanya sukses memenuhi stadion kebanggaan nasional itu dengan ratusan ribu massa. Keduanya juga berhasil memutihkan stadion terbesar ketujuh di dunia itu.
ADVERTISEMENT
Dari sisi kuantintas atau ukuran pengerahan massa, boleh dibilang keduanya sama kuat. Sama-sama bisa menciptakan kerumunan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Masing-masing mampu unjuk kekuatan (show of force).
Dari sisi kuantitas, skor keduanya sama kuat. Namun apakah mereka yang hadir itu massa riil, dalam artian benar-benar pendukung kandidat. Atau massa semu, yang hadir karena situasi dan kondisi tertentu mendorong mereka hadir di GBK. Atau gabungan antara keduanya: massa ril dan massa semu bergabung meramaikan GBK.
Mari kita lihat dari beberapa sisi untuk mendapat gambaran bagaimana massa kedua capres yang hadir di GBK pada 7 dan 13 April 2019.
Pertama, dari sisi waktu pengumpulan massa. Paslon 01 lebih diuntungkan dari sisi ini. Waktu yang dimiliki untuk mengerahkan massa jauh lebih leluasa. Karena kampanye dimulai pukul 14.00 WIB, sehingga ada waktu yang relatif panjang untuk memobilisasi massa. Dan pergerakan massa dilakukan pada waktu yang wajar, yakni pagi hingga siang hari.
Bandingkan dengan Paslon 02. Pasangan Prabowo-Sandi harus mengerahkan massa di waktu-waktu yang tidak lazim. Pasalnya, pihak GBK hanya memberi izin penggunaan tempat pukul 06.00-10.00 WIB. Tentu tidak mudah mendatangkan massa di awal hari.
ADVERTISEMENT
Belum pernah ada kampanye politik dimulai pukul 06.00 pagi. Sangat berisiko. Namun kendala waktu bagi massa 02 tidak jadi penghalang. Mereka bisa mengatasinya, dan memanfaatkan situasi itu untuk semakin mengokohkan dukungan.
Kedua, militansi. Massa 02 yang hadir terlihat lebih militan. Ini bisa dilihat dari pergerakan massa. Mereka mengalir ke arena kampanye mulai sore hari. Mereka terpaksa menginap di GBK dan areal di sekitarnya. Belum pernah ada ratusan ribu massa menginap di tempat kampanye hanya untuk mendengarkan orasi kandidat.
Sementara kehadiran massa 01 ke GBK lancar-lancar saja. Tidak ada halangan yang berarti.
Ketiga, motif atau unsur yang menggerakkan massa hadir dalam kampanye. Jika mengamati media, baik tradisional (televisi) dan sosial, massa 01 kelihatan lebih beragam motifnya. Tidak melulu ingin memberikan dukungan politik kepada Paslon 01. Ada yang karena ingin melihat artis-artis, ada yang penugasan dari tempat kerja, dan beragam motif lainnya.
ADVERTISEMENT
Karenanya banyak foto dan video beredar di media sosial peserta justru memperlihatkan dukungan kepada kandidat lain.
Sedangkan massa 02 hadir dengan satu motif, yakni ingin perubahan. Karena itu meskipun nirhiburan, tidak ada artis, tidak mengurangi semangat untuk hadir di kesempatan itu. Mereka seolah tidak ingin ketinggalan untuk menjadi bagian dari peristiwa bersejarah itu.
Keempat, tajuk acara. Paslon 02 menamakan acara GBK itu Kampanye Akbar. Sehinga massa yang datang memang ingin menghadiri kampanye, yang lain-lain dianggap sebagai tambahan. Tidak ada gimmick atau iming-iming yang ditawarkan agar massa tertarik hadir. Tujuan hadir satu, menunjukkan dukungan ke pasangan Prabowo-Sandi.
Sementara judul acara GBK 01 adalah Konser Putih Bersatu. Dari judulnya jelas, acara utama adalah konser, pertunjukkan musik. Kampanye hanya tambahan. Tidak heran jika acara tersebut penuh dengan artis. Tidak kurang dari 500 artis papan atas hadir dan tampil di acara itu.
ADVERTISEMENT
Kubu 01 menjadikan konser sebagai daya penarik. Tampak ada keinginan mengulang sukses Konser Dua Jari, yang dianggap sukses tahun 2014 lalu. Sementara 02 menjadikan tetap pada konsep kampanye akbar.
Kelima, kemandirian. Massa 02 hadir ke GBK secara mandiri, baik mandiri secara perorangan maupun kelompok. Hadir ke GBK dari berbagai penjuru dengan biaya sendiri. Mereka yang dari luar kota menggunakan kendaraan hasil sumbangan relawan, atau bantingan (patungan) sesama mereka.
Mereka juga ada yang beramal mendirikan ratusan tenda logistik yang menyediakan makanan dan minuman untuk peserta kampanye secara gratis. Mereka rela mengorbankan pikiran, tenaga, dan hartanya demi suksesnya acara tersebut.
Bahkan di tengah-tengah kampanye, panitia mengedarkan kantong plastik sumbangan yang secara bersemangat diisi oleh para peserta, dan kemudian hasilnya diserahkan langsung kepada Prabowo.
ADVERTISEMENT
Pemandangan seperti ini tidak terlihat di kubu 01. Yang terekam justru peserta yang berebut makanan. Atau viralnya surat edaran dari salah satu partai pendukung 01 untuk membagi-bagikan transpor kepada peserta yang dibawanya. Juga viral surat instruksi bagi buruh pabrik dan aparat desa untuk ikut ke GBK.
Setelah melihat kelima sisi itu, jika acara serupa diselenggarakan dengan kondisi dan posisi yang sama. Artinya tanpa artis, tanpa pengerahan buruh pabrik dan aparat desa, juga tanpa iming-iming uang transport, niscaya kubu 02 masih bisa mengulanginya. Sementara kubu 01 belum tentu bisa.
Pasalnya jika dari kelima sisi tadi terlihat massa 02 yang hadir di GBK adalah massa ril. Sementara di kubu 01 massanya campuran antara massa riil dan massa semu (pseudo mass). Karena itu jika segala gimmick dan cara mobilisasi yang dipakai ditanggalkan, kemungkinan massanya akan kempis.
ADVERTISEMENT
Jika dikaitkan dengan suara, massa riil akan menuntaskan dukungannya di bilik suara dengan memilih kandidat yang didukungnya. Sementara massa semu belum tentu memilih kandidat yang kampanyenya mereka datangi.
@masz_ton