Sedekah Sampah, Berbakti ke Masyarakat dan Lingkungan

Mataair Izzata
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY
Konten dari Pengguna
8 Desember 2022 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mataair Izzata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga Kampung Brajan sedang memilah sampah untuk dijual, Foto: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kampung Brajan sedang memilah sampah untuk dijual, Foto: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minggu pagi yang cerah di Kampung Brajan sudah terdengar suara-suara antusias warga membawa sampah dari rumah masing-masing. Sampah dibawa bukan tanpa alasan melainkan untuk dikumpulkan. Lokasi sampah-sampah yang hendak dikumpulkan yakni di Masid Al-Muharram, Kampung Brajan Tamantirto, Kasihan, Bantul.
ADVERTISEMENT
Untuk apa mengumpulkan sampah? Menyatukannya bersama agar lebih mudah dibuang ke pembuangan akhir? Atau untuk membuat kerajinan dari barang bekas? Jawabannya bukan itu semua. Sampah-sampah tersebut kemudian akan digunakan untuk bersedekah.
Iya benar, bersedekah sampah. Hal ini mungkin belum biasa didengar oleh khalayak umum namun tidak bagi warga Kampung Brajan yang sudah biasa melakukan kegiatan ini sejak tahun 2013. Sebenarnya, gerakan ini mendapatkan respon negatif dari warga sekitar pada awal mula dilaksanakan. Hal ini dikarenakan kegiatan berlangsung di halaman masjid yang dimana dianggap suci dan dirasa tidak pantas jika ada kegiatan yang melibatkan sampah.
“Awalnya banyak warga yang sinis juga soalnya kenapa sampah dikumpulkan di masjid padahal masjid tempat bersih untuk ibadah, tapi kita coba untuk sosialisasi lewat pengajian yang sering ada di masjid,” ujar Agung Rahayu, wakil dari pendiri Gerakan Sedekah Sampah (GSS). Agung pun menerangkan kepada warga jika kegiatan ini nantinya akan berdampak positif baik untuk pribadi, sesama, terutama terhadap lingkungan.
Sangkar yang digunakan untuk mengumpulkan sampah, Foto: Pribadi
Pada mulanya, Ananto Isworo, pendiri dari GSS ini merasa bingung akan banyaknya sampah yang dimiliki. Kemudian Ananto berinisiatif untuk mengumpulkannya di halaman masjid bersama dengan Rahayu dan dua teman lainnya. Sampah yang telah terkumpul lalu dijual ke pengepul sampah di dekat area masjid. Dikarenakan kegiatan ini berkonsep sedekah, hasil dari penjualan sampah tidak masuk ke pribadi melainkan untuk bantuan sosial. Seperti untuk membantu warga yang menjalani perawatan inap di rumah sakit, beasiswa untuk anak kurang mampu, santunan untuk para janda dalam bentuk sembako, dan bentuk bantuan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sembilan tahun berjalan, para warga pun kini sudah berinisiatif sendiri untuk mengumpulkan sampah. Dua kali dalam satu bulan mereka menjalani dengan penuh semangat. Walaupun saat pandemi COVID-19 kegiatan ini terhenti sementara, tak menyurutkan antusias warga untuk memulai kembali saat keadaan mulai berangsur normal. Para warga sudah paham jika orientasi dari kegiatan ini bukanlah keuntungan tetapi menumbuhkan rasa empati sosial dan memenuhi nilai-nilai keagamaan.
Dukungan terus datang dari pihak luar selain warga. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berlokasi tidak jauh dari Masjid Al-Muharram dan juga tempat dimana Agung bekerja turut memberi dukungan berupa motor tiga roda untuk membantu mengangkut sampah.
Prestasi dan apresiasi juga ditorehkan seperti saat Ananto ditunjuk menjadi salah satu delegasi Indonesia pada acara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) di Paris, Prancis, pada Maret 2020. Bupati Bantul juga kerap kali meminta Isworo untuk menjadi pembicara di setiap seminar tentang lingkungan. Hal ini berkat GSS yang sering mendapatkan penghargaan.
Banner GRADASI di depan Masjid Al-Muharram, Foto: Pribadi
Dampak serta pengaruh positif ke sekitar sangatlah terasa bahkan hingga tempat yang jauh sekalipun. Dibuktikan dengan GSS di Masjid Al-Muharram yang menjadi salah satu pelopor Gerakan Sedekah Sampah Indonesia Berbasis Masjid (GRADASI) yang beranggotakan beberapa masjid dari seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT