Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Asimetris, Film Dokumenter Biasa Saja
14 Maret 2018 2:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Mataharitimoer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia seharusnya dapat memproduksi sawit hingga 8 ton per hektare dalam setahun. Jika Perusahaan Sawit bisa melakukannya, petani sawit juga harus bisa. Begitu yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat meresmikan Program Peremajaan Kebun Kelapa Sawit di Sumatra Selatan.
ADVERTISEMENT
Kutipan video tersebut dijawab oleh petani sawit dengan kemustahilan. Bagaimana mungkin petani bisa mencapai 8 ton/hektare kalau nggak punya modal untuk merawat lahan sawitnya. Mana ada bank yang mau jor-joran memodali petani sawit. Ini adalah fakta yang menyedihkan jika dibandingkan dengan perusahaan sawit yang sangat leluasa mengelola lahan karena dukungan dari lembaga keuangan global.
Jokowi bicara rencana dan target, sang petani menjawabnya dengan fakta betapa mengelola lahan sawit tak memberikan kehidupan yang sejahtera. Bahkan untuk membiayai kebutuhan keluarga saja sangat sulit.
Itu salah satu bagian yang memantik emosi saya saat menyaksikan film dokumenter terbaru dari Watchdoc: Asimetris.
Bagaimana tidak terpantik, menyaksikan Presiden pilihan rakyat gagal membandingkan pengelolaan perkebunan sawit milik perusahaan dengan milik rakyat.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya bagaimana tanggapan aku tentang film Asimetris yang diproduksi Watchdoc tersebut, jawabanku singkat: biasa saja.
Biasa saja, sama seperti film dokumenter watchdoc lainnya yang sudah saya tonton, yaitu mengungkap luka rakyat dan bagaimana rakyat bergulat dengan beragam ancaman untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Membuka wawasan penonton, mencerdaskan, dan mengasah nurani, adalah hal biasa yang dilakukan Watchdoc melalui film-film mereka.
Asimetris membabar dampak industri perkebunan penghasil devisa terbesar, yakni 239 trilyun. Sebagaimana data BPS, sawit adalah penghasil devisa nomor 1 dari 10 devisa terbesar Indonesia.
Siapa yang disejahterakan dari keuntungan ekspor sawit terbesar di dunia ini? Jelas rakyat Indonesia. Rakyat yang mana? Tentu 15 orang pengusaha sawit yang merupakan setengah dari 30 orang terkaya di Indonesia. Siapa saja mereka? Tonton saja filmnya.
ADVERTISEMENT
Lho, bagaimana dengan rakyat yang menguras hidupnya di perkebunan sawit milik sendiri, yang jadi kuli kebun sawit milik perusahaan?
Mereka tetap saja melarat. Jangankan untuk membiayai sekolah anaknya, untuk makan sehari-hari saja susahnya minta ampun. Tapi mau minta ampun sama siapa? Sama pemerintah? Mereka saja malu minta ampun sama rakyatnya. Kalau rakyatnya kritis dikit, misalnya bicara tentang sawit, dituduh nggak nasionalis, merecoki NKRI, dan sebagainya. Tak beda dengan kasus menolak Semen.
Film kesembilan dari seri Ekspedisi Indonesia Biru ini pun membabar temuan tentang industri perkebunan kelapa sawit yang luasnya kini mencapai 11 juta hektar atau nyaris mencapai luas pulau Jawa. Selain Kalimantan, pembabaran kisah meliputi Sumatera hingga Papua bagian selatan, yang tengah menghadapi masuknya perkebunan komoditas dunia itu.
ADVERTISEMENT
Mungkin Indonesia ingin menambah pemerataan kabut asap dari Sumatera hingga Papua. Sebab perilaku pembakaran perusahaan berbeda dengan pembakaran yang dilakukan masyarakat adat, yang menjaga api sebelum dan saat membakar.
Kabut asap yang membuat sesak rakyat di daerah hingga rakyat di media sosial karena pembakaran tak beretika yang dilakukan oleh perkebunan yang dikuasai perusahaan. Bukan perkebunan rakyat jelata.
Rekomendasi
Film ini patut ditonton oleh para pengusaha sawit, presiden dan para pembantunya, aktivis yang hidup mapan di pemerintahan, dan netizen yang gembira menjadi buzzer sawit.
Saya tak merekomendasikan film ini untuk anggota dewan yang terhormat karena dua hal; pertama, lebih baik kalian tidur saja di ruang sidang. Jangan sia-siakan kenyamanan hidup Anda di dunia. Tanpa perhatian kalian, rakyat masih sanggup merawat lukanya sendiri; kedua, saya khawatir film ini dijadikan bahan pelintiran untuk merecoki pemerintahan Jokowi saja.
ADVERTISEMENT
Judul : Asimetris (Asymmetric)
Durasi : 68 menit
Produksi : Watchdoc – Ekspedisi Indonesia Biru
Produser : Indra Jati, Dandhy Laksono
Subtitle : Bahasa Inggris