Konten dari Pengguna

Sopir Taksi Online Ancam Pelanggan

Mataharitimoer
penulis, blogger, aktivis literasi digital
25 Agustus 2017 0:26 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mataharitimoer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa yang kamu lakukan jika ada sopir taksi atau ojek online yang mengancam akan membunuhmu? Serius, ada gitu sopir yang sampai segitunya kalau lagi kesal? Ada.
ADVERTISEMENT
Sebaran di media sosial tentang pesan-pesan pendek kalangan sopir beraplikasi dengan penumpangnya, rata-rata isinya lucu dan menggembirakan bagi yang membacanya. Tapi minggu lalu temanku mengalami hal yang berbeda. SMS yang ia terima dari sopir beraplikasi tersebut malah membuatnya ketakutan. Ia sudah melaporkan ke perusahaan aplikasi transportasi online di mana sopir tersebut tergabung, tetapi karena respons yang lambat dan tempate customer service, akhirnya temanku memutuskan mengungsi ke luar kota.
Bagaimana tak takut, ia diancam akan dibunuh oleh orang-orang bayaran di tempat tinggalnya atau kantornya, sementara itu perusahaan transportasi online itu garing amat menanggapinya.
Gambarannya begini deh,
Kenapa bisa begitu? Apakah pelanggan yang mengalami ancaman pembunuhan itu berlaku tak senonoh atau menghina harga diri sang sopir?
ADVERTISEMENT
Penyebabnya adalah rating 3 bintang plus komentar yang tertulis:
Sekitar 5 jam setelah menulis komentar begitu di aplikasinya, ia menerima ancaman pembunuhan melalui SMS, yang potongan kutipan dari ancaman tersebut adalah:
Itu hanya cuilan saja. Selengkapnya, silakan baca sendiri:
Keren, ya. Kayak di sinetron TV. 
Tapi ini bukan sinetron. Ini kenyataan yang dialami pelanggan yang mana tak mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan dari perusahaan penyedia layanan tersebut.
Perusahaan bisa saja memberikan peringatan kepada sopir karena laporan pelanggan. Perusahaan bisa saja memberikan hukuman sehingga sopir tak bisa dapat job. Bahkan bisa saja memecat sang sopir, tetapi apakah perusahaan yakin, selepas dihukum atau dipecat, sang sopir tidak nyatronin pelanggan yang dia anggap sebagai penyebab dari hukuman yang ia terima?
ADVERTISEMENT
Ini mesti dipikirkan oleh perusahaan aplikasi transportasi online. Jangan hanya omong kosong melayani pelanggan, tetapi sadarilah bahwa ini saatnya mencari solusi atas perlindungan pelanggan atau konsumen. Persoalan privasi konsumen ini sudah jadi isu sejak tren aplikasi transportasi online muncul, namun sampai kini tak ada action yang jelas.
Jadi begitulah, SMS sopir online tak selalu lucu. Ada juga yang menakutkan.
Catatan:
Aku sengaja tak menayangkan bukti skrinsut aplikasi pelanggan demi menjaga privasinya. Cuma SMS sopir saja yang kutampilkan, agar tulisan ini tak dianggap fiksi.
Persurelan pelanggan dengan perusahaan juga ada, tapi kusimpan dulu. Ya intinya sampai barusan aku dapat update dari korban, sikap perusahaan ya template gitu. Omong doang. Buktinya sampai malam ini korban masih takut tinggal di lokasi yang sudah diketahui oleh sopir yang mengancamnya.
ADVERTISEMENT
Aku sempat bikin cuitanku di Twitter @mataharitimoer dan DM, meminta kejelasan plan perusahaan dalam melindungi keselamatan pelanggannya. Tapi ya begitu, kesimpulanku sampai tulisan ini kutayangkan, tak ada bukti nyata, bagaimana perusahaan melindungi privasi pelanggan, melindungi keselamatannya, dan minimal mau memediasi perdamaian antara sopir dan korban.
Penilaian sementaraku hingga malam ini: perusahaan transportasi online itu tak sungguh-sungguh melindungi keselamatan pelanggannya. Lagi, bisa jadi kasus ini bukan satu-satunya yang terjadi. Kebetulan aja temanku kenal blogger jadi ngadunya ke blogger. Boleh jadi ada yang diam saja. Selain itu, boleh jadi bukan cuma satu perusahaan transportasi online saja yang tak benar-benar melindungi pelanggannya. Jangan-jangan semuanya berlaku sama saja, yang penting banyak driver dan pelanggan, sementara fitur keselamatan pelanggan baik pada aplikasi maupun nyata, nggak kepikiran!
ADVERTISEMENT