Amerika Serikat dan Sekutunya Membuat Tiongkok dan Rusia Makin Mesra

Sumber: Photo by <a href="https://unsplash.com/@carlos15215?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">CARLOS DE SOUZA</a> on <a href="https://unsplash.com/images/things/flag?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a>

Pada 4 Februari 2022, Tiongkok menjalin kesepakatan dengan Rusia untuk membangun persahabatan tanpa batas. Kedekatan hubungan Tiongkok dan Rusia sebenarnya sudah bermula sejak tahun 2001. Kala itu, tepatnya, 16 Juli 2001, Tiongkok dan Rusia menandatangani perjanjian yang dikenal dengan sebutan, Treaty of Good Neighborliness and Friendly Cooperation, yang ditandatangi oleh Jiang Zemin dan Vladimir Putin.

Perjanjian tersebut menjadi dasar bagi hubungan kedua negara dalam bidang ekonomi, diplomatik, dan geopolotik. Di dalam perjanjian tersebut juga termuat peningkatan kerja sama dalam bidang militer, konservasi energi dan lingkungan, serta perdagangan internasional.

Peningkatan kerja sama Tiongkok dan Rusia mulai tahun 2001 cenderung terkait dengan masalah energi. Rusia sangat bergantung pada ekspor energi, sedangkan Tiongkok tengah memprioritaskan pasokan energi berkecukupan dan berkelanjutan.

Tiongkok dan Rusia membangun pipa minyak transmisi dari Angarsk yang berada di Siberia Timur ke Daqing yang berada di Laut Cina. Proyek ini membuat Tiongkok dan Rusia sama-sama menikmati keuntungan. Bagi Rusia, kerja sama dengan Tiongkok mempertahankan pengaruhnya di Asia Tengah dalam persaingannya dengan Amerika Serikat.

Sementara bagi Tiongkok, kerja sama dengan Rusia memudahkannya dalam mendapatkan akses energi yang ada di kawasan Asia Tengah, sebab Rusia adalah penguasa energi di sana bersama dengan Amerika Serikat.

Terbaru, Tiongkok dan Rusia membangun pipa gas dari Siberia ke Shanghai, yang diperkirakan akan dapat beroperasi maksimal pada tahun 2025. Pembangunan pipa gas dari Rusia ke Tiongkok dilakukan untuk menjamin pasokan energi di Tiongkok.

Kedekatan Tiongkok dan Rusia yang sudah bermula sejak tahun 2001 itu semakin mesra dengan kesepakatan persahabatan tanpa batas di awal Februari 2022. Beberapa hal penting dalam kesepakatan antara Tiongkok dan Rusia yang disebut persahabatan tanpa batas adalah:

Kesepakatan persahabatan tanpa batas membuat Tiongkok dan Rusia makin mesra. Bahkan saat Rusia melakukan serangan ke Ukraina, Tiongkok - sependapat dengan Rusia - menolak penggunaan kata “perang” melainkan memakai istilah “operasi militer khusus.”

Kemesraan Tiongkok dan Rusia jelas membuat Amerika Serikat dan sekutunya ketar-ketir. Pasalnya Tiongkok dan Rusia merupakan dua negara besar di dunia yang selama ini kerap dengan berani menantang kedigdayaan Amerika Serikat.

Akan tetapi, Amerika Serikat dan sekutunya sebenarnya tanpa disadari punya andil paling besar dalam kemesraan Tiongkok-Rusia. Embargo ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia akibat mencaplok Krimea dari Ukraina di tahun 2014. Hingga puncaknya berbagai macam sanksi dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia karena menyerang Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022.

Embargo dan sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat jelas makin menyudutkan Rusia. Tiada pilihan lain bagi Rusia selain bersandar pada Tiongkok. Rusia mengandalkan pasar dari Tiongkok untuk perdagangan internasional. Tercatat pengiriman batu bara dari Rusia ke Tiongkok pada bulan Juli 2022 melonjak 14% ke level tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Selain itu, Rusia juga paling banyak melakukan ekspor minyak ke Tiongkok. Begitu pula gas pipa dan gas alam Rusia banyak dibeli oleh Tiongkok.

Di sisi lain, posisi ambiguitas Amerika Serikat terhadap kebijakan Satu-China (One China Policy) di mana Taiwan merupakan propinsi dari China, makin tidak jelas. Kedatangan ketua parlemen AS, Nancy Pelosi, ke Taiwan pada Selasa malam, 2 Agustus 2022, dianggap Tiongkok sebagai tindakan tidak menghormati kedaulatan Tiongkok.

Setelah kunjungan Pelosi tersebut, Tiongkok dikabarkan sangat geram dengan kelakukan Amerika Serikat yang suka mencampuri urusan dalam negeri dari negara lain. Tiongkok langsung melakukan latihan perang di sekitar Selat Taiwan.

Tidak berhenti sampai di situ. Pada tanggal 1-7 September 2022, Tiongkok melakukan latihan perang bersama Rusia. Latihan perang dilakukan di beberapa lokasi, mulai dari timur jauh Rusia hingga Laut Jepang. Bahkan latihan militer tersebut dikabarkan berani menerobos Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, hingga Jepang melakukan protes.

Situasi geopolitik dunia saat ini memang sedang tidak menentu. Kemesraan Tiongkok-Rusia seolah menandingi Amerika Serikat dan sekutunya, yang selama ini menjadi "penguasa" dunia. Jika saat ini Amerika Serikat dan sekutunya menjadi kalang kabut dengan kemesraan Tiongkok-Rusia, maka sebenarnya mereka sedang menghadapi "karma"-nya sendiri.

Alih-alih merangkul Tiongkok dan Rusia, Amerika Serikat dan sekutunya malah memojokkan Tiongkok dan Rusia. Akibatnya Tiongkok dan Rusia tidak punya pilihan lain selain bersahabat tanpa batas guna bertahan terhadap tekanan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Di tengah dua kekuatan besar yang sedang berhadapan antara Tiongkok-Rusia dan Amerika Serikat bersama sekutunya, peran Indonesia sebagai negara Non-Blok menjadi sangat strategis. Indonesia dapat mengambil peran penting dalam mengusahakan jalan damai demi mencegah terjadinya perang dunia ketiga.