Konten dari Pengguna

Melepaskan Luka Batin Tidaklah Mudah

Matilda Gracelynne Danielle
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
22 November 2021 11:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Matilda Gracelynne Danielle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Luka Batin. Gambar: Freepik/dashu83
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Luka Batin. Gambar: Freepik/dashu83
ADVERTISEMENT
Hidup di dunia tidak dapat selalu berjalan mulus. Ada saja masalah yang menghambat seseorang untuk mencapai kebahagiaan. Ada saja hal yang mengganggu seseorang menemukan kebahagiaannya. Salah satu hambatan yang paling berpengaruh adalah masalah yang terjadi di masa lalu, namun lukanya masih membekas dan berdampak pada kehidupan masa sekarang. Singkatnya, kita sebut dengan luka batin. Lalu, apa itu sebenarnya luka batin? Apa yang menyebabkan terjadinya luka batin dan bagaimana cara mengatasinya?
ADVERTISEMENT
Menurut Lawson (2010), luka batin adalah suatu formatif dari pengalaman menyakitkan masa lalu yang dapat menentukan pandangan, sikap, emosi, dan reaksi seseorang. Selain itu, menurut Hardjowono (2005), luka batin adalah adanya tekanan yang sangat berat yang diberikan secara terus-menerus pada lapisan batin terdalam seseorang. Luka ini muncul akibat dari batin seseorang yang tertekan oleh pengalaman tertentu. Bisa karena adanya pengalaman traumatis seperti perasaan takut, cemas, dan ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi pengalaman yang menyakitkan. Luka batin berbeda dengan trauma. Luka batin dimiliki oleh hampir setiap orang dengan pengalaman dan persepsi yang berbeda-beda, sedangkan trauma lebih mengarah pada suatu gangguan psikologis akibat adanya peristiwa yang mengancam jiwa dengan gejala dan rentan waktu yang sudah ditentukan.
ADVERTISEMENT
Gejala yang ditimbulkan luka batin bermacam-macam, di antaranya overthinking. Berpikir memang sudah menjadi kodrat manusia. Tetapi jika suatu hal terlalu dipikirkan secara mendalam, maka bisa berdampak buruk kepada psikis. Seseorang dengan luka batin biasanya akan memutar terus kenangan buruk yang membuat dirinya terlukai secara psikis. Dampaknya, seringkali hal-hal yang sedang terjadi di depan mata pun tidak direspons secara efektif. Gejala kedua, mulai kehilangan minat pada hal yang dulu disukai. Hal-hal yang dulunya tampak menarik bisa jadi tidak menarik lagi. Gejala ketiga, mereka mulai menarik diri dari pergaulan dan tidak bisa berempati lagi terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Gejala lain yang dapat juga dialami adalah merasa tidak berharga dan putus asa. Hilangnya apresiasi terhadap diri sendiri membuat mereka tidak memiliki harapan lagi. Mereka butuh disembuhkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh kasus nyata di sekitar saya, ada seseorang dengan luka batin yang mendalam dan tersimpan untuk waktu yang lama. Sejak duduk di bangku SD sampai SMA, dia mengatakan bahwa dia sering di-bully oleh teman-temannya. Hal ini berdampak pada kehidupan sehari-harinya. Setiap hari, ada saja keluhan yang disampaikan kepada keluarganya. “Aku tidak punya teman.”, “Dia sepertinya membenciku.”, “Aku tidak menyukainya!”. Dengan apa yang terjadi pada dirinya, terlihat bahwa ada luka batin yang masih membekas di hatinya. Masih ada dendam pada orang-orang yang jelas mem-bully-nya dulu. Akibat luka itulah, dia menarik diri dari pergaulan. Dia tidak ingin pergi ke tempat ramai karena tidak ingin bertemu banyak orang. Selain itu, dia juga tumbuh jadi individu yang sensitif.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa penyebab terjadinya luka batin, di antaranya keluarga broken home, adanya kekerasan fisik, serta kejadian di masa lalu yang membuat kita menjadi lebih mudah takut, khawatir, dan berhati-hati. Jika tidak segera diselesaikan, luka batin dapat memberi dampak negatif pada kondisi psikologis, fisik, emosi, spiritual, dan intelektual seseorang. Luka batin harus segera ditangani dan diselesaikan.
Penanganan yang bisa dilakukan adalah self-healing, sebuah proses penyembuhan yang hanya melibatkan diri sendiri untuk bangkit dari penderitaan yang pernah dialami dan memulihkan diri dari luka batin. Tujuan dari self-healing adalah untuk memahami diri sendiri, menerima ketidaksempurnaan, dan membentuk pikiran positif dari apa pun yang telah terjadi. Ketika berhasil melakukan self-healing, maka individu tersebut akan menjadi pribadi yang lebih tegar dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, dan luka di masa lalu. Pencegahan sebenarnya juga bisa dilakukan, yaitu dengan memberikan edukasi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa alangkah pentingnya peranan orang tua serta lingkungan sekitar terhadap kondisi psikis seseorang. Marilah kita sebagai makhluk sosial bisa berpikir lebih dewasa, bisa menerapkan perilaku sosial yang baik, dan memberikan kasih sayang bagi sesama manusia, karena sekecil apa pun tindakan yang kita lakukan, dapat berpengaruh pada kehidupan orang lain.
Daftar Pustaka
Ardhani, A. N. (2018). Latar Belakang Memiliki Luka Batin. http://repository.unika.ac.id/16622/2/08.92.0073%20Anindita%20Nova%20Ardhani%20%284.06%25%29.BAB%20I.pdf
Siregar, C. (2012). Menyembuhkan Luka Batin Dengan Memaafkan. https://media.neliti.com/media/publications/166841-ID-menyembuhkan-luka-batin-dengan-memaafkan.pdf
Widharti, A. D. (2006). Penyesuaian Diri Terhadap Luka Batin Akibat Pengalaman Traumatis yang Berkaitan dengan Perilaku Seksual. https://repository.usd.ac.id/20846/2/991114035_Full.pdf
Indrajaya, I. N. (2021). Tanda-Tanda Orang Memiliki Luka Batin Berlarut-larut. https://www.ayobandung.com/sehat/pr-79727040/tanda-tanda-orang-memiliki-luka-batin-berlarut-larut?page=all
Anonymous (2018). Penyembuhan Luka Batin. https://nanopdf.com/download/penyembuhan-luka-batin_pdf#